Misteri Gunung Lingkung, sebuah cerpen

197 2 2
                                    


Pagi sekali Dadan sudah berada di tempat kost Epul, begitu sampai dia langsung menuju kamar Epul yang berada di ujung kanan ruangan itu.

"Pul.. Epul.. " Dadan sedikit berteriak.

"Iya .. tar.." balas Epul yang memiliki nama lengkap Atep Saefulah ini sedang berada didalam kamarnya, dan terdengar langkah kaki.

Tak lama kemudian pintupun dibuka, Dadan masuk dan membuka sepatu dan menyimpan di rak, lalu bergerak kearah tempat minum, mengambil gelas dan mengisi dengan air mineral yang ada di situ dan langsung meminumnya.

"deuh.. lu masih pake kabel kaya gini.. bahaya bro.. cepetan ganti" kata Dadan sambil menunjuk kabel yang penuh dengan isolasi.

"hehe.. iya.. rencana kalau besok ada transfer dari babeh mo ganti.." balas Epul, "eh si Eman mo datang jam berapa?" Tanya Epul mengalihkan perbincangan, sambil memasukan semua perbekalan kedalam ranselnya, sementara di jam weker sudah menunjukan pukul 7.25 WIB.

"Harusnya sudah sampai, kl lu dah siap kita tunggu aja di depan.." balas Dadan sambil bergerak ke tempat sepatu tadi di simpan.

Tak lama terdengar suara motor masuk halaman kostan Epul, dan berhenti disana.

"tuh kayanya si Eman.. yuk buruan.." kata Dadan sambil mengenakan sepatunya yang tadi di simpan.

"oi.. telat lu.." terdengar Dadan menyapa Eman yang membalas dengan seriangai malu-malu, sementara Epul baru beres mengikat tali sepatunya, mengunci pintu dan segera bergerak keluar dari kostan. Tak lama mereka bertiga bergerak kearah jalan raya, dan menghilang disana.

Akhirnya, 3 pemuda itu sampai di desa sekitar kaki gunung Tangkuban Perahu setelah 2 jam perjalanan menggunakan motor dari kota Bandung, dalam 3 tahun terakhir mereka sering datang ke lokasi itu, baik mereka sendiri maupun mengantar teman-teman mereka yang penasaran dengan lokasi yang mereka ceritakan.

Spot lokasi mereka memang sangat unik, sekitar air terjun yang menyajikan pemandangan indah, juga tak jauh dari air terjun ada beberapa rumah penduduk yang ramah serta sajian nasi liwetnya yang sedap, apalagi saat lapar setelah perjalanan yang cukup panjang sebelum sampai di air terjun.

Setelah memarkirkan motor mereka di tempat biasa, Dadan mencari kang Roni, ketua Karang taruna desa itu untuk menitipkan motor sekaligus meminta izin untuk ke lokasi air terjun, ternyata kang Roni ada di warung Bakso mang Uu, tempat biasa mereka kumpul dan mengisi perbekalan sebelum melakukan perjalanan.

Tapi ada aktivitas yang tidak biasa di sana, ada beberapa bapak-bapak yang sedang diskusi yang cukup intens, Dadan pun mendekati kang Roni.

"kang..sehat.. eeh ada apa? Kayanya ada yang serius?" kata Dadan setelah berhadapan dengan kang Roni dan bersalaman, juga dengan beberapa bapak yang ada di sana

"iya Dan, ada orang hilang, di hutan, dekat Air terjun.. ini sudah hari ke tujuh" kata kang Roni sambil memperlihatkan selebaran yang berada ditangannya, lalu mengajak Dadan agak menjauh dari kumpulan tersebut.

"Ini orang ke tiga tahun ini.." lanjut kang Roni.

Dadan membaca selebaran itu dengan seksama, "orang hilang.. bu Rita.. usia sekitar 70 tahun.." Dadan membaca selebaran tersebut dalam hati.

"mereka datang rombongan, tapi saat rombongan istirahat, bu Rita memisahkan diri untuk berjalan sendiri menuju air terjun.. karena sudah beberapa kali ke lokasi, dia merasa hapal dengan lokasi tersebut.. mereka warga kampung sebelah yang sedang piknik.." lanjut kang Roni.

"ohh.. terus lokasi yang sudah di sasar daerah mana aja kang?" Tanya Dadan.

"hampir semua lokasi sudah.. kecuali hutan di sekitar gunung kecil.. gunung Lingkung.." balas kang Roni.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 26, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

misteri gunung LingkungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang