"Ketika hidup berjauhan dianggap sebuah rintangan, nyatanya hidup berdekatan dan berdampingan nyaris lebih berat."
♦ ♦ ♦
"Kamu udah makan?" Pertanyaan yang sama yang selalu dilontarkan disela obrolan ringan melalui telepon genggam tersebut. Abi, pria itu terlihat santai dengan style casualnya. Setelah bertanya tadi, Abi mulai mengatur letak headset di telinga. Bersiap mengayuh pedal sepeda untuk menuju supermarket. Lemari pendinginnya sudah kosong, butuh diisi. Beruntungnya, siang di London begitu cerah berangin.
"Udah." Jawaban dengan suara seperti diredam terdengar, membuat lengkung sabit muncul di wajah Abi.
"Kamu lagi ngapain?"
"Itu serem!" Renat menaikkan volume suaranya karena terkejut.
"Apa yang serem?"
"Kamu," sahut Renat ringan sambil terkekeh.
"Re, kamu lagi ngapain?"
"Nonton, Aa!"
Abi refleks tertawa. Renat benar-benar suka sekali mengubah panggilannya terhadap Abi. "Nonton apa?"
"Horror." Renat menjawab dengan benar kali ini. "Kamu udah makan belom?"
Abi menggeleng, tidak peduli apabila Renat tidak dapat melihatnya. "Ini mau belanja bahan makanan."
"Rajin banget. Bia nggak ikutan?"
"Mana mau," cibir Abi.
"Nggak boleh kayak gitu! Orangkan beda-beda, Bi."
Abi menghela napas panjang, tidak ingin terlalu banyak membahas Bia dalam obrolan jarak jauhnya bersama Renat. Sebab Abi hanya ingin mengetahui perihal perempuan yang kini tentu saja sedang sibuk menutup kepala dengan selimut sebab ketakutan dengan film yang ia lihat.
"Kamu tidurnya jangan kemaleman."
"Iya," respon Renat menurut.
"Re." Abi kembali memanggil Renat dengan nada serius miliknya.
"Ya?"
"Aku nggak lama lagi bakalan balik ke Jakarta. Kamu nggak ada niatan buat balik juga?"
Renat yang tadinya serius dengan film menyeramkan di depannya sontak tidak fokus lagi. Pertanyaan Abi yang satu ini tidak bisa ia jawab dengan mudah. Renat ingin pulang, namun disatu sisi ia masih ingin berada di Seoul. Menghabiskan waktu sampai rasa bosannya akan tempat itu datang.
Ia sadar akan umurnya dan Abi yang kian bertambah. Sudah seharusnya mereka menjalani kehidupan yang serius. Menyudahi hubungan dengan status pacaran, dan merajut hubungan sesakral pernikahan. Namun disini, Renat benar-benar belum siap.
Setahun yang lalu, Abi sempat melamar Renat yang saat itu tengah melanjutkan pendidikan tahun terakhirnya di Berlin. Dan bodohnya, Renat menolak lamaran tersebut. Memakai alasan belum siap berharap Abi dapat mengerti keadaannya. Dan yang seperti Renat duga, Abi tidak pernah mempermasalahkan jawabannya.
"Bi---"
"Masih betah di sana?" potong Abi langsung. "Aku bisa bawa kamu bolak-balik Korea kalau kamu mau, Re."
"Temen-temenku cuma ada di sini, Bi."
Abi menahan diri, lagi. Untuk kesekian kalinya ia membiarkan Renat memenangkan argumen di antara mereka. Perihal teman, Abi tahu bahwa ia tidak bisa melawan hal tersebut. Sebab Abi mengerti, bahwa bagi Renat, teman adalah hal yang harus terus ia genggam. Sampai Abi sempat ragu, sebenarnya di nomor berapakah pria itu untuk Renat.
"I miss you." Abi mengucapkan kata tersebut sebelum akhirnya memutuskan sambungan. Sedang Renat yang masih merasa tidak enak hanya dapat menatap nanar layar ponselnya.
"I miss you, too." Renat membalas, walau Abi tidak lagi mendengar.
Kedua manusia itu kembali menyibukkan diri dengan kegiatan yang sedang mereka lakukan. Membiarkan jauhnya jarak, dan perbedaan jam meraung mengucap rindu. Sayang, mereka tidak menyadari, bahwa ada hal tidak baik yang akan muncul ke permukaan akibat keegoisan yang terus saja dipertahankan.
Sebab hati yang dikecewakan sekali, mungkin masih dapat memaklumi, mencoba memahami dan memaafkan. Lalu ketika nanti hati kembali dikecewakan untuk yang kedua kali? Entahlah. Karena ini perihal perasaan, dimana kadang logika suka mati dan sulit mengerti.
♦ ♦ ♦
[Senin, 05.02.2018]
[22.46 WIB]HALLO!!
So guys, I wanna tell you something. Jadi, karena aku update cerita ini bersamaan dengan SBCP, ada hal yang harus diingat. Kalau di cerita ini, berarti Judith bukan lagi anak SMA. Dan aku nggak akan sering masukin Judith kesini karena;
1. Biar ending SBCP tetap aman.
2. Mendingan cerita ini difokusin ke pasangan ini aja ya hehehe😚Dannnn ya, semoga kalian dapat berteman baik dengan RETURN 2.
All the food,
d.
KAMU SEDANG MEMBACA
Return 2: Home
Romance[SEQUEL OF RETURN] Renata, wanita yang tengah mengukir impiannya di Seoul setelah pulang dari Berlin---tempat dimana ia menyelesaikan pendidikan masternya. Menjadi seorang wanita karir adalah sebuah hadiah besar yang akhirnya Renat dapatkan setelah...