1

14 2 1
                                    

Gadis itu berlari. Terus berlari tanpa memperdulikan kakinya yang mulai lecet tanpa alas kaki. Ia ingin pergi sejauh-jauhnya dari tempat yang ia sebut neraka. Kemana saja asalkan tidak ditempat itu. Kemana saja asal ia tak bisa dijangkau orang - orang dari tempat yang ia sebut neraka.

Nafasnya mulai terengah, gaun yang dipakainya mulai terasa mengganggu. Bayangkan saja, ia mengenakan gaun ketat diatas lutut. Ia takut sewaktu waktu gaun ini menyingkap karena langkahnya yang kelewat lebar dan memperlihatkan dalamannya, oh pikirannya mulai kacau dengan hanya memikirkan gaun yang dikenakannya.

Gadis itu melihat kebelakang sambil terus berlari, tidak ada yang mengikutinya setidaknya belum, belum mengikutinya. Pasti nenek sihir itu akan memerintahkan anak buahnya untuk mengejarnya. Dalam hati, gadis itu terus berdoa supaya mereka telat mengejar. Ia ingin secepatnya pergi sejauh - jauhnya dari tempat itu.

***

"Kemarin kau pulang?"

"Berhenti berpura - pura tak tahu. Kau tak datang menyambutku?" Seru pria disebrang telepon.

Lay tersenyum mendengar kekesalan yang terdengar jelas dari sahabatnya yang baru pulang dari Amerika kemarin.

"Maafkan aku, ada hal yang harus kuurus dan tak bisa ditunda."

"Baiklah, kau si pewaris Yixing Inc yang perfectsionis pasti sangat sibuk sekali, padahal kau punya banyak bawahan. Apa kau bekerja sendiri?"

Lay menggaruk kening dengan telunjuknya, merasa mulai pusing dengan ocehan sahabatnya ini. Dia memang seorang yang perfectsionis tapi bukankah yang di sebrang sana tak kalah jauh darinya?

"Jadi langsung saja. Apa yang kau mau?" Tanya Lay to the point, karena ia tahu sahabatnya ini menginginkan sesuatu sehingga berbicara panjang lebar. Setelah Lay mengucapkan kalimat terakhir ia yakin sahabatnya sedang tersenyum sekarang.

"Makan siang."

"Baiklah. Di tempat biasa."

"Baik, akan aku tunggu. Dan kali ini kau yang harus membayar."

"Tentu, aku akan membayar makanan yang aku makan."

"Dan yang aku makan. Sudah ya. Bye!"

Panggilan terputus dan Lay menatap ponselnya, "isshhh anak ini." Lay tersenyum dan memasukan ponselnya kesaku.

"Maaf membuatmu menunggu, ada yg harus aku tanda tangani?" Tanya Lay pada sekertarisnya yang sedari tadi setia menunggunya menyelsaikan panggilan.

Lay menuju mejanya dan duduk diatas kursi kebesarannya. Sekertaris itu memberikan map dan membukanya di depan Lay. "Ini kontrak kerja sama dengan perusahaan Oh Corperation."

Lay menyernyit. Ahh sahabatnya pasti akan membahas kerjasama ini saat makan siang nanti.
Lay membubuhkan tanda tangan diatas kertas tersebut.

"Pertemuan untuk membahas kerjasama---"

"Tak usah," potong Lay. "Biar aku yang atur. Sehun sudah menghubungiku."

"Baiklah." Angguk sekertaris itu dan dia pamit undur diri.

Lay menyandarkan punggungnya di sofa dan memutarnya menghadap kaca besar yang memperlihatkan kota seoul dari ketinggian. Matanya mulai terpejam. Lelah. Satu kata yang menggambarkan Lay saat ini. Ia menghembuskan nafas perlahan.

Sebuah panggilan masuk. Lay menghembuskan nafas kembali kemudian mengangkat ponselnya, sebelum menjawab ia melihat nama yg tertera di layar ponselnya, eomma.

"Hm?" Lay terdengar malas menjawab.

"Anak nakal! Kapan kau akan pulang?"

"Maafkan aku. Aku masih sibuk eomma. Kau tau sendiri bagaimana perusahaan appa."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 20, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Behind the SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang