Teman hidup

60 16 0
                                    

"Lo kan juga teman gue. Iya teman, teman hidup, kan?"

...

Selama Aurin berada di Austria, Zidan seakan tidak ingin melepaskan dirinya meski hanya sedetik pun.

Saat sore telah berganti malam, juga menjadi saksi betapa bahagianya kedua remaja yang saat ini masih setia menghabiskan waktu bersama, bulan pun memancarkan cahayanya untuk mereka seakan semesta pun medukung.

Ponsel Aurin berdering menerima sebuah pesan, Zidan yang saat itu sedang tertawa langsung saja menatap ponsel pacarnya itu.

"Siapa? " tanya Zidan.

"Teman lama." jawab Aurin.

"Cewek apa cowok? "

"Cowok."

"Selalu?"

"Nggak, baru sekali."

Zidan mengambil ponselnya dan melihat isi pesan dari teman Aurin.

Gerald.1025

Aurin..

masih kenal gue nggak?

Zidan yang membaca pesan itupun langsung saja naik pitam dan mengetik balasan tanpa membiarkan Aurin merebut ponselnya.

Siapa yah?

Kamu sok kenal banget

Sombong banget

Lah emang kenapa?
Masalah buat lo?

Lu sensitif banget

Udah punya cowok?

:(

Lu pusing banget

Emang kenapa kalau
gue punya cowok?

Nah, itu emot lu kenapa?
Mau di tabok?

Ini gue pacarnya Aurin

Kenapa?

Lo mau jadi cewek gua juga?

Aurin yang membaca semua balasan yang di kirim oleh Zidan langsung saja membulatkan matanya, bukan hanya Adam, tetapi sekarang adalah Gerald teman masa SMP-nya dulu.

"Lama-lama semua temen gue, habis di makan sama lo." cibir Aurin.

"Pilih temen lo atau gue? " tanya Zidan.

"Lo kan juga temen gue, ngapain di pilih," jawab Aurin membuat Zidan membulatkan matanya. "Temen hidup" sambungnya.

Hampir saja orang di sampingnya itu meledak karena perkataannya, Zidan lalu merangkul Aurin dan menarik pipinya.

"Lo udah pintar gombal yah, siapa yang ajarin? Hah? "Tanya Zidan.

"Adam." satu kata yang membuat Zidan sekali lagi cemburu, namun ia tahu Aurin akan mengerjai dirinya menggunakan nama Adam.

"Oh, Bianca juga ngegombalin gue pas mau ke sini." bohong Zidan, namun nyatanya Aurin tidak percaya karena memang Zidan payah dalam hal menipu apalagi membuat dirinya cemburu.

"Payah banget." cibir Aurin meninggalkan Zidan yang kesal akan sikap Aurin yang tidak cemburu sedikitpun.

...

Zidan tidak hentinya tersenyum di balik kaca helmnya, melihat wajah gadis yang duduk di belakang jok motornya. Seakan tidak ingin jauh, Aurin mengeratkan pegangannya pada Zidan.

"Mau ke mana? " tanya Aurin.

"Apa?"

"MAU KE MANA?! " tanyanya sekali lagi berteriak.

"Lo kalau ngomong jangan kumur kumur! Yang jelas dong." kata Zidan yang juga suaranya hampir menyatu dengan suara angin malam saat itu.

Pletak!

Langsung saja, helm yang di pakai Zidan berbunyi keras membuat yang memakainya terdorong ke depan sehingga motor yang mereka kendarai sedikit oleng. Ia menghentikan motornya di pinggir jalan, melepas helmnya dan langsung memutar badan menghadap Aurin, dengan tatapan tajam.

"Lo nyari mati?! " kesal Zidan.

"Siapa suruh, lo katain gue kalo ngomong kumur-kumur. Hah? " jawab Aurin.

"Yah, kan gue beneran gak denger." kata Zidan mengatur emosinya, hampir saja mereka berdua terkapar di tengah jalan itu karena ulah ceroboh Aurin.

"Yaudah, maaf.." kata Aurin merasa bersalah.

"Lo tadi mau bilang apa? " tanya Zidan.

"Gue cuma mau nanya, kita mau ke mana, itu aja kok." ujar Aurin membuat Zidan berfikir.

Iya juga yah. Emang gue mau kemana Batin Zidan.

Memang ia terus membawa Aurin hanya berkeliling entah mau membawanya ke mana, ia masih ingin menghabiskan waktu bersama gadis itu.

"Kenapa diem? " tanya Aurin menyadarkan Zidan dari lamunannya.

"Gak tau, mau kemana." jawabnya.

"Jadi daritadi lo keliling karena gak tau mau kemana? " kata Aurin kesal karenanya.

"Gak usah ngambek, gue lagi malas bujukin orang." kata Zidan yang melihat Aurin memasang wajah cemberutnya.

"Emang gue nyuruh lo bujuk gue? Udah ah, sana lo" kata Aurin turun dari motor, sedangkan Zidan bersiap untuk pergi.

"Lo ninggalin gue?!! " kata Aurin.

"Kan, lo sendiri yang nyuruh gue pergi, gimana sih?" kata Zidan tanpa rasa bersalahnya mengucapkan itu lalu Aurin langsung naik ke motor Zidan tanpa di suruh.

"Gue mau pulang, gue ngantuk." kata Aurin, memang daritadi matanya sudah terlihat menahan kantuk. Mungkin karena terlalu lelah di bawa lari oleh Zidan, seharian penuh.

...

Ia melambaikan tangan pada Zidan yang telah meninggalkan apartemen Aurin, ia segera masuk ke kamarnya, karena sesuai dugaannya tadi kalau ayahnya memang belum pulang. Ia segera mengambil ponselnya, jika ia bahagia di sini bersama Zidan, bukan berarti ia bisa melupakan semua orang yang di sana.

Fath_

Bang..

Bang pala lo gundul

Sejak kapan lo mulai
manggil gue abang?


Bang...

Apaansih

Kangen :(

Jijik

Jahat banget jadi kakak


Yaudah sana
Jadi adiknya mimi peri

Begitulah kakaknya, kadang rela keluar larut malam demi ice cream ku, kadang juga rese minta ampun.

...

AURINA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang