***
Zea sudah diperbolehkan pulang oleh dokter karena keadaannya sudah membaik, tangan dan kakinya sudah tidak terlalu sakit dan goresan di wajahnya juga mulai hilang bekasnya berkat resep dokter yang paten. Kenzio sengaja meminta Alana dan Gavril untuk tidak menjemput Zea di rumah sakit karena biar dirinya yang mengantar pulang ke rumah, ah lebih tepatnya ke apartemen Kenzio. Awalnya orangtua Zea meminta agar dibawa pulang ke rumah tapi Kenzio ingin membawa kekasihnya ke apartemen biar dirinya yang menjaga gadisnya itu.
"Siap, sayang?" tanya Kenzio saat Zea sudah duduk di jok sebelah pengemudi, gadis itu mengangguk. "Tapi Zea sekarang lagi pengin sesuatu, Ken."
"Apa?"
"Pengin kebab yang di Turki atau Samyang yang di Korea."
Mata Kenzio melotot mendengar permintaan Zea, ini Indonesia. Jauh sekali kalau harus ke Turki atau Korea hanya untuk membeli makanan yang sebenarnya banyak di sini.
"Jauh, sayang."
Zea merengut kesal. "Yaudah deh pulang aja."
"Kamu mau apa? Apa saja, asal jangan yang aneh-aneh."
Mata Zea berbinar. "Zea mau Ken kasih surprise yang romantis ke Zea, kan 'Ken bilang kalau Zea keluar dari rumah sakit mau kasih surprise. Pokoknya harus romantis, lebih romantis Papa Gavril ke Mama Alana," cerocos Zea seperti mulutnya tidak ada rem. Zea masih sama, masih cerewet dan Kenzio suka itu.
"Yes, my sunshine, anything for you."
Cup!
Zea mencium pipi Ken sekilas dan darah dalam tubuh Ken berdesir hebat, jantungnya berdetak kencang, perlakuan Zea selalu bisa membuat pria dingin itu jatuh cinta berkali-kali. "Thanks my future husband."
"Lain kali jangan di pipi," Kenzio menunjuk bibirnya. "Tapi di sini."
"Mesum!"
Kenzio tertawa renyah. "Aku akan sabar sayang, sampai kamu sah menjadi istriku, kalau sudah sah 'kan bebas mau apapun, jungkir balik, koprol-koprolan atau tendang-tendangan."
Zea menatap geli Ken, pria ini makin lama makin stres, pikir Zea. "Ken, perasaan yang kecelakaan Zea deh, kok yang otaknya geser Ken sih?"
"Cuma kamu yang bisa membuat pria dingin ini jadi gila, sayang."
"Receh banget sih gombalannya. Kapan jalannya kalau kita ngobrol terus," kesal Zea.
"Ok, princess. Kita mau kemana sekarang?"
"Makan dulu deh, tapi Zea mau nasi padang yang di Padang langsung." Kenzio mendelik kesal. "Becanda, cari nasi padang terdekat aja," ujar Zea.
***
Zea dan Kenzio sudah memesan dua porsi nasi padang serta dua jelas es jeruk, tinggal menunggu pesanan mereka datang.
Kenzio menggenggam tangan gadisnya di atas meja lalu menatapnya dengan penuh cinta dan seperti biasa pipi Zea akan semerah tomat. "Aku suka lihat kamu blushing, sayang."
"Jangan goda, Zea."
"Kamu lucu."
"By the way, dari sekian banyak perempuan yang ada di dunia ini kenapa pilih Zea?"
Kenzio tersenyum tipis. "Karena rasa yang tumbuh di hati aku terjadi begitu saja, karena hatiku yang memilihmu sebagai pelabuhan terakhirku."
"Nggak lagi gombal 'kan?"
Kenzio menggeleng. "Bahkan detik ini juga aku siap bawa kamu ke KUA."
Setelah itu pesanan mereka datang, mereka menghabiskan makanan dengan ditemani obrolan-obrolan ringan. Tak lama kemudian muncul sebuah pesan whatsapp masuk ke ponsel Kenzio.
Abang Varel : Zi, bisa datang ke rumah sakit sekarang? Mama ingin bicara sesuatu yang penting, temui ibu yang melahirkanmu.
Zea dapat melihat perubahan raut wajah Kenzio. "Ada apa, Ken?"
"Mama mau aku pulang," cicitnya.
"Yaudah ayo kita ke sana, sekalian aku mau jengukin nenek Safira."
Setelah itu masuk lagi satu pesan.
Abang Varel : Kata mama sekalian ajak Valen.
Kenzio menatap Zea. "Mama pengin sama Valen juga."
"Valen?"
Kenzio mengangguk.
"Yaudah antarin Zea pulang ke rumah, Ken berangkat bareng Valen aja."
Kenzio menggeleng. "Kita bertiga berangkat. Tapi kamu kuat sayang? Kamu baru keluar dari rumah sakit."
"Nggak apa-apa."
Setelah itu Kenzio segera menghubungi Valen dan memesan tiket pesawat ke Sidney.
***
Kenzio, Zea dan Valen sekarang sudah sampai di rumah sakit tempat Safira dirawat. Ruangannya cukup ramai ada Varel, Amanda dan putri kecil mereka -Aira- dan suami dari Safira.
Zea meringis melihat keadaan Safira, wajahnya sangat pucat dan lemas tapi ia masih tetap berusaha tersenyum.
"Valen," ujar Safira dengan suara lemah, Valen mendekat dan tersenyum simpul ke arah Safira. "Iya, tante?"
"Kamu mencintai Zio?"
Valen terkejut begitupun Zea dan Kenzio. "Iya, tante."
"Kalau tante minta kamu menikah dengan Zio kamu mau?" ujarnya dengan nada lemah namun artikulasinya masih bisa dimengerti.
"Ma!" ujar Kenzio.
Safira menggeleng. "Mama tanya Valen."
Zea tidak dapat menahan air matanya, ia mendekat ke arah Safira seraya menghapus air matanya. "Kenapa harus Valen, Nek? Zea dan Ken saling mencintai. Kenapa Nenek tega memisahkan kami!"
"Saya tidah berbicara dengan kamu, Zea."
"Nenek, Zea mohon. Restui hubungan Zea dengan Ken, lupakan perjanjian konyol di masa lalu," mohon Zea disela isak tangisnya.
Kenzio ikut mengeluarkan pendapat. "Ma, Zio mohon! Ini masalah hati, jangan pisahkan dua hati yang saling mencinta. Zea is mine!"
"Zio, kalau ini permintaan terakhir mama, apa kamu akan tetap menolak?"
Hening, tidak ada seorangpun yang mengeluarkan suara. Hanya Safira yang kembali bertanya. "Bagaimana, Len?"
Valen tetap bergeming, ia memang mencintai Kenzio tapi entah kenapa untuk menjawab pertanyaan Safira begitu sulit.
'Ini kesempatan lo, Len. Lo akan dengan mudah mendapatkan Kenzio. Pangeran tampan yang jarang ada di jaman sekarang'. Seakan bisikan setan menghantui pikirannya.
'Jangan terima, Len. Jangan merusak kebahagiaan orang lain. Dia nggak cinta sama lo, cinta Kenzio hanya buat Zea'. Bisikan lainnya kembali menguasai pikiran Valen.
"Jawaban kamu adalah penentu, Len. Kalau kamu menolak maka saya akan restui Zea dan Zio untuk bersatu."
"Tapi jika kamu ingin menikah dengan Zio, saya akan memberi lampu hijau," lanjutnya.
Please jangan, Len. Biarkan gue dan Ken bersatu.
***
Kira-kira apa jawaban Valen?
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Hati (END)
RomansaSebagian part diprivate, mari follow dulu sebelum baca. Terima kasih. *** Kisah klise, tentang seorang laki-laki yang memendam perasaan kepada gadis kecil yang merupakan anak dari Abang sepupunya. Di saat mereka menjalin hubungan, restu dari sang Ib...