Over the hills, and far away
A million miles from LA
Just anywhere away with you
I know we've got to get away
Someplace where no one knows our name
We'll find the start of something new
Just take me anywhere
Take me anywhere
Anywhere away with you
Just take me anywhere
Take me anywhere
Anywhere away with you(Rita Ora_Anywhere)
•••••Musim berlalu silih berganti. Dedaunan berguguran seiring hembusan angin yang bertiup kencang. Kota Chicago masih nampak sama. Dengan total penduduk melebihi 2,8 juta jiwa yang memadati wilayah ter'liar' dan kreatif di Amerika.
Chicago, U.S.A – 2 Years Later
Jutaan penduduk kota Chicago senantiasa melakukan aktivitas harinya seperti biasa. Berkumpul, membuat kegiatan yang menyenangkan dan tertawa bebas. Tak perlu memandang kondisi maupun situasi.
Namun, hal itu tak berlaku pada seorang pria yang tengah menatap lekat pemandangan kota Chicago sewaktu senja dari lantai ketinggian ke-30.
Sejak dua tahun yang lalu pria itu sudah merasa hatinya telah mati. Meninggalkan sejuta kenangan yang hanya ia simpan rapat di memori terdalam. Mungkin dari luar mereka akan melihat pria itu mampu berdiri dengan tegaknya, tetapi itu hanya sebuah tameng. Tameng pengendalian dirinya yang rapuh untuk menutupi hatinya yang hancur.
Mencoba melupakan tetapi selalu terbayang. Belajar merelakan tapi hati berkata jangan.
Harus bagaimanakah ia bersikap?
Segala upaya telah ia lakukan tapi jalan yang ia lalui masih saja buntu. Nyatanya dunia seolah berkonspirasi pada dirinya. Penantian panjangnya belum berakhir. Mungkin selama ini usahanya kurang maksimal, sehingga Tuhan masih menutup jalannya untuk menuju gerbang kebahagiaan.
Lalu, kapan?
Pemikiran itulah yang selalu menari-nari di dalam benaknya. Kapan? Dan ia merasa sangsi bisa memperoleh kebahagiaannya kembali kalau bukan dengan wanita itu.
"Melamun lagi!"
Indera pendengarnya menangkap seseorang mengintrupsi aktivitas bisunya. Menoleh ke belakang iris hijaunya bertemu dengan iris hitam pekat milik sahabatnya itu.
"Apakah begitu terlihat?" tanya Aldevo tak percaya.
Sahabatnya itu menggelengkan kepalanya, lalu berjalan menuju sofa yang tak jauh dari tempat mereka berbicara. "Masih tak percaya juga?"
Aldevo tertunduk lesu. Ia menyadarkan tubuhnya di pinggir meja dengan kedua tangan terlipat. "Ada apa kau kemari, Scott?"
Pria itu menegakkan tubuhnya, pandangannya lurus ke arah Aldevo dengan raut wajah yang serius. "Apa kau tahu, kalau akhir-akhir ini kau terus membuat kesalahan?"
Aldevo terdiam.
"Nilai saham kita menurun. Dan kau tahu kan apa yang akan terjadi bila saham kita terus melonjak turun? Yes, perusahaan ini akan gulung tikar."
Aldevo mengusap sudut pelipisnya. "Tetapi tak semudah itu perusahaanku akan bangkrut. Mungkin saat ini kita di posisi bawah, tapi aku yakin kita bisa kembali ke posisi teratas."
"Dengan cara apa, hmm? Kau tahu selama ini yang kau lakukan hanya melamun dan meratapi hidupmu yang menyedihkan itu. Tanpa melihat puluhan ribu karyawanmu di luar sana yang menunggu kebangkitanmu. Dev, aku mempertaruhkan sahamku padamu agar project kita berhasil. Tapi, apa yang kulihat jauh berbeda dari yang kuharapkan. Sorry Dev, jika kau terus seperti ini kita akhiri saja kontrak kerja sama ini. Aku tak ingin merugi lebih banyak lagi."
Aldevo membelalakan matanya. Jenis sahabat macam apa orang itu? Bersiap menghilang saat situasi genting dan akan kembali saat kondisi stabil. Sial, pemikiran macam apa itu?
"Aku akan mengatasi segala kekacauan yang telah kuperbuat," ujar Aldevo mantap.
Scott menaikkan sebelah alisnya. "Kau yakin mampu mengatasinya?"
Aldevo mengangguk mantap. "Semoga aku belum terlambat memperbaiki kekacauan yang kuperbuat."
Scott memberikan seringainya, ia ingin melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana si idiot cinta itu memperbaiki kekacauan yang dia perbuat.
Berawal dari hilangnya Beby hingga tak diketahui keberadaannya. Sahabatnya itu larut dalam jurang kenestapaan. Ia tak memikirkan pekerjaannya maupun dirinya sendiri. Ia juga mengunci dirinya sampai tak ada seorang pun yang berani mendekatinya. Semua terjadi selama dua tahun belakangan ini. Dan, puncaknya saat inilah bagian terbesar yang harus ia perbaiki.
'Jutaan kerikil mampu kau lalui tanpa ada luka, jika kau selalu yakin pada kemampuan dirimu akan bisa.'
Aldevo selalu menyimpan kalimat itu di dalam hatinya. Meyakinkan dirinya bahwa mantra pemberian Beby akan membuatnya berhasil. Dan ia mampu melewati kekacauan ini.
Ia selalu berpegang teguh pada prinsipnya. Sesuatu yang ia mulai pasti akan diakhirinya. Seperti saat ini ketika kebobrokan itu berasal darinya, ia harus menebus kesalahannya. Memperbaiki dirinya, lalu membuka lembaran baru yang nantinya akan berguna pada masanya.
"Baiklah, aku akan mengambil tawaran yang kau katakan. Mengenai tender itu, aku harus memenanginya."
°°°°°
171227
.
.
200422
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Love of Mine
FantasíaJudul Awal: In The Name Of Love Aldevo Archelaus sangat mencintai kekasihnya, Beby Owen. Namun, naasnya kekasihnya menghilang dalam suatu insiden dan tak pernah kembali lagi. Hingga datang satu titik dimana ia merasa putus asa dan patah arang. • • •...