Chapter 6 (Togetherness 2)

1.8K 160 1
                                    

Kim Taehyung adalah kakak laki-laki dari Jennie, Taehyung sebenarnya sudah lama menyukai Jisoo, namun Jisoo tidak pernah menyadarinya karena jujur, Taehyung dan Jisoo tidak pernah berkomunikasi, bertatapan muka pun hanya sekali, waktu ulangtahun Jennie 2 tahun lalu, Taehyung sedang melanjutkan pendidikannya disuatu universitas terkenal yang ada di Amerika

"Ah kalian terlalu memperhatikanku, bagaimana dengan Jennie?" tanya Jisoo seketika, membuat Jennie yang sedang mengkhayal, langsung kembali ke dunia nyata

Jisoo mengerutkan dahinya "apa maksudmu eonnie?"

"Kau sangat antusias dengan masa depanku, lalu bagaimana dengan masa depanmu sendiri? Apa kau sudah menemukannya?" tanya Jisoo, membuat Lisa dan Rose mendekat ke arah Jennie

Yah, eonnie mereka benar, mereka belum pernah mendengar tentang kekasih ataupun namja yang dekat dengan Jennie, mengingat sifat yeoja itu yang benar-benar cuek dan dingin jika tidak bersama dengan mereka

Jennie menggelengkan kepalanya pelan "masih belum" jawabnya dengan nada sedih

"Mwo? Jennie eonnie, kenapa seperti itu? Cobalah bergaul dengan seorang namja eonnie" ucap Lisa, membuat kepalanya sendiri sakit karena mendapat jitakan dari Jennie

"Kau pikir, aku sepertimu? Dasar pokpak" kesal Jennie yang mengundang tawa dari Jisoo dan Rose

Jisoo memutar bola matanya malas "jangan katakan padaku, jika masa lalumu yang membuatmu seperti ini" ucap Jisoo

Jennie cemberut "it's true, salahkan masa laluku eonnie" gumam Jennie

Sekarang Rose yang terlihat kesal pada Jennie "astaga Jennie eonnie, sampai kapan eonnie akan membiarkan masa lalu itu menganggu hidup eonnie? Apa begitu sulit melupakannya, sehingga eonnie menjadi seperti ini?" tanya Rose yang benar-benar kesal dengan sifat Jennie, bagaimana bisa Jennie tidak mau berusaha bangkit dari masa lalunya?

Jennie menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan kasar, Jisoo mulai khawatir, yeoja ini tahu jika Jennie melakukan hal itu, tandanya kekesalan Jennie sudah melewati batas, dan sifat dinginnya akan muncul saat itu juga, sebenarnya bukan hanya Jisoo yang mengetahui hal itu, Lisa dan Rose juga tahu, namun sifat keras kepala Rose sedang menguasainya saat ini

"Rose-ah, jika kau berada diposisiku, kau akan tahu rasanya, aku sudah berusaha, namun sulit untuk dilakukan" suara datar nan dingin itu mendominasi ruangan yang luas

"Namun eon, sudah bertahun-tahun lamanya dan kau belum juga bangkit" sahut Rose dengan nada kesal

Jennie memutar bola matanya kesal "ini hidupku Rose" tekan Jennie, suasana semakin panas, tidak ada yang ingin mengalah

"Aku hanya ingin yang terbaik untukmu" tekan Rose tak kalah tajam

Lisa mulai takut dengan keadaan, dia takut dengan nada datar Jennie dan tatapan tajam Rose, Lisa, gadis itu memeluk lengan Jisoo sambil berusaha menahan tangisnya "eonnie, hentikan mereka, jebal" bisik Lisa yang mulai menangis

Jisoo tidak mengerti, kenapa keadaannya jadi seperti ini? Keduanya masih terus beradu mulut, berperang tatapan tajam "Apa kalian akan terus-terusan seperti ini?" suara lembut nan tajam dari Jisoo membuat Jennie dan Rose berhenti lalu menatap eonnie mereka "apa masalahnya akan selesai, jika kalian seperti tadi? bagaimana mungkin api akan padam jika kalian memadamkannya dengan api? Bagaimana mungkin kalian bisa melewati jalanan yang gelap jika kalian melewatinya dengan menutup mata? kalian bukan anak kecil lagikan? Jadi, ku mohon bersikaplah dewasa" nasihat Jisoo

Jisoo memang tidak bisa marah, bahkan tadi saja, saat menasihati Rose dan Jennie, Jisoo tetap lembut, Jisoo tidak bisa menaikan nada suaranya saat marah, dia tidak bisa dingin dan datar seperti Jennie, dia tidak bisa melakukan tatapan tajam seperti yang dilakukan Rose, namun Jennie, Rose dan Lisa tau kapan eonnienya marah, maka dari itu mereka sering memanggil Jisoo dengan sebutan eomma, selain karena Jisoo yang paling tua, mereka juga memanggilnya eomma karena hatinya yang baik dan selalu mengingatkan mereka untuk makan tepat waktu, dan mengobati mereka saat sakit, yah meskipun kadang tidak secara langsung, mengingat keadaan Jisoo yang terkekang

Jennie menetralkan hati dan pikirannya, guna mengusir sifat dinginnya "Rose-ah mianhae, eonnie keterlaluan padamu, aku hanya tidak ingin dipaksa Rose, mengertilah, seiring berjalannya waktu pasti eonnimu ini bisa bangkit, dukung aku terus Rose-ah" ucap Jennie dengan suara lembut sambil memeluk Rose

"Ne eon, mianhae, aku hanya ingin yang terbaik untukmu eonnie, percayalah" gumam Rose dalam pelukan itu

Jennie melepaskan pelukannya "aku percaya, gomawo" kata Jennie

Jisoo melirik Lisa yang masih memeluk tangannya "hey Lalisa, kau bisa menangis?" goda Jisoo saat melihat bekas air mata dipipi dan matanya

Lisa terlihat cemberut "Eonnie, aku masih punya perasaan" jawab Lisa membuat mereka berempat tertawa

Keempat yeoja itu terus melontarkan candaan yang berhasil membuat perut mereka sakit karena tertawa secara berlebihan, canda tawa masih menghiasi apartement Jisoo, sebelum suara dari handphone Jisoo terdengar

Wajah cemberut Jisoo membuat ketiga yeoja cantik itu bertanya-tanya siapa yang menelfon eonnie mereka

"Yeoboseyo, Anna eodiga?"

"....."

"Ah ne, acaranya sudah selesai yah? Baiklah aku akan segera kesana"

"....."

"Ne, gomawo-yo Anna"

Jisoo memasukkan handphonenya ke dalam tas dan memandang wajah sahabat-sahabatnya dengan tatapan sedih "ah, waktunya berpisah dongsaengku" ucap Jisoo

"Mwo? Secepat itukah waktu berjalan? Memangnya jam berapa ini?" Lisa mengecek jam tangannya "oh? 10 malam? Benarkah? Ah eomma, aku masih merindukanmu" rengek Lisa sambil memeluk Jisoo

Jisoo terkekeh "aku akan berusaha, agar bisa berkumpul dengan kalian secepatnya" ucap Jisoo

"Eonnie, jika memang tidak memungkinkan untuk eonnie keluar rumah, ku mohon, jangan terlalu memaksakan diri" ucap Rose

Jennie menatap Jisoo dalam "eon, jangan terlalu mengkhawatirkan kami, khawatirkan dirimu sendiri eon, percayalah kami tidak apa-apa, kau terlalu baik, sehingga mau mengorbankan apapun hanya untuk kami" jelas Jennie sambil memegang tangan Jisoo

"Itu semua kulakukan karena kalian adalah alasanku tetap bertahan" ucap Jisoo sambil tersenyum

Jisoo melepaskan pelukan Lisa "mianhae Lisa-ah, eonnie harus pulang sekarang, menginaplah disini jika kalian mau" ucap Jisoo sambil berdiri dan mengambil tas kecil bermerek yang dibawahnya

Jisoo berjalan menuju pintu apartementnya, tangan mungilnya siap menekan sebuah tombol yang akan membuka pintu apartementnya, untuk menekan tombol saja sangat susah dilakukannya karena hatinya yang masih ingin bersama ketiga dongsaengnya, Jisoo berbalik dan menatap ketiga sahabatnya yg juga sedang menatapnya

"Apapun yang terjadi tetap hubungi aku" kata Jisoo sambil tersenyum lalu menekan tombol yang akan membawanya keluar

Jennie, Rose dan Lisa termenung saat Jisoo benar-benar menghilang dibalik pintu "ah, kenapa aku merasa sangat beruntung memilikinya, sebagai eonnie sekaligus eomma kedua untukku?" ucap Jennie

"Bukan merasa lagi, kita memang beruntung memilikinya" sambung Lisa

Rose tersenyum "yah kita sangat beruntung, saat kenal Jisoo eonnie, aku sadar bahwa malaikat itu nyata" sahut Rose





•••

Update lagi guys, maaf yah aeris sering hiatus^▁^

Please vomments guys>_<

Why?? - BLACKPINKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang