0.2

2.1K 257 23
                                    

Setelah sekolah berakhir, Changbin sering nongkrong bersama teman-temannya. Kadang mereka bisa nongkrong sampai melupakan waktu. Walau mereka hanya mengobrolkan hal-hal simple seperti guru-guru mereka, pekerjaan rumah yang diberikan terlalu banyak, harga makanan di kantin yang sudah naik seribu, sampai hal-hal tida berguna seperti kucing yang sering mereka temui di belakang sekolah. Tapi Rui tidak terlalu mempermasalahkan banyaknya waktu yang dihabiskan Changbin bersama mereka dibandingkan dengannya. Karena menurut Rui, asalkan Changbin tidak melakukan hal-hal yang tidak baik seperti dulu lagi, ia sudah senang.

"Gue cabut dulu ya!" pamit Hyunjin salah satu teman Changbin. Setelah melihat temannya berpamit, Changbin pun mengeluarkan handphone-nya untuk melihat jam. Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Dan Changbin harus segera pulang karena ia sudah janji kepada Rui untuk menemaninya ke mall nanti malam.

"Gue juga cabut dulu ya" pamit Changbin sebelum meninggalkan teman-temannya. Teman-temanya hanya mengangguk memberi jawaban. Setelah Changbin meninggalkan mereka, satu-satu mereka pun mulai pulang.

Rui baru saja selesai mandi ketika handphone-nya berdering. Ia mengambil handphone-nya yang terlantar di atas tempat tidur. Ia memeriksa nama panggilan tersebut dan ternyata yang menelepon adalah Changbin. Rui menggeser tombol menjawab dan menempatkan handphone-nya ke telinga.

"Hm? Ada apa?" tanya Rui kepada Changbin.

"Ih pake nanya segala lagi. Uda siap belum?" kata Changbin pura-pura kesal.

"Siap apaan?" tanya Rui tidak mengerti dengan apa yang dimaksud Changbin.

"Lah katanya kamu mau ke mall?" tanya Changbin kembali.

Rui mengerutkan keningnya dan berusaha berpikir. Sesaat kemudian matanya membulat dan tangannya menepuk jidatnya.

"Astaga! Aku lupa Bin! Yaudah deh gue siap-siap dulu. Kamu datang aja"

Changbin hanya bisa terkekeh mendengar pacarnya.

"Yaudah cepetan ya. Aku menuju rumah kamu."

"Iya-iya" jawab Rui. Setelah menutup telepon, Rui pun segera bersiap-siap. Memilih baju yang akan dipakainya dan juga memberi riasan tipis ke wajahnya. Tidak lama kemudian, terdengar teriakan Donghan memberi tahu Rui bahwa Changbin sudah datang.

"DEK! CHANGBIN-NYA UDAH DI DEPAN! BURUAN!" teriak Donghan.

"IYA! BENTAR LAGI SIAP!" teriak Rui balik ke Donghan memberi jawaban. Ia segera mengambil tas selempangnya dan ngancir keluar kamar.

"Yang nunggu kan Changbin. Kok lo yang sewot sih?" kompor Rui ke Donghan seraya menuruni tangga.

"Apaan dah. Ingatin aja marah. Dasar nenek lampir! Heran dah gue, kok ada yang suka. Ganteng lagi." sindir Donghan. Dan Rui hanya bisa memberi tatapan kesal kepada abangnya. Kalau diladeni malah gak siap-siap trus Rui gak jadi jalan bareng Changbin deh.

Sedangkan Changbin yang berada di ambang pintu hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan dua bersaudara tersebut. Sebenarya ia merasa sangat iri. Walaupun orangtua Rui sangat jarang berada di rumah, tapi mereka selalu memberi kasih sayang yang cukup bagi kedua anak mereka. Terlebih, Rui mempunyai seorang kakak laki-laki. Jadi dia tidak akan merasa terlalu kesepian. Walaupun mereka selalu terlihat ber-adu mulut, mereka masih saling menyayangi. Bahkan Donghan tidak akan segan-segan untuk menghajar siapa saja yang berani melukai Rui, adiknya.

Sesampai di mall, Changbin dan Rui segera mengelilingi mall tersebut. Rui ingin mencari sebuah kado buat Donghan. Berhubung ulang tahun Donghan sudah dekat. Rui mengajak Changbin karena ia membutuhkan pendapat Changbin mengenai barang-barang yang dipilih Rui.

Setelah berkeliling selama berjam-jam, Rui pun akhirnya membeli sebuah sepatu untuk hadiahnya. Ia merasa sangat puas dengan pilihannya. Setelah membayarnya, Rui dan Changbin pun segera pulang karena hari sudah semakin larut dan Donghan bisa saja menghajar Changbin kalau ia tidak segera membawa Rui pulang.

Selama perjalanan pulang, Rui terus saja tersenyum karena ia merasa sangat senang. Tapi ia tidak tahu akan apa yang akan menimpanya kedepannya. Begitu pula dengan Changbin. Karena hal terakhir yang mereka ingat pada hari itu adalah sebuah cahaya yang berasal dari mobil berlawanan arah yang dikendarai oleh seorang pemabuk menghantam mereka. Dan semuanya berubah menjadi gelap.

eucatastrophe › changbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang