Ketika ia asyik mengetik keyboard laptop sampai-sampai Nisa tidak menyadari akan bahwa bundanya sudah berdiri di belakangnya sejak awal.
"Eh bunda sejak kapan bunda di sini?, maaf ya bun habisnya aku lagi ngerjain PR sejarah jadi aku nggak tau kalau bunda di sini."
Nisa kembali mengetik keyboard laptopnya.
"Kamu ngerjain PR apa sih kok kelihatannya serius banget?." Kilna bertanya pada anaknya yang sedang asyik tersebut.
"PR sejarah tentang kerajaan di Mesir bun."jawabnya.
"Sudah dulu ngerjainnya makan malam aja dulu, Nis." Kilna berusaha untuk membujuknya.
"Kamu masih marahan ya sama Destin?."bundanya itu seakan tau isi pikiran anaknya itu.
"Engga kok bun Nisa nggak marah sama Destin." Nisa masih saja sibuk mengetik.
"Yasudah kalau begitu tidak ada lagi alasan kamu untuk menolak makan malam lagi. Nisa kamu sudah lama nggak makan malam bersama, nanti ini lah..., nanti itu lah...."bundanya menyimpulkan. "
Bundanya itu pun membawanya ke meja makan, tetapi Nisa merasa seakan baru pertama kali saja ia duduk, dan berkumpul di sana.
"Eh Nisa akhirnya kamu mau juga makan malam bersama."
Galih menyambut kedatangan Nisa. Sebab mendengar ucapan papahnya itu gerak Destin menyuapkan makanan pun berhenti, dan matanya langsung tersorot ke arah Nisa dengan tatapan yang tajam. Nisa pun hanya tertunduk kaku di meja makan, dan tidak sama sekali mengeluarkan bunyi.
"Sudahlah jangan seperti itu kalian berdua itu harusnya akur jangan suka marahan ." Galih berusaha menghentikan amarahnya Destin karena bertemu dengan Nisa.
"Bun, pah, aku mau ke kamar dulu sudah kenyang ngeliat muka busuknya itu." Destin lalu pergi, dan meninggalkan mereka.
"Aku juga mau ke kamar dulu lupa mau ngerjakan PR Matematika besok di serahkan ke bu Neni, dan lagi pula aku masih kenyang kok." Nisa pun meninggalkan meja makan dan menuju ke kamarnya.
"Pah kalau begini terus mereka berdua tidak akan bisa akur, aku tidak mau melihat mereka begini." Kilna berucap sedih.
"Hiks...hiks...hiks... kenapa sih kak lo nggak pernah nyayangin gue lo malah benci sama gue .
" Gue sebenarnya punya salah apa sih sama lo sampai lo sebenci itu sama gue." Nisa merintih.
"Gue nggak boleh sedih terus gue harus kuat." Nisa berusaha menghilangkan rasa sedihnya itu.
Ia pun kambali mengetik keyboard laptopnya, dan mengerjakan PRnya.
"Ini gimana ya cara ngerjainnya?." Nisa merasa kebingungan.
"Gue kerjakan sebisa gue aja dulu deh." Nisa beranggapan sendiri.
Setelah mengerjakan PR ia kemudian memainkan handphonenya, dan ia sangat suka memainkan permainan cookie run.
Tidak terasa malam pun semakin larut, dan perutnya merasa lapar, "gue laper banget nih."rintihnya pelan.
Ia pun menuju tempat favoritnya saat malam, "mana yah?, apa sudah habis."
Nisa berusaha mencari secara pelan, dan penerangannya hanya menggunakan sinar blid handphonenya.
"Nah ini dia makanan kesukaan gue super bubur rasa soto ayam."
Nisa membuka bungkusnya secara perlahan agar tidak terhambur, dan menimbulkan suara.
Setelah selesai ia pun mematikan lampu blidnya, dan untuk penerangan melalui lampu luar saja.
Meskipun melalui lampu luar dapurnya itu tetap saja terasa sangat gelap.
Ketika berjalan menuju kamar ia melihat sosok berwajah putih, dan ia pun berteriak sampai membuat orang terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCHANDO
Teen Fiction"Gue benci sama lo." "Lo sudah hancurin impian gue." "Gue nggak bakalan maafin lo." Destin menggerutu pada Nisa. Nisa seorang gadis mungil yang terpandang secara manis, tetapi harus melewati jalan hidup yang pahit, dan terpecah belah. seakan duni...