///
Catatan Akhir Runaways
///
4 September 2015
Yoshi mengoper bola basket di tangannya pada seorang teman yang berdiri tidak jauh dari ring. Diterima dengan baik oleh temannya, lalu dengan gesit memasukkannya ke dalam ring."Good job, Van!" seru Yoshi berlari pelan menuju Evan lalu memberikan fist bump singkat ala mereka.
"Hai, Guys!" Via dengan kamera baru miliknya itu sekarang sedang hobi-hobinya merekam kegiatannya dan sahabat-sahabatnya, Runaways.
Kedua laki-laki tadi tersenyum, melambai sebentar lalu kembali melanjutkan permainan ringan mereka. Ketiganya tengah di lapangan outdoor sekarang, sekedar mengisi waktu luang sebelum kembali masuk kelas.
Via kini mengarahkan kamera pada dirinya sendiri dengan senyum merekahnya. "Halooo I'm Livia Aluna and you can call me Via! Dan ini cerita gue bersama Runaways!"
///
6 September 2015
Nampak Evan, Sekar, Yudis, dan Windy duduk saling berhadapan dengan kamera yang berada di tengah mereka tentu dengan Via yang memegangnya. Dengan latar yang lumayan ramai siswa-siswi berlalu lalang, kantin tentu menjadi tempat berkumpulnya mereka sekarang.
Seperti biasa, Via mulai memperbesar wajah sahabat-sahabatnya satu per satu agar lebih jelas. "Cewek bersuara cempreng ini, makannya paling banyak dan cepet tapi badannya juga paling kurus," ujar Via saat kameranya menunjuk Windy.
"Monyet lo!" Windy melempar tisu bekasnya ke arah layar kamera, membuat teman-temannya terkekeh.
Via melanjutkan. "Nemu sandaran dikit langung molor alias pelor! Paling nggak bisa di tempat serem karena Windy bisa liat mereka... Hiiii."
Selanjutnya ia mengalihkan kameranya pada Sekar, si gadis dengan rambut yang paling panjang di antara mereka. "Si muka pucat ini namanya Sekar. Karina Sekar Ayu. Cantik ya namanya?" tanyanya kembali memperbesar wajah Sekar di kameranya. "Wajahnya selalu pucat udah kayak zombie. Kebanyakan begadang ngerjain tugas tuh, dan suka banget ngaca!"
"Ih rese lo," ujar Sekar dengan kekehannya. "Tambahnin dong, gue vokalis band sekolah."
Via di balik terlihat mengangguk karena kameranya yang bergoyang. "Oke, Mbak Vokalis. Kita lanjut!" Kali ini kamera gadis itu merekam Evan yang tengah meminum es jeruknya. "Kalau yang ini namanya Evan. Dia ini sukanya lawak, susah banget diajakin serius. Udah klop banget sama kembar siamnya itu si Ajun. Kemana dah itu anak?"
Evan terdiam sebentar, melihat kamera dengan wajah sok cool menurut teman-temannya itu dan tangannya yang membentuk pistol ia taruh di bawah dagunya lalu tertawa pelan.
Setelah itu kamera diarahkan pada satu lagi laki-laki disana. "Yudistira atau Yudis yang hobi bolos ini–"
"Perkenalannya harus banget kayak gitu, Vi?" potong Yudis menatap kamera dengan tatapan tak enaknya.
Via dan yang lainnya tertawa sebentar, namun gadis itu kembali melanjutkan. "Sorry, sorry. Jadi si lenong satu ini hobinya nggak beda jauh sama Windy alias tidur! Gamers sejati dan bodo amat soal pelajaran. Pokoknya Cuma hambur-hamburin duit orang tuanya doang," lanjut Via yang kembali dipenuhi tawa besar teman-temannya.
"Oke, Vi. Lo cukup mencoreng nama baik gue," ujar Yudis namum masih tertawa mendengar bagaimana temannya itu mendeskripsikan dirinya.
"Biar bisa lo kenang, Dis. Nanti gue jadiin Catatan Akhir Runaways, deh. Gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lady In White - Treasure aespa
HorrorSemuanya dimulai dari sebuah pesan berdarah yang ditemukan di langit-langit kelas 12 IPS 3 yang berbunyi, "Selesaikan Permainan, atau Mati!" Pesan yang menarik perhatian enam remaja yang menamakan diri mereka Sphinx. Saat mereka mencoba memahami mak...