MWTJ : 6

12.6K 531 14
                                    

•°•Happy Reading•°•

"Jadi, kau menikahinya karena ingin membalaskan dendam mu?" tanya wanita dengan dres mini dan ketat sambil bersandar di dinding dan memegang gelas yang berisikan cairan emas yang sangat hangat.

Rafael hanya mengangguk pelan.

"Alasan klasik, tapi kau tidak mencintainya kan?" tanya Laudia sambil menatap ke bawah dan melihat Alesha dengan Lena berjalan memasuki mansion.

"Tentu tidak." ucap Rafael singkat.

"Memangnya apa dendam mu padanya? Kau tidak lihat, dia sudah buta dan pasti sudah tersiksa."

"Aku tidak akan bercerita." Ucap Rafael lalu merengguh pinggang Laudia.

"Oh baiklah, dua bulan aku pergi rupanya kau sangat merindukan ku."

"Hem tidak juga, aku terlalu sibuk dengan gadis buta itu sehingga aku melupakan mu."

Laudia menyimpan gelas itu diatas meja dan tersenyum kecut. "Kau melupakan ku? oh aku tahu, sebegitu berharganya gadis buta itu dimata mu sehingga kau saja tidak peduli dengan ku." ucapan Laudia diakhiri dengan ekspresi kesalnya sambil menyikap kedua tangannya didada.

"Tidak bukan begitu, aku terlalu memikirkan rencana untuk membalas gadis itu. Jangan marah kau terlihat jelek kalau marah." Ucap Rafael.

Seketika Laudia mendekati Rafael dan memeluknya. "Aku terlalu rindu padamu." Rafael kemudian menarik tengkuk Laudia dan menciumnya berulangkali.

Tak lama kemudian deringan ponsel Rafael mengganggu aktifitas mereka. "Aku tidak lama." ucap Rafael lalu meninggalkan Laudia.

"Ada apa kau menelpon ku?"

"Maaf tuan saya telah mengganggu, saat ini adik tuan sedang berada di rumah sakit ia mengalami kecelakaan, sebaiknya tuan segera kesini untuk menandatangani persetujuan operasi."

"Apa? Bagaimana bisa? Baiklah aku akan segera kesana. "

Rafael kembali ke kamar yang ada di vila tersebut, lalu memakai kaus nya kembali.

"Ada apa?" tanya Laudia.

"Crish berulah lagi."

Laudia menghampiri Rafael yang berada di sisi ranjang. "Mengapa kau tidak membiarkannya untuk tinggal di mansion ini saja."

"Aku sudah membujuknya tapi tetap saja dia tidak ingin, lagi pula ia senang bersama teman-temannya hanya sekedar menghabiskan kegiatan yang tidak berguna. Aku ingin menemuinya dulu."

"Baiklah, aku akan menunggu."

Rafael mengambil kunci mobil yang berada di atas nakas, lalu pergi meninggalkan Laudia.

***

Pria dengan pakaian hitam-hitam itu mengeluarkan kotak besar yang disimpannya di bawah tanah. Ia tampak mengambil salah satu senjata itu lalu menggores tangannya dengan pisau dan meneteskan darahnya diatas senjata itu.

"Kau harus membantu ku untuk melawannya." ucapnya pada pistol itu. Berpuluh-puluh pistol yang disimpannya sudah ia klaim menjadi miliknya.

Otaknya terputar atas kejadian dua puluh tahun silam, kejadian dimana ia kehilangan orang yang sangat ia cintai serta kedua orang tuanya pun telah tewas dalam pembunuhan berantai itu. Sekarang ia telah memiliki kekuasaan yang tinggi di dunia perdagangan gelap, ia pun berjanji akan membalaskan dendam yang terjadi dua puluh tahun silam.

Ia teringat kembali, beberapa orang dengan pakaian hitam hitam dengan membawa senjata menggiring keluarganya lalu mengikatnya diatas kursi, orang orang itu pun melesatkan beberapa peluru kearah mereka, hanya saja pria itu hanya mendapatkan satu tembakan.

"Kau masih ku biarkan hidup." ucap seseorang kepada pria itu lalu meninggalkannya.

Pria itu tersadar akan lamunannya, ia kemudian meletakan kembali senjata senjata itu.

"Alesha aku pasti akan menemukan mu kembali." ucapnya pelan.

***

Rafael telah sampai di rumah sakit, dan benar saja adik nya itu berulah lagi. Belum ada tiga hari, ia sudah mendapatkan bogem kembali. Rafael dan Chris hanya berbeda tiga tahun, itu membuat orang orang sulit membedakannya karena wajahnya hampir mirip, hanya saja Chris mempunyai tahi lalat yang berada di dahinya sedangkan Rafael mempunyai lesung pipi yang manis.

Rafael segera menandatangani surat itu, dan beberapa menit kemudian Chris sudah memasuki ruang operasi. Chris, adik satu-satunya Rafael memang terkesan seperti pria bar-bar, ia sering kali mempermainkan wanita dalam waktu semalam selebihnya ia tinggal dengan meninggalkan sejumlah uang yang sangat banyak diatas nakas. Tidak lain tidak bukan, uang itu adalah warisan dari ayahnya. Chris tidak bekerja, seumur hidupnya ia hanya santai-santai sambil berfoya-foya menghabiskan harta warisan pemberiaan ayahnya.

Ia tidak sama seperti Rafael, kakaknya yang begitu gila kerja, walaupun hartanya sudah sangat cukup bahkan untuk tujuh turunan sekaligus. Bagi Rafael pekerjaan adalah hobinya, entah orang lain berfikir bekerja itu lelah, bosan, sangat berbeda dengan dirinya.

Beberapa jam kemudian, operasipun telah selesai dan Chris sudah dipindahkan keruang perawatan, ia mengalami kecelakaan karena mengemudi saat mabuk.

"Bangun anak manja!" tegas Rafael sambil menatap penuh amarah kepada Chris yang masih belum pulih. Rafael kemudian menyiramkan gelas yang berisikan air ke arah Chris.

"Kakak!! Apa yang kau lakukan?" teriak Chris.

"Justru aku yang harus bertanya, apa yang kau lakukan, kau berbuat ulah lagi?"

Chris meringis kesakitan. "Aku hanya bermain, apa tidak boleh?"

Habis sudah batas kesabaran Rafael, amarahnya membuncah. "Mulai sekarang semua aset pemberian dari papah kepada mu, akan aku jual. Dan kau harus tinggal bersamaku." Ucap Rafael lalu ia melangkahkan kakinya pergi dari ruang perawatan Christian.

Chris hampir saja tersedak mendengar perkataan itu. "Kau tidak bisa melakukannya." teriak Chris keras supaya Rafael mendengarnya, tapi kemudian pintu ruang perawatan pun tertutup meninggalkan Chris seorang diri.

***

TBC
Don't forget for Vote and Comment.
😍

Dukung selalu aku ya dalam cerita ini :')
Dukungan kalian, akan membuat aku semangat nulisnya, Hehe~•• 🌸


Dan kalian juga bisa kunjungi aku di Instagram @yolan_dta

Salam manis

Author :')

Married With The JerkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang