Liana dengan berseragam SMA terlihat berdiri di depan rumahnya dengan gelisah, kakinya tak berhenti menghentak, kepalanya menoleh ke kanan, ke kiri, lalu melihat handponenya, dan handponenya itu ditempelkan ke kupingnya. Sepertinya ia sedang menelepon seseorang (?).
"Ayo dong angkat, " Gumam gadis itu. Tak lama kemudian sebuah mobil Juke berhenti di depannya. Seseorang yang turun dari mobil itu, langsung mendapat omelan gratis dari Liana
Gadis itu menatap garang orang yang baru saja turun dari mobil. "Bianca! Lo lama amat sih jemputnya, tau gak gue lumutan disini nungguin! "
Bianca, seseorang yang baru saja turun dari mobil itu hanya cengengesan mendapat omelan itu.
"Ya maaf, gue telat bangun, trus dijalan kena macet deh. " Bianca memberikan senyum yang menampilkan deretan gigi putihnya
"Ehm, ra lo aja yang nyetir ya? Gue lagi males pingin tidur lagi bentar aja, ya?" ucap Bianca yang sukses mendapat tatapan tajam Liana.
Lia menghembuskan nafasnya kasar. " Okay fine. Ya udah ayo berangkat, gue ga pingin denger Syahrini kw ceramah" Bianca hanya terkekeh mendengar ocehan sahabatnya itu.
***
Sesampainya di parkiran sekolah Lia kebingungan mencari tempat parkir, ia pun mengguncang pelan tubuh Bianca."Woy kebo bangun! Bantuin gue cari tempat parkir" Bianca pun membuka matanya.
"Tempat biasa gue parkir aja napa?" Ucap Bianca setengah sadar, efek baru bangun. Bianca langsung mengecek apakah ada notif di hpnya atau tidak.
"Tempat biasa? Oh iya juga ya, ga kepikiran gue, " Nikara pun menjalankan mobilnya menuju parkir belakang sekolah,
Namun, ada yang aneh dari cara parkir salah satu mobil, mobil tersebut melewati garis batas parkirnya.
"Buset dah, ni anak cuma bisa ngegas doang kali ya bawa mobil, parkir ae gak bener. " Melihat hal itu Lia mempunyai ide cemerlang,
"Bi, " panggil Lia, Bianca yang sedang asik dengan hp nya menoleh ke arah Lia sambil menaikan salah satu alisnya, seakan bertanya 'kenapa?'
"Mobil lo lecet gapapa ya?" Lia dengan polosnya menanyakan hal itu. Disambut wajah kaget Bianca,
"Lo mau mati? Gak gak, ga boleh! Enak aja main rusak mobil orang! No way!" Lia menghembuskan nafasnya pelan. Harus sabar, batinnya.
"Gue pingin ngasi pelajaran buat yang punya mobil itu." Lia menunjuk mobil yang parkir melewati batas parkirnya.
Bianca melihat arah tunjuk Lia, sontak ia membulatkan matanya,
"Sumpah Li! Lo bosen hidup ya? Asli deh lo lagi pingin bunuh diri," Bianca menatap garang Lia, sedangkan yang ditatap hanya memberikan ekspresi bingung, 'salah gue apa?' batinnya.
Lia menoleh ke arah mobil itu, lalu lembali menoleh ke arah Bianca "Emang kenapa? Kok gue bingung"
TIN! TIN! TIN!
Bunyi klakson memecah kebingungan Lia."Lia pinggirin mobilnya, lu main diem tengah jalan lagi, " Ucap Bianca.
Lia pun menepikan mobilnya, "Lha terus kita parkir dimana? "
"Dimanapun, jangan aja disamping mobil itu, basement deh!" pasrah bianca.
"Astaga lo lebih milih olah raga pagi daripada di samping mobil itu? Penasaran gue sumpah" Lia pun membawa mobil nya menuju parkiran basement.
***
"Eh li, lo nanti esktra gak?" Tanya bianca."Gak tau deh tapi kayaknya esktra sih, kenapa?" Lia sedang menstalking instagram cowok incarannya sedikit terganggu.
"Lo harus dateng ntar, kata melly ada anggota baru dari teater earth revo. " Lia auto menoleh ke arah Bianca, dengan ekspresi terkejut dan cengo
"Sumpah demi apa? Earth revo? Kok bisa? Anak baru?" Bianca menoyor kepala Lia.
" ekspresi tolong di kondisi kan dong, enek gue liat nya sumpah," ucap bianca.
Setau Lia, earth revo adalah anak teater senior. Dimana teater itu sudah pernah membuat sebuah film dan tentu ada syarat agar masuk ke club teater tersebut.
"Engga ini serius gue, masak iya ada anak baru? Yakin lu?" Tanya Lia memastikan
Bianca hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban. Wah wah wah, ini sebuah kejutan yang baru Liana yang merupakan siswa yang sudah 2 tahun bersama teater sekolahnya itu saja belum mampu masuk ke earth revo. Tapi anak baru yang bahkan wajahnya tidak diketahui sudah berhasil masuk ke dalam teater earth revo. Rasa penasaran mulai menjalar di hati Liana.
"Oiya bi, cewek atau cowok?" Rasa penasaran Lia tidak bisa dihentikan bagaimanapun juga, itulah Lia
"Kata anak anak sih cewek bohay, andaikan cowok ganteng yah, gue gebet dah tu anak " ucap bianca.
Tak lama guru masuk ke dalam kelas
"Selamat siang anak anak, mulai haru senin kalian akan melaksanakan ujian semester, untuk jadwal pelajaran kalian bisa tanya kepada ketua kelas masing masing, untuk ketua kelas jadwal bisa di foto lalu di share ke grup kelas." Guru tersebut memberikan selembaran kepada sang ketua kelas."Baik bu, " jawab Dewi selaku ketua kelas.
" Ah iya, ibu hampir lupa, sesuai tradisi sekolah ini, untuk ruangan ujian kelas kalian akan terbagi menjadi 2. Jumlah kalian 30 orang bukan? Jadi 15 orang akan pindah ruangan yaitu absen 1-15 di ruangan kelas 3 IPA 7, lalu sisanya tetap disini dan kelas 3 IPA 7 setengah nya akan ujian di kelas ini, bisa dipahami?" Ucap Guru tersebut
"Siap bisa bu!" Seru siswa kelas 2IPA 4 itu.
"Baik sekian jika tidak ada yang bertanya ibu pamit, sekarang kalian bisa pulang karena sisa waktu akan dipakai panitia ujian untuk menyiapkan ruangan. Jangan kecewakan guru dengan nilai buruk kalian, belajar dan tetap semangat." Guru itupun pergi meninggalkan kelas.
Suasana riuh mengantar kepergian guru tersebut ada yang senang karena diperbolehkan pulang, ada pula yang sedih karena harus berpisah kelas.
"Ra kita tetep satu kelas yah, tapi kayaknya jauh deh duduknya, secara gue absen 4 lu absen 14" ucap bianca
"Ya gapapa kita duduknya jauhan, tapi sumpah kita sama anak IPA 7? Gue mending duduk sama anak IPS 6 sumpah." Sesal Liana
"Ye elu mah mau sama doi mulu, gapapa kali sama anak IPA 7, disana juga ada kak aldan cowo masa depan gue" bianca membicarakan Aldan sang maskot basket SMA nya
"Bodo amat lahh kuy pulang gue udh capek nih, pingin cepet cepet nonton " Liana menarik bianca keluar kelas, merekapun pulang ke rumah masing masing.
****
Segitu dulu awalnya yah
Vote and comment gais
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Scenario
Teen Fiction"Karma atau ini memang jalan cinta gue" Liana stevani *** "Lu cuma punya pilihan terima atau iya " Aldan nugraha