"Jangankan untuk melihatnya tersenyum, menatapku saja dia tidak pernah."
Jam menunjukkan pukul 2 siang, seorang perempuan berjalan menjauhi area kampus elit itu. Dengan langkah yang riang sambil bersenandung ria gadis itu melangkahkan kakinya menuju taman yang memang letaknya tidak terlalu jauh dari kampus tempatnya berkuliah. Saat ia memasuki area taman matanya tidak berhenti menatap kesana kemari mencari seseorang yang memang menjadi tujuan utamanya ke taman. Hingga pada akhirnya pandangannya jatuh kepada seseorang yang sedang duduk melamun, senyumannya mengembang, akhirnya ketemu juga pikir gadis itu. Tanpa ada niat untuk menghampiri pria itu, ia menduduki kursi taman yang tersedia di taman. Sejenak ia terpaku, apa yang dia lakukan? Oh tuhan, dia menyadari ini bukan untuk yang pertama kali ia pergi ke taman untuk melihat pria itu.
[Prilly Pov]
Aku mengerjapkan mataku ketika aku menyadari sesuatu, sebenarnya apa yang terjadi denganku? Lagi-lagi aku ingin menemuinya, entahlah namun saat kedua mataku telah melihatnya seperti ada yang membuncah di dadaku, aku bahagia. Aku bahagia hanya karna menatapnya dari kejauhan. Namun tak bisa aku pungkiri, jauh dilubuk hatiku yang paling dalam ada rasa sesak yang menggelayuti hatiku. Dimana saat aku menyadari bahwa dia tak pernah melihatku, padahal jelas-jelas aku ada di sekitarnya. Seketika mataku terasa memanas, lalu tak lama setelah itu cairan bening keluar begitu saja dari mataku. Sejenak aku menangis menyadari kebodohanku
"Lo itu bodoh prill, lo bodoh! Jangan mimpi deh loh. Jangankan ngeliat dia senyum, ngeliat lo aja dia gapernah!"
Dengan pandangan sayu aku tetap memfokuskan pandanganku ke dia. Dengan melihatnya saja sudah membuatku sebahagia ini, apalagi aku bisa memilikinya, oh tidak tidak, bukan memilikinya tapi setidaknya bisa berteman dengannya. Terlalu percaya diri jika aku berkata bisa memilikinya. Siapa aku? Hanya sesosok orang asing yang tiba-tiba mempunyai perasaan pada pria itu. Tak terasa waktu berjalan sangat cepat, kini jam menunjukkan pukul 4 lewat 15 menit sore.
"Hm udah sore banget lagi, apa gue pulang sekarang ya? Iyadeh pulang aja, besok kesini lagi deh. Good bye pangeran tampan, see you tomorrow hehe"
Aku menggelengkan kepalaku seraya terkekeh mendengar ucapanku sendiri. Aku pun bergegas bangun lalu mulai melangkahkan kaki meninggalkan taman.
☆ ☆ ☆
Pria itu masih duduk menyendiri di taman, baginya taman adalah satu-satunya tempat yang mampu membuat ia tenang, karena tempatnya yang memang terletak jauh dari hiruk pikuk orang-orang.
Ia sadar, ini bukan pertama kalinya ia merasa bahwa ia tidak sendirian. Seperti ada seseorang yang sedang memperhatikannya. Ingin sekali ia mengetahui siapa gadis itu sebenarnya, namun apalah daya syaraf syaraf matanya seolah sudah tidak lagi berfungsi, sehingga yang terlihat hanyalah kegelapan semata. Seorang pria berbadan tegap terlihat menghampirinya."Tuan tuan, tadi ada seseorang yang memperhatikan tu.."
"Gadis itu lagi?"
[Ali Pov]
"Tuan tuan, tadi ada seseorang yang memperhatikan tu.."
"Gadis itu lagi?" Aku menyela ucapannya. Aku sudah tau apa yang ingin ia bicarakan.
"Yaa benar tuan, gadis itu lagi. Tapi tadi gadis itu terlihat menangis tuan."
Menangis? Menangis kenapa dia? Biarpun aku tak bisa melihatnya, namun aku tahu semua tentang dirinya. Sejak pertama kali ia tak sengaja terpergok oleh anak buahku karena sedang memperhatikanku, aku mulai menyuruh anak buahku untuk mengulik identitasnya. Dia adalah Prilly Cindia Irnaminata, putri dari seorang pengusaha kaya bernama Rudi Minata dan Cynthia Yuanna. Seorang gadis yang lahir pada tanggal 15 oktober 1996, hm 1 tahun lebih muda dariku. Menurut salah satu anak buahku, Prilly adalah sesosok gadis yang amat cantik, dengan postur tubuhnya yang terbilang mungil, membuatnya terlihat sangat menggemaskan. Oh tuhan, andaikan saja aku bisa melihat, ingin sekali aku melihat wajah cantiknya itu. Saat pertama kali anak buahku yang bernama Fahri memberi tahuku bahwa ada seorang gadis yang sedang memperhatikanku, aku sedikit tak tenang dan sangat merasa terganggu. Namun seiring berjalannya waktu, aku malah terbiasa dengan kehadirannya. Hm lagi-lagi aku berandai-andai, andai saja mataku ini masih berfungsi, pasti aku akan menghampiri gadis itu, berkenalan, bahkan sangat ingin memilikinya. Tak bisa aku pungkiri, aku telah dibuatnya jatuh cinta sejatuh-jatuhnya dengan gadis bernama Prilly itu. Namun ada sesuatu yang membuatku sedikit merasa takut, bagaimana jika nanti Prilly mengetahui keadaan ku yang sebenarnya? Bagaimana jika nanti Prilly mengetahui aku buta? Akankah dia selalu mendatangiku seperti biasanya? Atau malah menjauhiku sehingga aku kembali merasakan kehampaan dalam hidupku ini? Entahlah, aku pun takut untuk memikirkan hal itu.
"Fahri, apa saja yang dia lakukan saat dia memperhatikanku?"
"Seperti biasa tuan.. ... ... " Aku mendengarkan setiap kata demi kata yang keluar dari mulut Fahri, ia menceritakan semuanya tanpa ada yang terlewati. Tanpa sadar bibirku tersungging membentuk sebuah senyuman, entahlah seperti ada ribuan kupu-kupu yang menghinggap diperutku, apalagi saat dimana Prilly mengatakan 'good bye pangeran tampan, see you tomorrow' oh tuhan rasanya aku ingin terbang, sumpah demi apapun aku belum pernah sebahagia ini.
"Sudah tuan, hanya itu."
"Hm baiklah." Aku menganggukan kepalaku mengerti.
"Emm tuan Ali, sepertinya hari mulai malam, apakah tuan Ali ingin pulang sekarang?"
"Baik Fahri, ayo kita pulang sekarang"
Aku bangkit dari duduk ku lalu mulai berjalan dibantu dengan Fahri yang menuntunku menuju mobil."Hm sepertinya aku akan tidur nyenyak malam ini"
-Bersambung
'Assalamualaikum?halloo semuanya😊
Menurut kalian, gimana cerita ini? Jelekkah? burukkah? pasarankah? alaykah? Atau apalah ituu, Nia ngerti kok karna ini tuh emang my first story, sumpah cerita pertama aseli buatan Nia. Jadi tolong maklumin aja yaa😂 emm Nia harap sih kalian suka sama cerita ini, dan Nia harap juga kalian mau vote dan comment cerita Nia, hehe gak maksa kok, tapi harus vote yaa *ehh😂✌oiyaa, betewe jangan lupa follow Nia yaa😲🔫-Anexa Nia
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is?
RomanceTentang dia, dia yang selalu ku perhatikan diam-diam. Tentang dia, dia pria dingin yang membuatku penasaran. Tentang dia, dia yang berhasil membuatku jatuh hati padanya. "Siapa dia? Mengapa dengan mudahnya aku jatuh hati hanya karena melihat wajah t...