01

71 2 2
                                    

Hidup itu susah, hidup itu uang, kau bukan siapa-siapa tanpa uang.

Ya benar memang hidup itu mahal semuanya perlu uang, uang menggantikan segalanya. Semua bisa dibeli, harga diri pun juga bisa dibeli bila mempunyai uang.

"Harga diri itu sudah tidak penting, Yena-ya. Yang penting sekarang adalah uang. Aku sudah tidak sanggup membiayai keluarga ini lagi, apalagi adik mu yang masih kecil! Ayah mu bahkan tidak meninggalkan apapun untuk kita! Sekarang kau lah yang jadi tulang punggung ini, Yena." Kata ibuku.

"Ya, aku tau, aku bosan mendengarkannya bu, berhentilah mengeluh." Sahutku.

"Yena, ibu mohon hanya kau harapan ibu nak."

"Harapan katamu? Heol, kau menjualku, bu! Apa itu yang namanya harapan?!"

"Kita tidak mempunyai apa-apa lagi, Yena-ya."

"Sudahlah, aku muak." Aku langsung mengambil tas dan pergi meninggalkan ibuku.

Ya, itulah aku Park Yena umurku 21th, ayahku sudah meninggal dan aku terpaksa menggantikannya dengan menjadi tulang punggung keluargaku, hutang yang ditinggalkan ayahku seakan mencekik ku, ah lebih tepatnya membunuhku.

Gaji kerja part timeku pun tidak sanggup membiayai sehingga ibuku menjual tubuhku pada lelaki hidung belang, aku tidak bisa mengelaknya karena cuma ini satu-satunya jalan agar kami tetap hidup.

"Ah sial, aku harus melakukan pekerjaan kotor itu lagi." Gumamku dalam hati . saat dijalan tiba-tiba ada seorang namja menabrak ku.

Brugh

Aku meringis kesakitan karena terjatuh ke lantai, tiba-tiba ada uluran tangan, aku mendongakkan kepalaku dan melihat namja tampan itu.

"Sini aku bantu, mianhae." ucap namja itu sambil membungkukkan badan.

"Ah, tak apa aku yang salah karena tidak melihatmu tadi." Ucapku sambil tersenyum ke arahnya.

"Ah, sudah dulu ya, aku terlambat bekerja sampai jumpa lagi." senyumku sambil melambaikan tangan.

Dan dengan sedikit berlari kecil tibalah aku di tempat kotor ini, sebuah club dengan dentuman musik yang nyaring serta orang-orang yang sedang dalam keadaan teler alias kobam.

Aku segera pergi ke ruangan khusus untuk berganti baju, biasanya aku memakai hoodie serta jeans panjang dan sepatu kets sebelum ke club dan tak lupa kacamataku. Ini hanya kedokku saja untuk menutupi perkerjaan kotor ini, biasanya jika orang bertanya pekerjaanku aku selalu bilang kalau aku bekerja paruh waktu dari cafe ke cafe. Tentu mereka percaya karena wajahku yang menurutku polos untuk menutupi pekerjaan asliku.

***

Aku berjalan memasuki club dan menuju bar, biasanya ada para langgananku yang menungguku. Dengan menggunakan dress hitam ketat yang bila aku menunduk akan memperlihatkan isi celana dalamku, ya beginilah pakaianku yang harus menarik perhatian namja. Aku mendatangi bosku, dialah orang yang membeliku dari ibuku dia juga yang mengenalkanku dengan para pelanggannya.

"Kau terlambat Yena, cepat kesana di meja 21." Katanya sambil menunjuk ruang tersebut.

"Mian, Namjoon-ssi." Aku langsung berjalan menuju ruang tersebut.

Ya, langgananku yang memang sudah ku kenal, dia memperlakukan ku layaknya seorang kekasih. Dia baik padaku dan kadang dia memberiku tip yang lumayan besar, dia sempat ingin aku berhenti kerja tapi itu tidak bisa karena aku mempunyai kontrak dengan bosku, maka dari itu dia selalu datang ke club hanya untuk menyewaku, ia takut bila aku mendapatkan lelaki yang kasar. Tentu aku bersyukur bertemu dengan lelaki seperti dia apalagi dia memang sangat tampan.

"Hey Jimin, apa kau sudah lama menungguku?" Sapaku langsung dan duduk disampingnya.

"Iya, kenapa kau lama sekali, eoh?! Kau tidak melayani laki-laki hidung belang kan?" Jawabnya dengan menatapku sinis.

" Mian, Jimin-ah, aku memang baru datang." Jawabku sambil tersenyum.

"Baiklah, Yena-ya aku ingin kau mengenal sepupuku. Kau hanya perlu membuatnya tidur denganmu, tapi dia tidak segampang yang kau lihat." Jawabnya sambil melihatkan senyumnya yang tampan. Ah, mungkin sekarang pipiku sudah merona.

" jangan tersenyum seperti itu
jimin-ah. Iya, iya akan aku lakukan, dimana dia sekarang?" Tanyaku langsung.

"Itu yang sedang duduk dipinggir meja bar, rambut abu-abu. Dia tidak senang kontak fisik dengan wanita dan ku harap kau bisa membuatnya tidur denganmu, walaupun itu cuma sekedar berpelukan " Katanya.

"Kenapa?" Tanyaku heran, jarang ada namja yang tak pernah mau kontak fisik dengan wanita.

"Ah, dia tidak senang bila ada wanita disekitarnya, tatapannya seakan-akan berubah, aku juga tak pernah menanyakan kenapa dia seperti itu dan dia datang kesinipun hanya untuk menenangkan pikirannya saja " jelas Jimin.

"Aku mohon padamu, Yena. Bantu aku," Jawabnya sedikit memelas.

Aku mengangguk, segera aku berdiri dan berjalan mendekatinya, yah ku akui dari belakang saja dia seperti lelaki normal yang menggilai selangkangan wanita.

"Apa aku boleh duduk disini?" Tanyaku seraya langsung duduk disampingnya, namun ia tak menghiraukanku sama sekali.

"Apakah kau datang sendiri?" Tanyaku, tapi lagi-lagi tak ada balasan. Ah kenapa dia kaku sekali.

" Jhope, segelas martini dengan Beefeater, ekstra dry, dan dengan twist, straight up " Teriak ku kepada bartender di bar ini.

Tanpa sengaja aku menyentuh tangannya dan seketika dia menatapku seakan-akan ingin membunuh. Oh, ayolah itu hanya tersentuh sedikit saja.

" Mian " Sahutku cepat

"Apa maumu?" Tanyanya langsung, kukira ia tidak dapat berbicara, aku langsung membalikkan badanku kearahnya.

"Aku ingin kau tidur denganku," Aku menggeleng. "Ah, tidak, tidak, cukup nikmati saja ketika aku menyentuhmu. Cukup itu saja." Jawabku to the point sambil tersenyum menggoda .

Ia terkekeh, "Memangnya kau bisa memuaskan ku? []

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 27, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Seduce youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang