18. New Life

1.2K 128 11
                                    

1 bulan berlalu…

Suara EKG yang merekam aktivitas jantung terdengar sambung menyambung berpadu dengan suara gelembung di tabung oxygen yang membantu pernafasan dengan selang disana. Sebuah jarum yang menghunus kulit juga terhubung oleh selang menuju sekantong liquid bening yang tergantung di tiang infus.

Terdengar samar-samar suara wanita paruh baya yang sedang berbicara ditambah rambatan sinar matahari yang menerpa membuatku membuka kelopak mataku perlahan. Tak ada hal lain yang kurasakan selain sedikit sakit di kepalaku juga kebingungan dengan bibirku yang kelu.

"Iya, Angel! Bibi titip belikan nasi duduk, ehㅡ uduk, ya? Jangan sampai lupa!" suara itu menghalau di telingaku yang masih merespon kebingungan tentang segalanya. Terlebih ketika suara kaki melangkah mendekat disusul seruan wanita paruh baya itu, sebelum ia memanggil dokter.

Berbagai pemeriksaan dilakukan padaku yang hanya diam tanpa berbicara. Sesekali, aku membalas anggukan untuk mengiyakan pertanyaan mereka juga menggeleng.
Mereka terus mengoceh memintaku melakukan sesuatu, padahal tubuhku kaku seperti ini. Dan sekarang mereka menanyakan tentang nama atau ingatanku.

"Apakah Anda mengingat nama Anda?" tanya salah satu sosok dengan baju putih bersih disamping ranjangku.

Kepalaku menggeleng pelan.

"Bisakah Anda mencoba mengingatnya? Tolong, katakan jika kesusuhan atau merasakan sakit," pintanya lagi yang kembali tak kujawab. Aku mulai mengingat segalanya, tapi hasilnya nihil.

"Baiklah. Apa saja yang Anda ingat?" tanyanya lagi yang kali ini membuatku memejamkan mataku mengingat segalanya.

"Rumput, bunga, anak tangga, dan… kaki. Ugh! Silau" tuturku pelan karena kepalaku yang terasa sedikit pusing, hingga lenganku refleks memegang keningku yangㅡ apa aku penderita kanker? Rambutku sedikit sekali.

Setelah orang-orang itu satu-persatu keluar dan mulai mencabut segala alat bantu nafasku juga pendeteksi jantung karena angka-angka persen itu sudah normal ujar mereka. Aku tak mengerti, aku hanya ingin makan sekarang. Beruntungnya aku. Lihatlah! Seorang gadis muda nan cantik yang nafasnya memburu membawa kantong makanan, aku tau itu, aromanya sampai kesini.

"Gimana, Bi?!" tanya gadis itu berbicara pada wanita paruh baya yang sebelumnya mengaku bernama Bibi Jean dan menjelaskan siapa dirinya.

"Hhh… dia nggak ingat apapun" jawab Bibi Jean membuat gadis disana sedikit melirikku yang hanya diam tanpa ekspresi. Aku lapar, kumohon berikan saja makanan itu.

"Serius, Yen? Demi apa kamu lupa semuanya?! Kamu nggak ingat aku?" tanyanya dengan wajah tidak jelas sembari menunjuk dirinya sendiri.

"Aku lapar" ujarku pelan yang langsung mengganti raut wajahnya.

"Cih! Nggak dulu, nggak sekarang. Yang dipikirkan cuma makanan doang" gerutunya lalu meletakkan dan mengeluarkan semangkuk bubur yang ujarnya buatan Mommy. Jadi aku punya ibu? Kami saudara, begitukah?

~•~

3 bulan kembali berlalu…

Cuaca cerah menghiasi pandanganku yang duduk di kursi halaman belakang bersama setumpuk kamus dan buku-buku. Aku harus belajar keras karena sudah tertinggal banyak beberapa bulan terakhir.
Separuh ingatanku sudah kembali, semua itu tak luput dari bantuan terapi dan orang-orang terdekatku. Mereka menceritakan segala perjalanan hidupku, termasuk cerita tentang kedua orangtuaku. Hanya saja, aku merasa ada sebuah bagian dari hidupku yang tertinggal atau lebih tepatnya lenyap permanen. Sekalipun aku terus bertanya tentang kaki putih seseorang yang terakhir kali kulihat sebelum koma, aku tetap tak menemukan jawaban apapun dari diriku apalagi oranglain.

Dream✔ [MYGxY/N]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang