Hari Senin

5 0 0
                                    

Hari ini hari senin, hari yang tidakku sukai. Kenapa? Karena aku harus datang setengah jam lebih cepat di hari Senin untuk mengikuti upacara bendera yang diadakan oleh sekolah ku tiap minggunya. Bukannya aku sebal untuk mengikuti upacara, namun jarak antara rumah ku dan sekolah lah yang menyebabkan ku harus berangkat setidaknya satu setengah jam lebih awal yang membuat aku pusing disetiap hari senin.

Oiya, sebelumnya perkenalkan, namaku Karenina Putri Wijaya, biasa dipanggil Karin. Aku merupakan siswi kelas 12 salah satu SMA yang bisa dibilang cukup favorit di Jakarta. Sekolahku merupakan salah satu sisa-sisa dari bangunan peninggalan Belanda yang sudah banyak direnovasi akibat kebutuhan ruangan kelas yang meningkat.

Pagi itu seperti biasa, 15 menit sebelum upacara dimulai, aku sudah sampai di sekolah. Diruangan kelas kulihat baru setengah kelas yang sudah hadir, ada yang sibuk mengerjakan pr fisika yang akan dikumpul setelah istirahat pertama, ada yang hanya duduk-duduk dan mengobrol membicarakan apa yang mereka lakukan dihari minggu kemarin. 

Aku pergi menuju bangku ku yang ternyata sudah ditempati oleh teman semejaku Rara, yang sedang sibuk membaca bukunya. 

"Raraa, baca apa?"

"Novel baru dari pengarang kesukaan ku nih. Baru beli kemarin pas jalan sama Angga. Seru bangett, gak bisa berhenti baca dari kemarin hihi". 

"Ihh pinjem ya kalo udah kelar bacanya hehehe"

"Gamau, modal dong !" Kata Rara sambil bercanda

Angga yang disebut Rara sebelumnya merupakan pacar Rara semenjak kita kelas 10. Angga juga merupakan salah satu teman mainku.  Kita ber 5, Aku, Rara, Angga, Beno dan Radit bisa dibilang memiliki hubungan spesial, yaitu sahabatan hehe. 

Kita deket karena dulu kita pernah sekelas pas kelas 10. Tidak tau bermula dari mana, namun karena kita nyambung untuk mengobrol satu sama lain, sehingga kita jadi sering berkumpul bersama. Berbeda dengan aku, Rara dan Beno yang memilih IPA disaat penjurusan di Kelas 11, Angga dan Radit memilih IPS, kalau kata Radit, dia tidak punya hati kalau disuruh untuk belajar Biologi lagi untuk membedah katak atau burung sebagai salah satu syarat kelulusannya. Alasan pikirku. Alasan dari Radit memilih IPS pasti ada hubungannya dengan cita-cita yang bertentengan dengan kehendak keluarganya yang sebagian besar memiliki background sebagai dokter.


...


Kringgg Kringgg Kringgg

Bel pun berbunyi menandakan sebentar lagi upacara bendera akan segera dimulai. Semua orang mulai berbaris sesuai dengan kelasnya masing-masing. Sekolahku memiliki 2 lapangan yaitu lapangan depan yang berada tepat setelah pintu masuk, biasa digunakan untuk bermain basket dan upacara, dan lapangan belakang yang berada di dekat kantin, biasanya digunakan untuk aktivitas olahraga lainnya seperti futsal, voli dan bulu tangkis. 

Ditengah-tengah pidato pak Budi, kepala sekolah, pandangan ku beralih kearah pintu gerbang yang dipenuhi oleh orang-orang yang terlambat. Sekolah ku yang berada di kawasan militer menyebabkan memiliki peraturan yang lebih ketat dibandingkan dengan sekolah-sekolah lainnya, terutama dimasalah kedisiplinan. Dari dereten orang-orang yang terlambat tersebut, kutemui dua wajah yang familiar. Langsung saja ku colek Rara yang berada di sebelahku.

"Ra, Ra, Ra, liat tuh di gerbang ada yang telat lagi"

"Hadeuh,  emang tuh anak berdua gaada kapok-kapoknya dah. Bukannya mereka dah dapet surat peringatan ya?" Kata Rara sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Itulah, bener-bener emang deh temen-temen lo"

Kedua orang itu adalah Beno dan Radit. Beno dan Radit biasanya memang berangkat bareng karena rumah mereka sebelahan, kalau kata Beno 'Kita udah temenan dari orok, bahkan ari-ari kita udah ngobrol bareng karena dikubur sebelahan hehe'. Rumah mereka berada dikawasan yang rawan macet yang tidak bisa dilewati oleh Radit yang biasanya membawa mobil. Atau terkadang ketika mobil Radit tak dapat digunakan, Beno akan membawa Vespa kesayangannya yang katanya sayang kalau dipakai ngebut-ngebut sehingga sudah bukan hal yang aneh lagi melihat mereka disetrap karena telat datang kesekolah terutama di hari Senin. 


...


Pelajaran pertama dihari senin adalah Bahasa Indonesia. Hal tersebut lah yang menjadi salah satu alasan kenapa aku tidak suka hari senin. Pelajaran bahasa Indonesia diakhiri dengan sebuah PR untuk mendengarkan acara-acara debat di Tv dan menceritakan isi dari debat tersebut. 

Setelah jam pertama selasai, aku dan Rara langsung pergi ke Kantin untuk membeli makan. Walaupun aku, Rara dan Beno memilih penjurusan yang sama yaitu IPA, namun aku dan Rara tidak sekelas dengan Beno. Beno berada di kelas 12 IPA 2 dan kita di 12 IPA 1. 

Jam-jam istirahat biasanya merupakan ajang kita ber 5 untuk berkumpul dan mengobrol. Biasanya kita duduk di depan warung Mak Inah sambil makan soto Ayam sebagai sarapan kami yang karena terlalu pagi berangkatnya tidak pernah mencicipi sarapan di rumah. 

Saat aku dan Rara sampai didepan warung Mak Inah, kulihat Angga, Radit dan Beno sudah duduk di bangku depan warung. 

"Telat lagi tadi?" Kutanya mereka, sambil duduk disebrang mereka dan memesan soto ke Mak Inah 

"He-eh, biasa tuh Beno, katanya lupa sesuatu dirumahnya jadi mesti balik lagi. Gue kira apa yang ketinggalan, taunya lupa ngasih makan burung mainan bapaknya" Kata Radit sambil menghabiskan sisa soto didalam mangkuknya

"Hehe, lo tau bapak gua galak banget kan kalo udah menyangkut kehidupan burung-burungnya. Gua curiga dia emang lebih sayang burung-burung nya dibandingin gua" Kata Beno sambil memasang muka berfikirnya

"Lah emang, lo sendiri doang yang  kagak sadar kalo bapak lo lebih sayang burungnya hahaha" Kata Angga dan kami pun tertawa bersama-sama

Akhirnya soto pesenanku dan Rara datang.

"Ra, gak seret apa makan soto doang?? Pesen Es Teh di Mas Ajis seger kayaknya dah"Kata Ku

"Hah kode mulu kode. Bentar aku pesenin dulu kesana" Kata Rara sambil beranjak pergi

"Eh mau kemana?? Sini aku temenin hehe" Kata Angga sambil pergi mengikuti Rara

"Yehh dasar bekantan jantan kebelet kawin emang" Kata Radit menyoraki

"Kalo jantannya kayak gitu, betinanya kayak apa dit?"

"Kayak Lo! Hahaha" Kata Radit sambil tertawa puas. Emang terkadang selera humor teman-temanku agak kurang bagus, terkadang aku suka berfikir kenapa aku masih suka bermain dengan mereka.

"Kalian disuruh ngapain tadi sama Bu Tarti?" Bu Tarti yang kumaksud adalah guru BP sekolah ku yang sangat galak dan disegani oleh semua murid SMA ku namun tidak tahu karena alasan apa beliau sangat baik terhadap Beno. Kalau kata Beno sih 'Rejeki anak soleh' 

"Biasa, cuma dibilangin doang buat gak telat lagi soalnya udah sering banget katanya"

"Seriusan? Gua denger dari anak kelas sebelah beliau ngamuk pagi ini, dan nyuruh anak-anak ngitungin jumlah besi pager jalanan depan. Rahasia lo apasih Ben?"

"Perbanyak Ibadah Rin, jangan lupa solat 5 waktu, sedekah, zakat. Hehe"

"Yeh ditanya bener-bener"

Tak lama kemudian, Rara datang dengan Angga yang membawa banyak gelas Es Teh dibelakangnya.

"Nih minumnya ndoro ajeng" Kata Angga sambil menyodorkan gelas esteh dan duduk ditempat sebelumnya.

"Hehehe makasih mang. Eh btw sore ini pada kemana?"

"Aku sama Angga mau nyari kado buat ulang tahun Mama nih lusa" 

"Gua kumpul OSIS dulu nih, mau turun jabatan hehehe"

"Yahhhh. Kalo Radit, Radit kemana??" Tanyaku

"Gak kemana-mana sih" Aku langsung tersenyum mendengar jawabannya

"Radit yang baikkk, temenin gua beli buku referensi Fisika di Toko Buku yukk"

"Males ah, disitu kalo sore macet banget" 

"Ahhhh, Radit baik dehh. Dibeliin Ice Caffe Latte kesukaan dehhh"

"Hmmm-mm"

"Ya ya yaa??"

"Ya udah deh, gua temenin"


...

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 27, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

[Undecided]Where stories live. Discover now