Rizza seorang anak lelaki berumur 16 tahun itu melangkahkan kaki nya dengan berat.
Jakarta, kota dimana Ia dikenal sebagai remaja yang liar dan brutal harus ditinggalkan dan memulai kehidupannya di tempat yang baru.
Ia menarik nafas dalam - dalam,
Teringat kembali perkataan orang tua nya yang memaksa Ia untuk melanjutkan sekolah di tempat Kakek Neneknya berada.
"Za, ini terakhir kali Papah di panggil ke sekolah kamu. Papah udah cape dengan perilaku kamu. Papah udah pikirkan dan keputusan ini sudah bulat. Kamu akan melanjutkan SMA di Bandung." Ucap sang Papah dengan tegas seraya meninggalkan meja makan.
Rizza pun tertunduk lesu, tidak bisa membantah.
Mamah Rizza datang menghampiri seraya mengelus rambut anak lelakinya.
"Ini demi kebaikan kamu nak. Nurut sama Papah ya." Bisiknya.
Anggukan kecil terlihat.
Jangan lupakan Bella, adik Rizza yang anteng melihat drama kecil keluarganya.
Begitu Mamah mereka pergi menyusul sang ayah, tawa Bella yang sedari tadi ditahan akhirnya pecah juga.
Tawa menggelegar yang menurut Rizza menjengkelkan itu memenuhi ruang makan keluarga.
" Mampus, rasain Lo. Makanya jangan bandel." Ucap Bella penuh ledek.
Rizza memandang sang Adik dengan sinis.
Melihat Rizza yang kesal, Bella segera melarikan diri tetap dengan ledekan - ledekan kecil yang keluar dari mulut manisnya.
Empat jam perjalanan telah Rizza lewati hingga sampailah Ia di depan suatu rumah megah bergaya Eropa.
Terbuka pintu rumah itu bersamaan dengan keluarnya sepasang suami istri yang sudah terlihat berumur.
"Za akhirnya kamu dateng, ayo masuk istirahat di dalam. Kamar kamu sudah disiapkan." Ucap sang kakek
"Nanti kita makan malam bareng ya."
"Iya kek."
Kaki Rizza melangkah menuju kamar berpintu hitam yang berada di lantai dua. Dengan perlahan tangannya memegang gagang pintu dan membukanya. Yang pertama Ia lihat adalah kamar yang rapih dengan tatanan khas remaja lelaki.
Rizza tersenyum,
Kakeknya memiliki selera yang bagus.
" Ya seenggaknya gue punya kamar yang nyaman. " ucap Rizza seraya membantingkan tubuhnya pada kasur berukuran king size itu.
Tak terasa, ternyata Rizza terlelap saat merebahkan badannya.
Dilihatnya langit sudah gelap pertanda hari sudah malam.
Rizza teringat ucapan Kakeknya yang mengajak makan malam. Dengan terburu-buru Ia segera melangkahkan kakinya menuju meja makan. Tak mau Kakek Neneknya menunggu terlalu lama untuk makan malam.
"Gimana kabar orangtua mu, Za? Sehat?" Tanya sang Kakek seraya mengambil lauk-pauk yang tersaji diatas meja.
"Sehat kek. Tapi mereka masih tetap sibuk." Jawab Rizza lesu.
"Sabar ya, Za. Tenang disini ada Kakek dan Nenek yang selalu menjaga kamu. Besok Kakek antar untuk daftar di sekolah barumu ya." Ucap Kakek menenangkan.
"Kalau boleh tau, aku mau sekolah dimana, Kek?" Tanya Rizza penasaran
"Udah, liat aja besok."
ANJIR
Rizza mematung.
Yang benar saja, masa sang Kakek mendaftarkan dia ke sekolah swasta yang ...
Ah sudahlah, Rizza tak tega mengatakannya.
"Kek, ini seriusan Rizza bakal sekolah disini? Kakek gak salah?" Tanya Rizza yang kebingungan.
Tak ada sedikitpun Rizza berfikir Kakeknya akan membawa Rizza ke sekolah ini.
"Nggak kok, ini sekolah bagus." Jawab sang kakek dengan santai.
"Orang tua kamu nyuruh kakek daftarin disini, biar jadi anak pinter dan sholeh." Lanjutnya
"Tapi kek..."
"Udah, kamu nurut sama Kakek." Potong Kakek seraya tersenyum dan mengelus pundak Rizza.
Pasrah.
Hanya itu yang bisa Rizza lakukan. Mana berani Ia menentang perkataan orang yang Ia hormati.
Rizza sangat dekat dengan Kakeknya.
Oke, siapa takut. Tunggu aja sekolah ini bakal gue taklukin, batin Rizza
Rizza tak sabar memulai kehidupan barunya.
-------------------------------
hei, welcome to my first story!
semoga kalian suka ya sama cerita ini
bantu kasih tau aku kalo ada kesalahan penulisan ya..
enjoy guys❤
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA TAK BERUJUNG
Teen FictionCowok yang biasanya tawuran ini gak nyangka bakal ngalamin cinta pandangan pertama. Es batu yang ada di dirinya perlahan mencair karena bertemu dengan cewek yang cuma keliatan setengah mukanya di pintu kelas. Segala rintangan rela di lewati demi ber...