"......"
"Buka mulutmu, Ten! Aku tahu kau lapar," sosok lembut itu sudah mengacungkan sendok dengan nasi dan lauknya.
"Jaehyun," panggil Ten lembut lalu melahap makanan yang Jaehyun beri.
"Tennie," kini Jaehyun mengecup kening Ten yang masih terbaring.
"Apakah kau dalang dari semua ini?"
"Mianhae, Ten. Aku hanya ingin melindungimu dari monster itu," Jaehyun menundukan kepalanya.
"Monster apa?" tanya Ten bingung.
"Sebelum itu, aku ingin bertanya. Selama ini kau bersama siapa?"
"Aku, ya aku bersama manager - ku," jawab Ten gugup.
"Jangan berbohong Ten! Katakan yang sebenarnya!" Jaehyun semakin mendesaknya.
"Aku bersama kekasihku," jawab Ten jujur.
"Apa kekasih? Kau tidak bilang - bilang dulu kepadaku, siapa kekasihmu itu?" amarah Jaehyun makin meningkat, entah mengapa.
"Dia managerku Taeyong, eh maksudku Yongbok. Aku terlanjur jatuh cinta Jae, ada sesuatu yang membuatku tertarik," Ten menjawabnya dengan penuh teka - teki.
"Katakan saja siapa nama asli managermu itu!" bentak Jaehyun yang membuat Ten ketakutan. Dan ia terpaksa,
Mianhae, hyung. Aku harus mengatakan identitasmu kepada orang lain, aku terdesak.
"Taeyong, aku tak tahu marganya namun sepertinya Lee Taeyong," jawab Ten.
"Oh, Lee Taeyong," Jaehyun lega namun belum yakin.
"Mengapa Jae? Kau teringat kakakmu yang juga bernama Taeyong?"
"Sudah, jangan bahas monster itu didepanku!"
"Memangnya kenapa?"
"Dia akan membunuh setiap orang yang ada didekatnya, jadi saat aku mendengar kau dekat dengan orang yang bernama Taeyong aku sangat panik," jelas Jaehyun.
"Membunuh?" Ten memicingkan padangan ke Jaehyun.
"Kau tak paham maksudku, Ten,"
"Jelaskan saja agar aku paham,"
"Tak perlu, aku tak perlu menjelaskannya daripada nanti kau pusing 14 keliling, hehehe,"
Suasana yang tadinya tegang kian mereda. Kini berganti sengan suasana menyenangkan, penuh dengan tawa. Itu karena dua orang sahabat.
"Jae, tolong lepaskan ikatanku. Masa kau tega begini, dan mengapa kau menculikku?!" Ten mulai marah kepada Jaehyun.
"Ehhmmm....heheheh, tentang itu....hmmmm," Jaehyun menggaruk - nggaruk kepalanya.
"Just say it, Jaehyunnie!"
"Ten, sebenarnya aku menyukaimu. Aku tidak rela kau dengan orang lain, jadi aku menculikmu agar aku bisa dekat denganmu lagi," pipi merona Jaehyun memerah.
"Mwo?" Ten paham, namun hanya memastikan. Barang kali Jaehyun sedang mengelindur atau mabuk.
"Ten, sejak kau ditinggal oleh ibumu aku merasa kasihan dan ingin merawatmu. Tapi, perasaan ingin merawatmu ini berubah ketika aku menyadari betapa cantik dan baik dirimu ini, aku menyukaimu ehmm....atau bahkan lebih. Lagipula kita sudah berteman sejak kecil, bukankah kau dulu juga pernah menyukaiku?"
"Ani, Jaehyunnie. Aku selama ini hanya menganggapmu sebagai sahabat tidak lebih, dan hei darimana kau menuduhku jika dulu aku pernah menyukaimu?"
"Hhhh, mungkin itu cuma mimpiku saja. Tapi sungguh Ten, aku mencintaimu. Aku ingin kau menjadi milikku, kau mau?"
Ten juga merasa kasihan pada Jaehyun, dia juga sudah susah - susah menyuruh anak buahnya untuk mengintai dan menculikku.
Tapi sekali lagi TIDAK!
Ten hanya mencintai Taeyong, walaupun awalnya hanya obsesi semata namun kini dia merasa bahwa obsesi itu berubah. Disamping ia menyukai cahaya Taeyong, sikap lembut nan keras kepala itu menjadi khas sendiri bagi Ten. Berbeda dengan mantan kekasihnya yang hanya berpura - pura, ia meninggalkan Ten demi lelaki yang bernama Mark. Sungguh tragis memang, namun Jaehyun selalu ada disampingnya walaupun dulu jarang bertemu karena Jaehyun tinggal di Korea."Tapi Jaehyunnie, aku tak bisa. Kau kurang cepat, hatiku telah dimiliki orang lain," dengan berat hati Ten harus mengatakan penolakan ini.
"Ya sudah, tidak apa - apa. Aku akan bahagia jika kau bahagia," Jaehyun tak kuasa menahan air mata yang sudah berada di ujung katup matanya.
"Jaehyunnie.....jangan menangis, aku tahu aku bukan sahabat yang baik dan selalu menyakitimu," Ten jadi ingin ikut menangis.
"Ani, Tennie. Kau sahabat terbaikku, aku saja yang tidak tahu diri," Jaehyun mengusap air matanya dan segera melepas ikatan Ten.
"Kau boleh pergi Ten, mungkin kita tidak akan bertemu sementara waktu agar aku bisa melupakanmu," air mata Jaehyun menitik lagi.
"Tidak, Jaehyun. Aku akan tetap disini bersamamu," Ten memeluk Jaehyun dari belakang.
Agak aneh memang, karena Ten yang lebih pendek dari Jaehyun memeluknya dari belakang sehingga tubuhnya tak nampak.
"Bagaimana jika aku semakin mencintaimu?" Jaehyun memegang tangan Ten yang melingkar di perutnya.
"Ssssttt......aku yakin nanti pasti perasaanmu akan berubah menjadi keluarga, aku yakin itu," Ten mengelus salah satu tangan Jaehyun.
"Baiklah Ten, akan kucoba untuk mengangapmu sebatas keluarga," akhirnya mereka berpelukan semakin erat.
Tidak seperti saat Ten dan Taeyong yang saat berpelukan pasti dibumbuhi rasa cinta dan nafsu, namun ini semacam ketulusan seorang sahabat maupun keluarga.
-
"Aaarggggghhhh.....Ten kau dimana??!!!!" Taeyong mengacak rambutnya kesal. Hingga terdengar dering handphonenya,
"Yeoboseyo?"
"Taeyong hyung!" jerit seseorang didalam telepon yang hampir membuat Taeyong melempar handphonenya.
"Heh, bisa tidak kau kecilkan volumemu, kelinci!" jawab Taeyong kesal.
TBC!
Hihihihi, Taeyong teleponan sama siapa ya?? BTW,kemarin yg komen klo yg nyulik Ten itu Jaehyun itu bener😂.
Jgn lupa vomenya ya guys,
WARNING!
NEXT CHAPTER MOHON KUATKAN HATI DAN JANGAN SALAHKAN AUTHOR😁
Btw, Doyoung itu jg stylistnya TY y
KAMU SEDANG MEMBACA
LIGHTS LIFE💥 •TAETEN•
RandomTen, memiliki kemampuan lain yang sangat luar biasa. Ia dapat melihat cahaya kehidupan semua orang, kecuali dirinya. Namun hal itu malah membuat Ten menjadi benci terhadap dirinya karena dapat mengetahui kapan orang itu akan mati. Apalagi jika ia...