21

743 49 0
                                    

Buk...

Aku dorong dia, hingga jatuh tersungkur di bebatuan.
Akupun pura-pura terjatuh.
Suhopun bangkit dan menolongku.

"Nara, kau tidak apa-apa?" tanyanya.
"Aku baik-baik saja" aku lihat bajunya ada bercak darah.
"Aigoo, kakimu sepertinya berdarah. Biar aku obati" aku bangkit mencari dedaunan.
"Tidak usah, aku baik-baik saja" dia menahan tanganku.
"Tidak aku sudah membuatmu luka, jadi aku harus mengobatimu, jika tidak aku akan merasa bersalah" aku tertunduk agar dia juga luluh.
"Baiklah, tapi jangan lama-lama dan jangan jauh-jauh"
Aku mengangguk dan mencari daun yodium.

Setelah mendapatkannya aku kembali dan aku lihat suho sedang berbicara dengan seorang pengawal. Aku coba mendekati dan menguping pembicaraannya.

"Kalau begitu lukai dia, atau jika perlu bunuh dia"
"Ye, kalau begitu saya pergi dulu"

Seketika itu kakiku terasa sangat kaku, siapa yang akan dibunuhnya? Apa chanyeol yang dimaksudnya? Seharusnya aku datang lebih awal...

Akupun menghampiri suho setelah menunggu pengawal itu pergi jauh.

"Coba linting celanamu" suruhku.
"Bahkan pelayanpun belum pernah melihat betisku, dasar mesum" ejeknya.
"Bahkan aku sudah pernah melihat tubuh pangeran chanyeol, kalau hanya betis saja, tidak mempan untukku" balasku
"Pasti menyenangkan" katanya sambil melinting celana kirinya.

Akupun menetesi obat itu dengan sedikit aku miringkan kakinya, agar aku bisa melihat tatonya
Tapi aku tidak menemukannya, jangan-jangan ada di kaki kanan. Tapi bagaimana aku melihatnya?

"Sekarang coba linting yang kanan!" kataku sambil menunjuk celananya.
"Kenapa? Kanan tidak ada yang luka"
"Emm... Pasti ada memar, soalnya tadi terbentur batu. Aku harus memastikan dan sedikit memijatnya agar darahnya bisa mengalir. Cepat!" jelasku sambil memasang puppy eyes.
"Baiklah-baiklah, aku kalah" katanya sambil melinting celana.

Aku harap aku salah...

Aku pijit kakinya dan aku coba miringkan... Dan ternyata aku melihat tato itu... Aku lepas pijitanku dan terdiam. Seketika itu pikiranku seperti hilang entah kemana...

"Kenapa?" tanyanya.
"Ah? Tidak apa, sepertinya aku ingin kembali kerumah"
"Kau sakit?" katanya sambil memapahku duduk di gazebo pinggir.
"Ya, aku sedikit pusing"

"Aku obati"

Tiba-tiba saja suho menciumku, aku hanya diam saja. Aku rasa ini saatnya membuktikan apa aku benar-benar mencintainya atau tidak?
Akupun membalas ciumannya. Tapi aku tidak merasakan sesuatu seperti kemarin saat aku berciuman dengan chanyeol.
Akupun melepaskan ciumannya.

"Ayo kembali" ajakku.

Malamnya, aku mencoba bertemu dengan chanyeol. Tapi kata pelayan disana, chanyeol tidak ada. Bagaimana aku bisa memberitahunya?

Esoknya aku bertanya pada eonnie.
"Eonnie, apa eonnie tau dimana pangeran chanyeol?"
"Kemarin dia berpamitan untuk pergi ke pulau tamra untuk mencari laki-laki tua itu, dia ingin turun tangan sendiri"
"Kenapa dia harus kesana langsung? Itukan berbahaya" cemasku.
"Karena dia mencintaimu nara" kata eonnie.
"Eonnie berkata apa sih?"
"Dia mencintaimu nara, bukan aku" tangan eonnie menggenggam tanganku seolah memberi pengertian dan meyakinkanku.
"Tapi... "
"Naeun gwaenchana, pasti selama ini kamu juga tersiksa"
"Tapi eonnie?"
"Aku rasa, aku sudah menganggapnya sebagai saudaraku saja, kamu tidak usah merasa bersalah"

Akupun memeluk eonnie. Terkadang aku kasihan dengannya karena dia harus menikah dengan seseorang yang tidak dia cintai, tapi disisi lain aku sangat terkesan dengannya, dia masih bisa menghormati suaminya.

"Eonnie, aku mau menyusul pangeran chanyeol" kataku
"Jangan itu terlalu berbahaya!"
"Aku juga ingin melindunginya, pangeran junmyeon ternyata dialah yang menghambat kita, dia juga merencanakan pembunuhan untuk pangeran chanyeol, aku ingin melindunginya eonnie" aku terus berbicara dalam tangisku.
"Jika itu maumu aku hanya bisa apa? Asal kau mau berjanji untuk melindungi dirimu sendiri dan pangeran chanyeol!"

"Nanti malam kamu bisa berangkat, aku akan memberi alasan pada pangeran suho jika kamu pergi ke rumahku untuk mengambil barangmu, aku juga akan mengutus pengawal untuk menjagamu dan yang lainnya memberikan informasi pada pangeran chanyeol jika kau akan datang dan sampai pada  pagi hari" lanjut eonnie saat mengemasi perlengkapanku untuk menempuh perjalanan.
Aku peluk dia dari belakang "Eonnie, ghamsahabnida selama ini eonnie banyak membantuku, aku tidak bisa membayangkan jika aku tidak bertemu denganmu"
"Aku juga senang bertemu denganmu, kamu sudah aku anggap sebagai adikku sendiri, aku sayang denganmu melebihi apapun"
"Jaga diri eonnie baik-baik, kita pasti akan bertemu di duniaku"
"Janji!" kata eonnie.

Malamnya, aku berangkat dengan jiryu dan memastikan tidak ada seorangpun tau kecuali utusan eonnie.
Tengah malam aku harus menyeberang lautan.

"Jiryu, aku tidak bisa tidur"
"Apa agasshi kedinginan?"
"Aku mual"
"Seolma!! Agasshi belum pernah melakukannya dengan pangeran junmyeon ataupun pangeran chanyeol kan?"
"Melakukan apa?"
Jiryu tidak menjawab, hanya menggerakan kedua telunjuknya dan menyatukannya didepan wajahnya.

"Aigoo" kataku sambil menjitak kepalanya.
"Ah, appo"
"Aku itu mabuk laut"
"Ah,, begitu... Kalau begitu biar saya pijit saja"

Akupun dipijitnya hingga tertidur.

"Agasshi bangun, kita sudah sampai"
"Sampai?" aku lihat hari memang sudah pagi bahkan hampir siang, kira-kira pukul 10. Sepetinya kapalnya telat.

"Ayo agasshi, kita turun"
Akupun turun.
Saat aku berjalan di jembatan dermaga, aku melihat seseorang yang tak asing.

LOST IN TIME : LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang