Tujuh Belas

1.7K 155 6
                                    

Raut wajah Fathur nampak gelisah. Ia melangkah cepat melewati lorong kelas yang sudah sangat sepi itu. Sepertinya sudah tak ada siapa-siapa lagi selain dirinya

Dengan terburu-buru ia membuka hampir semua pintu toilet yang di sekolah ini. Tapi tak dapat menemukan siapapun di dalamnya.

Ia segera keluar dan berusaha mencari toilet lain. Sudah hampir semua toilet yang ada di sekolah ini ia datangi. Tapi ia masih belum menemukan orang yang dicarinya.

"Diiin ... lo dimana sih," teriaknya frustasi.

Fathur tergeming sejenak. Rasanya ia baru saja mendengar suara teriakan seseorang yang meminta tolong dari jarak jauh.

"Tolong ... please siapapun yang ada di luar sana, tolongin gue," suara itu kembali terdengar.

Fathur menengokan kepalanya ke arah suara itu. Ia yakin suara itu berasal dari Andin. Secepat kilat ia berlari menghampiri sumber suara itu.

"Andiiiin," teriaknya.

Di sisi lain, Andin masih berusaha membuka pintu itu dan berteriak meminta bantuan. Tapi masih belum ada seorang pun yang datang menyelamatkannya.

"Oh iya, gue bisa nelpon Chaca atau Mita," serunya.

Tangannya mulai merayapi lantai toilet itu mencari ponselnya yang tak sengaja ia jatuhkan. "HP gue mana sih," ucapnya masih penuh kepanikan.

"Plisss ... cuman itu satu-satnya harapan gue,"

Tiba-tiba suara seseorang dari luar sana mengalihkan perhatian Andin.

"Din ... lo di dalem kan?"

Andin sangat mengenali suara itu milik Fathur. Andin segera membangunkan dirinya mendekati pintu

"Fathur itu lo kan?! Thur please keluarin gue dari sini ...," teriak Andin memohon.

"Iya Din lo tenang dulu ya, gue bakal keluarin lo. Lo jangan panik oke,"

"Cepetan Thur gue takut banget,"

"Iya Din iya. Sekarang lo mundur dulu. Gue mau dobrak pintu ini."

Andin memundurkan dirinya beberapa langkah menuruti perkataan Fathur. Fathur tengah mempersiapkan dirinya untuk mendobrak pintu itu.

"Gue udah jauh dari pintu," teriak Andin.

Fathur memundurkan kakinya selangkah sebagai ancang-ancang. Lalu mengumpulkan tenaganya untuk mendobrak pintu itu.

Brak

Suara tubuh pintu yang beradu dengan tubuhnya terdengar cukup keras. Pintu itu langsung terbuka menampakan seorang gadis dengan raut penuh ketakutan dan kondisinya yang sedikit berantakan.

Fathur segera mendekati Andin dan langsung memeluknya erat. Tindakan Fathur membuat Andin sedikit terkejut. Wajah Fathur terlihat sangat khawatir. Keringat terlihat membanjiri keningnya.

"Din lo nggak apa-apa kan?" tanya Fathur khawatir.

Andin hanya mengangguk kecil. Sorot matanya masih menatap wajah Fathur. Baru kali ini ia melihat seseorang yang benar-benar mengkhawatirkannya.

Fathur segera mengbil ponsel dan tas Andin yang tergeletak. "Ya udah kalau gitu kita pergi sekarang. Gue udah tau siapa yang ngurung lo."

Fathur meraih tangan Andin dan menggengamnya erat. Mereka meninggalkan tempat itu dengan segera.

***

Andin berjalan cepat menuju kelasnya dengan tatapan penuh kemarahan. Jean berada di belakangnya dan tengah berusaha untuk menenangkan emosinya.

ThantophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang