Musim Gugur 1873
"Aku berhasil mendapatkan kedudukan menjadi gubernur jenderal Nederlandsch-Indie." Lord Carlos tiba-tiba menghentikan keheningan yang sudah menjadi bagian dari ritual sarapan pagi mereka. "Menggantikan ayahmu,my lady. Apakah kau ingin ikut denganku ke Nederlandsch-Indie sana?"
Arabella mengangkat wajahnya dari kesibukannya akan sarapan pagi mereka yang terputus lalu menatap suaminya yang sedang mengamatinya dari ujung meja yang sedang mereka tempati kini. Sudah hampir setahun berlalu sejak terakhir kali Lord Carlos mengajaknya bicara langsung. Selama ini mereka hanya berbicara melalui pesan yang disampaikan oleh para maid. Atau setidaknya berbicara langsung pun, Lord Carlos biasanya hanya memberikan dia perintah seperti biasa. Bukannya bertanya meminta persetujuannya dengan nada lembut seperti itu.
Sang Duke of Parma itu benar-benar menepati sumpahnya selama setahun mereka berumah tangga. Arabella tahu, hal itu disebabkan oleh dirinya sendiri yang mengungkit-ungkit masa lalu Lord Carlos. Tetapi Lord Carlos seharusnya memahaminya bahwa dia hanya ingin pria itu mengetahui kebenarannya. Oleh karena itu Arabella pun ikut-ikut bersikeras mendiamkan suaminya itu. Tetapi mengapa kini Lord Carlos kembali bersikap baik padanya?
Lord Carlos menghela napas ketika melihat tatapan bingung Lady Arabella. "Well, baiklah aku mengaku salah. Aku minta maaf, my lady," ujar Lord Carlos dengan nada penuh penyesalan.
"Untuk apa?" Arabella balas bertanya lalu mengaduk-ngaduk sarapan paginya dengan tidak berminat. Nafsu makannya telah lenyap begitu saja saat mendengar suara Lord Carlos yang sangat berkarisma. Tanpa sadar Arabella sepertinya merindukan suara pria itu.
"Aku tahu kau benar mengenai Millicent. Tetapi sepertinya aku terlalu naif untuk mengetahui tentang hal itu. Aku seolah menutup mata akan masa laluku walaupun aku tahu dia telqh mengkhianatiku. Maafkan aku, Arabella."
Napas Arabella terasa seperti tercekat di tenggorokannya. Suara Lord Carlos begitu lembut saat dia memanggil namanya. Perlakuan pria itu kini kembali membuat perasaannya yang telah dikuburnya rapat-rapat kembali membuncah. Perlakuan yang sama seperti sebelum pria itu menjadi Lord Carlos yang dingin beberapa bulan setelah pernikahan mereka berlangsung. Tanpa sadar pikiran Arabella kembali meluncur ke belakang, dimana hari pernikahan mereka dilaksanakan. Saat lonceng gereja berdentang.
~~~
Musim Dingin 1872
Arabella meremas gaun pengantinnya resah. Ia menatap pintu besar altar gereja tempat ia dan Lord Carlos akan mengikat janji suci pernikahan. Lady Dael berada disana untuk menyemangatinya dengan vader yang akan mengantarnya ke altar, sementara moeder, Marius, serta Casimir berada di bangku terdepan dekat altar. Lonceng geraja pun berbunyi dan pintu megah itu pun terbuka. Membuat semua orang yang memenuhi tempat itu menoleh padanya. Dan di ujung karpet merah di seberang sana berdirilah Lord Carlos dalam balutan tuxedo yang berwarna senada dengan gaunnya, menunggunya di depan altar.
"Siap, my little princess?" bisik vader memanggilnya menggunakan kata sayang yang sudah lama tidak Arabella dengar. Hari ini, sejak Arabella terbangun tadi pagi hingga kini kakinya berada di depan karpet merah, vader kembali bersikap menjadi sosok vader yang Arabella rindukan. Vadernya yang tidak otoriter dan kini menggengam tangannya dengan erat.
Arabella mengangguk kecil dan berusaha untuk menenangkan-namun gagal- napasnya saat ia mengambil langkah pertamanya. Musik pun mengalun pelan sementara ia berjalan sembari menunduk, memperhatikan langkah demi langkah yang membuatnya kian mendekat pada lelaki itu. Tak berani mengangkat pandangannya karena risih akan pandangan-pandangan penasaran yang ditujukan padanya.
Ketika akhirnya ia sampai di depan altar, Arabella pun memberanikan diri untuk mengangkat kepalanya. Saat itu juga tatapannya beradu pandang dengan kedua retina Lord Carlos yang sedang menatapnya lekat dengan senyum manis yang terukir di wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chase The Bliss [Completed]
Historical Fiction#1 from The Overseas Tetralogy Kejarlah kebahagiaanmu! Karena kaulah yang menentukan takdirmu sendiri.... Arabella Gualthérie Van Weezel, seorang Lady muda dari wangsa Weezel. Seorang noni muda Belanda. Trauma masa lalu menghantuinya ketika ia jatuh...