SADAR

357 22 1
                                    

"KM sama bendahara harap ke ruang OSIS." Kata Salma, ketua Osis yang tidak lain mantan terakhir Ijal juga. Ia melongokan kepalanya ke kelas Ijal.

"Ada apaan Ma? Kok aku gak tau?" Tanya Ijal, Ijal langsung menghampiri Salma.

Salma mendelikan matanya sebal.

"Makannya datang rapat, pacaran mulu."

"Mana pacar? Pacar terakhir aku aja masih kamu." Ucap Ijal dengan senyum genitnya yang membuat Salma membuang pandangannya malas.

"Terserah deeehh, wakil ketua osis ditunggu yang di ruang osis!" Balas Salma, lalu berlalu meninggalkan Ijal yang masih diam di pintu. Menoleh ke arah Jinan dan memanggilnya.

"Bu Bendahara kita disuruh ke ruang Osis." Suara Ijal begitu nyaring sehingga satu kelas bisa mendengarnya. Jinan berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri Ijal. Mereka berdua berjalan beriringan ke ruang Osis yang ada di lantai dua. Ijal yang memang sering jadi pusat perhatian sekolah beriringan menyusuri sekolah dengan seorang Jinan yang terkenal dengan sikap dinginnya di sekolah ini. Banyak murid yang nampak bergunjing saat melihat Ijal dan Jinan melintas hingga Jinan merasa risih sendiri.

"Kenapa sih tiap aku lagi sama kamu aku di liatin mulu." Keluh Jinan.

Ijal memiringkan kepalanya untuk melihat wajah Jinan yang nampak ditekuk.

"Mereka iri aja kali kamu bisa jalan sama aku." Jawab Ijal, tangan kirinya mengangkat dan melingkari pundak Jinan sedikit membuat Jinan kaget. Tanpa izin Ijal merangkulnya, malah membuat orang-orang makin memperhatikan mereka tapi Jinan tak akan mengulang kesalahan yang sama dengan membentak Ijal lagi. Lagi pula, tak ada masalah sih kalau Ijal merangkulnya, hanya saja mata para murid perempuan ini yang menggangunya.

000

Ijal dan Jinan semakin dekat, perlahan namun pasti Jinan mulai menerima dan menyambut keberadaan Ijal di dekatnya. Bahkan bagi Jinan saat ini Ijal bukan penggangu lagi, tapi penghibur di hari-harinya. Hatinya yang keras dan dingin seperti es batu sudah mulai dilelehkan oleh Ijal. Ijal juga tak henti-hentinya terus menunjukan rasa sayangnya, yang berhasil membuat Jinan sedikit demi sedikit menanam perasaan yang sama.

"Kamu cuma pengen beli majalah yang covernya bts doang?" Tanya Ijal sambil menemani Jinan menyusuri rak majalah internasional.

"Iya, waktu sabtu kesini belum ada. Siapa tau sekarang ada." Mata Jinan memperhatikan setiap majalah yang tersusun rapih.

Ijal ikut mencarinya matanya juga menelaah setiap cover majalah yang disusun mencari wajah abangnya, Taehyung. Yang ada hanya model-model cantik dan tampan, hingga akhirnya ia menemukan majalah yang Jinan cari lalu mengambilnya.

"Nan.... Yang ini bukan?" Ijal memanggil Jinan.

"Mana manaaa" Jinan berlari kearah Ijal, tak sabar sekali melihat apa yang Ijal temukan. Ijal memutar badannya niatnya ingin menunjukan majalah itu langsung pada Jinan tapi Jinan sudah berada di dekatnya yang membuat mereka saling bertabrakan. Majalah yang Ijal pegang jatuh ke lantai membuat Jinan dan Ijal reflek menunduk dan mengambil buku itu bersamaan hingga kepala mereka terjeduk satu sama lain. Kemudian keduanya mengangkat tubuhnya sambil menggosok-gosok bagian kepala mereka yang beradu dengan tawa yang sedikit meringis sakit. Akhirnya Ijal mengambil majalah yang jatuh, lalu memberikannya pada Jinan.

Mereka saling bertatap sejenak saling bertanya dalam hati kenapa hal bodoh ini bisa terjadi. Bertatap beberapa detik hingga mereka tertawa bersama.

"Sabar makannya!" Kata Ijal menyalahkan Jinan, yang tanpa sadar telapak tangannya menyentuh ubun-ubun Jinan dan mengelusnya lembut.

Jinan mematung saat merasakan sentuhan lembut tepat di kepalanya. Berbeda dengan hari ulang tahunnya kali ini ia malah menikmati kelembutan yang Ijal berikan. Ia membalas Ijal dengan senyumnya yang malah membuat Ijal sedikit bergetar melihat senyum berharga tepat di depan matanya. Lalu Ijal menyadari sesuatu, segerombolan anak perempuan SMP melihat ke arah mereka dengan senyum puas seakan sedang menonton drama Korea.

JINAN, WAGER GIRL (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang