Langit mendung kelam.
Hujan deras sudah mulai memenuhi bulan ini.
Langkah kaki sosok namja manis berhenti pada kanopi taman kota, tak jauh dari perempatan jalan. Padatnya jalan raya bahkan terkalahkan oleh suara gemuruh langit mengamuk.
Para pekerja kantor itu tidak sabar ingin segera pulang.
Begitu pula namja manis berkulit tan yang kini berdiri termenung di kanopi, halte bus masih jauh dari sini. Ia ingin mandiri. Enggan menggunakan mobil dan fasilitas mewah yang diberikan ayahnya.
Agak sedikit merutuki diri sendiri karena menyadari ia tidak membawa payung lipat kecil miliknya. Tidak pula membawa jaket. Membuatnya merasa kedinginan kala tiupan angin berembun dingin pengiring hujan menerpa tubuh langsingnya.
Poni brownnya terangin-angin menjadi acak. Menambah kesan manis di wajah kahwatirnya. Sore yang terlalu gelap, mendung, dan beberapa kilat menyilaukannya.
Sepatu kets birunya menendang-nendang kerikil kecil dibawah lantai tinggi kanopi sekitarnya.
Tes-
Sepatunya terkena tetesan pertama dari mendung pekat. Membuatnya yang hendak berlari kembali mengurungkan niatnya.
Tes-Tes-
Digenggam erat tali tas selempang yang tersampir di pundak kanannya. Seragam hari ini masih dipakai untuk besok. Jika basah, selain ia tidak punya baju kering untuk besok, ia juga bisa diserang sakit.
Bimbang karena jam menunjukkan hari sore, namja manis itu berancang-ancang menembus gerimis.
Tes-tes-tes-tes-
Diangkatnya tas selempang sebagai payung kepalanya.
"Dingin sekali.. aku tidak tahan dingin.." suaranya halus indah untuk ukuran namja. Ia harus cepat sampai rumah.
Bbbrrrrzzzzzzzzzzzzzzzsssssshhhh...
Hujan langsung jatuh lebat di detik berikutnya. Kepalang tanggung, ia mantapkan niatnya untuk menerjang hujan.
Menuju halte satu kilometer dari sini.
.
.
.
GREPP!
Langkah awalnya menerobos hujan yang makin lebat itu gagal oleh tarikan seseorang yang tiba-tiba ada dikanannya.
Tubuhnya sudah diterpa hujan deras itu kini basah, di pipi, celana, dan kedua lengan polosnya.
BRUKSS..
Karena oleng, dan karena pula tarikan tangan itu terlalu kuat, tubuhnya menubruk tubuh yang menariknya. Membuat keduanya terjatuh dibawah payung kanopi.
"Euh.." tidak merasakan sakit, tapi hangat menjalari tubuhnya. Dibuka kelopak mata sayunya.
Sadar. Ia dipeluk sosok lelaki. Dan ia yang menubruk lelaki tadi menjadikan dirinya tidak sengaja duduk di pangkuan sosok itu.
"Gwenchana?" suara serak terdengar jelas ditelinganya. Matanya menatap lurus buah adam yang bergerak kala suara tadi terdengar.
"Ah, ne.. Mian" hendak beranjak dari pangkuan namja pucat itu, tapi rengkuhan hangat itu enggan lepas. Hendak ia protes, mendongakkan wajahnya melayangkan tatapan bingung.
"Sebentar" namja itu malah mengeratkan rengkuhannya, menarik namja tan makin menempel pada tubuh putihnya, mengalungkan kedua kaki jenjang sedikit basah itu dipinggangnya, menyamankan sosok yang duduk dipangkuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heavy Rain
Teen FictionEntah apa yang terjadi. Hidup Jongin sebenarnya sama seperti anak SHS pada umumnya. Belajar, bermain, dan bercanda bersama teman-temannya. Namun di hari mendung itu, seorang Oh Sehun datang. Menghangatkan tubuhnya yang kedinginan. Dan perlahan.. men...