disclaimer:
Semua yang ada pada cerita ini adalah fiksi, murni dari imajinasi author sendiri. Reader dimohon untuk tidak mengaitkan kejadian yang ada di cerita ini dengan dunia nyata. trims.
---
"adeeeek!! Abaaang!!" Aku tersentak sewaktu mamah teriak dari bawah. Hampir saja aku melempar si Nyotnyot kucingku yang ada dipangkuanku.
"Iya maaah?!" Sahutku. Tak ingin kena masalah, segera aku turun menghampiri mamah.
"Mamah berangkat, nya." Katanya dengan aksen sunda yang kental. Ah, iya. Mamah pergi ke Bandung hari ini.
"Ieu si abang kemana atuh. Belum bangun?" Aku menggeleng.
"Gak tau mah, kayaknya lagi beberes di kamar."
Aku mendengar mamah menghela napas lalu ia kembali berteriak sambil berkacak pinggang.
"Jaehyun!! Kadieu! (kesini!) Jung Yoon-oh!! Dibejakeun ku mamah ka si bapa mun teu nurut wae! (Mamah aduin ke bapa kalau ga nurut terus!)" Tak lama, seseorang berperawakan tinggi dengan rambut berantakan dan mata yang masih belekan datang menghampiri kami."Yeuuh si ujang baru bangun?" Mamah menggeleng.
Abangku tersenyum sambil menggaruk tengkuknya. "Hehe, iya mah. Tadi malem begadang."
"Kata mamah juga jangan begadang." Mamah menghampiri abang lalu menjewer telinganya.
"Aaa ampun mah, ampun!!" Aku terkekeh pelan. Kalau abang sampai tahu aku menertawakannya, habis aku.
"Yaudah, mamah berangkat dulu. Nitip rumah sama si adek nya. Tong dihereuyan wae si adek. (Jangan di jahilin terus si adek)." Abang mengangguk sambil memegang telinganya yang merah.
"Pokoknya setiap hari berangkat sama pulang harus bareng. Hemat ongkos. Jangan di tinggalin si adeknya." Mamah mendelik ke arah abang. Ia menggerutu pelan tentang aku yang dianak emaskan mamah.
Aku mengabaikannya, "Mah, appa kapan pulang?"
"Gatau mamah juga. Masih ada urusan meren (mungkin) di Seoul. Nanti coba aja kamu telepon." Aku mengangguk, kemudian mamah memeluk abang dan aku.
"Cing balageur nya, kasep, geulis. (Baik baik ya, ganteng, cantik)"
Setelah mamah pergi, rumah kami langsung terasa hening. Aku teringat perkataan appa, mamah adalah moodmaker rumah kami. Mungkin karena diantara kami berempat, hanya mamah yg selalu ceria dan cerewet.
Ah, aku rindu appa. Kerja sama bilateral Indonesia - Korea Selatan sedang gencar dilakukan, khususnya dibidang pendidikan dan medis membuat appa harus bolak-balik Indonesia - Korea demi riset yang ia lakukan. Appa sendiri adalah seorang dokter bedah, dan merupakan orang Korea asli yang menetap di Indonesia sejak bertahun-tahun lalu.
Sedangkan mamah adalah seorang ahli gizi yang cukup terkenal. Hampir setiap bulan mamah pergi ke berbagai daerah di Indonesia untuk mengisi seminar atau melakukan kegiatan sosial. Seperti saat ini, mamah pergi ke Bandung untuk mengisi seminar, mungkin sekalian mampir ke rumah aki dan enin (kakek dan nenek).
"Dek." Aku menengok, "Temenin abang ke gramed yah."
Aku mengangkat sebelah alisku. "Tumben. Biasanya abang gak mau aku deket-deket abang diluar rumah."
Dia menghela napas lalu membuka mulutnya sedikit, ingin mengatakan sesuatu tapi kemudian dia urungkan. Entah dia merasa bersalah padaku atau dia hanya berusaha menjilat agar aku tak mengadu ke mamah. Yang pasti aku masih merasa kesal dan sakit hati karenanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother: Jeong Jaehyun ✔
Fanfic[before: Abangku Jung Jaehyun] "Abang emang pengen aku mati ya kayaknya?" #4