Seorang gadis berusia 15 tahun memiliki niat untuk menghapalkan Al-Quran.
Zahro Asshofiyah
Zahro panggilannya, ia memulai niatnya saat melihat tayangan hafidz di tv. Melihat bagaimana kesungguhan dan semangat anak yang masih kecil dalam menghapalkan Al-Quran. Hati Zahro menjadi terpaut dan bertekad menghapalkan Al-Quran.
Zahro sekarang berdiri dihalaman Tahfidz di Kotanya. Pandanganya bertemu dengan dua orang perempuan yang terlihat lebih muda darinya. Zahro tersenyum kepada mereka dan masuk kedalam Masjid.
Zahro akan melaksanakan sholat maghrib dan di dalam masjid ini banyak sekali anak kecil yang memakai seragam yang sama.
Zahro terpukau melihat semangat anak-anak itu. Mereka memilih menghabiskan masa kecilnya di rumah Tahfidz ini.
Ketika selesai sholat maghrib, Zahro mendatangi ustadzah pemimpin Tahfidz ini.
"Assalamu'alaikum ustadzah, saya Zahro yang waktu itu daftar sama Sasa," jelas Zahro gugup.
"Wa'alaikumussalam, oh iya Zahro. Dikirain gak jadi tahfidz disini, lama banget datangnya," ucap ustadzah tersenyum.
"Iya, ustadzah. Kemaren ada udzur," jelas Zahro gugup lagi.
"Ooh, di deket rumah gak ada tahfidz lagi?" tanya ustadzah
Zahro sempat berfikir bahwa ia tidak diterima, "Ada ustadzah tapi saya jarang lihat cewenya disana jadi gak enak kalo masuk situ ustadzah. Di dekat rumah saya lebih banyak pesantren ustadzah."
"Oh yasudah kalau gitu, tunggu aja disini ya, nanti ada Aina sama Aliyah kesini," jelas ustadzah yang dibalas anggukan oleh Zahro.
Selepas ustadzah pergi mereka berdua datang dan salah satu dari mereka menegurku, "Ini Kak Zahro ya yang temennya Sasa?"
"Iya, kamu Aina atau Aliyah?" tanya Zahro.
"Saya Aina kak, ini Aliyah," jelas gadis dengan gamis hijau dan khimar hitam itu menunjuk seseorang disampingnya yang memakai gamis dan khimar hitam.
"Oh, oke. Kalian gak tahfidz?" mereka berdua mengangguk.
"Kak Zahro ayo ikut kami ke asrama, kita bantuin bawa barangnya," tawar mereka ramah.
"Makasih yaa," Zahro tersenyum.
Kami pun sampai di asrama yang terdiri dari 4 ruangan. Kamar, ruang tamu, dapur, dan WC.
Kamar untuk tempat istirahat kami, ruang tamu untuk saat kami setoran ba'da subuh.
Tahfidz dimulai dari jam 5 sore sampai jam 9 malam. Tapi kalo libur dan ulangan kami pulang ba'da Isya'.
"Ayok Kak keatas setoran hapalan kakak," ajak Aina.
"Iya na ayok, anterin ya," pinta Zahro.
"Pastilah kak, yuk," kata Aina yang sudah melangkah lebih depan.
Sesampainya kita diatas Aina bersuara, "Kakak di ruangan kedua ya yang tengah."
"Loh kamu gak ikut?" Zahro gugup sebab ia berbeda sendiri. Pakaiannya berwarna hitam dari atas hingga ujung kaki, sedangkan yang lain memakai seragam tahfidz.
"Halangan kak." Aina tersenyum miring.
"Oh iya hehe," efek dari gugup berkepanjangan.
"Yaudah Assalamu'alaikum kak," Aina pergi meninggalkanku sendiri.
"Wa'alaikumussalam" jawab Zahro yang kemudian memilih masuk.
Zahro duduk di paling ujung sendiri hiks.
Zahro membuka Al-Qurannya, melancarkan hapalannya yang akan di setor ke ustadzah sebentar lagi, dimulai dari juz 30.
Sudah cukup. Zahro maju menyetor kepada ustadzah tiga surah.
Ustadzah mengangguk ketika aku selesai menyetor dan aku kembali ke tempat dudukku semula.
Zahro bingung mau ngapain lagi, namun melihat yang lain membaca Al-Quran, zahro mengikutinya.
Zahro melancarkan hapalan selanjutnya, seharusnya ia muroja'ah mengulang lagi hapalannya. Namun zahro sendiri tidak tahu menahu.
Zahro terus membaca Al-Qurannya sampai ustadzah berkata, "ayok baca do'a."
Semua berkumpul jadi satu, dari ruang 1, 2, dan 3 ke ruang 2. Ustadzah pun ikut berkumpul di ruang dua. Kami membaca do'a bersama. Tidak ada ikhwan disini, ruangan mereka di pendopo samping masjid. Sedangkan akhwat di ruang atas.
Selesai baca do'a ustadzah bertanya kepada kami, "siapa yang gak sholat tahajud?"
Deg. Zahro bingung harus jawab apa. Jujur atau bohong. Zahro tadi malam gak sholat tahajud, gimana dong. Zahro cemas.
Malu, zahro melihat yang lain gak ada yang angkat tangan. Malu, sungguh Zahro merasakannya."Saya ustadzah," adu zahro akhirnya dengan rasa malu.
Tatapan tajam ustadzah berhenti di mata Zahro. Hanya tatapan itu yang bisa ia lihat, karena Ustadzah memakai cadar.
"Nah si Zahro gak tahajud kenapa zah?" tanya ustadzah santai.
"Kesiangan ustadzah,"
"Ya, besok berdiri satu jam."
Zahro hanya mengangguk.
"Siapa yang gak sholat subuh," tanya ustadzah lagi.
Setelah diperhatikan tidak ada yang mengangkat tangan, ustadzah bersuara, "Ya Insya Allah gak ada ya kalo sholat subuh."
"Dimulai dari Rani," Rani yang paling depan pojok berdiri dan salim terhadap ustadzah dan yang lain mengikuti termasuk Zahro.
"Kak yang gak sholat tahajud dibelakang," tegur sesorang yang tampak lebih muda dariku.
Meski sedikit menusuk, Zahro akhirnya ke barisan belakang dalam diam.
Setelah itu, ia bergegas pulang ke asrama.
Jadikan Al-Quran sebagai bacaan utama.
.
.
.
Salam Author ya Readers 😊
.
-Zahro
KAMU SEDANG MEMBACA
Santri Tahfidz
SpiritualAl-Quran. Menghapalkan Al Quran merupakan kedudukan mulia di sisi Allah. Gadis bernama Zahro dengan usianya yang sudah mencapai 15 tahun memulai sebuah jalan yang baru. Zahro memulainya, dengan waktu mudanya yang sudah semakin menipis. Ia berharap a...