Suatu hari, tampaklah dua orang remaja yang berumur sekitar 15 tahunan sedang duduk santai di gubuk sawah. Mereka bernama Rini dan Udin. Rini berasal dari kota yang kini sedang liburan ke rumah kakeknya di desa. Sesampainya di desa, Rini bertemu dengan Udin. Mereka pun berteman lalu Udin mengajak Rini untuk melihat pemandangan di sawah yang menghijau.
"wahhh.. pemandangan yang indah! Udaranya sejuk!."Puji Rini sambil sesekali menikmati semilir angin yang sesekali menerpa tubuhnya.
"kamu betah disini Rin?", tanya Udin
"He'em" Rini mengangguk mantap
"ya sudah tinggal disini saja"
"tinggal disini?"
"iya. Tinggal di desa ini. Kenapa?"
"aku gk bisa Din. Mungkin waktu liburan aja aku kesininya. Soalnya..." Rini menggantung kalimatnya dan rona merah muncul di pipinya.
"soalnya kenapa?" Udin penasaran sambil terus memandangi wajah Rini.
"soalnya aku sedang jatuh cinta pada seseorang. Dia satu sekolah denganku. Aku tak bisa terlalu lama tidak melihat wajahnya yang... tampan. Kayak artis Korea"
"jadi kalau kita jatuh cinta pada seseorang kita harus sering melihat wajahnya. Begitu ya?"
"memangnya kamu belum pernah merasakan yang namanya jatuh cinta ya?" Rini balik bertanya sambil mulai menatap wajah polos Udin.
"tidak. Tapi kalau jatuh dari pohon mangga sih pernah." Jawabnya dengan cengiran
"jatuh cinta itu beda jauhlah dengan jatuh dari pohon mangga".
"masa sih? He he aku gak tahu. Emangnya jatuh cinta itu gimana?".
"jatuh cinta itu....". Rini kembali menggantung kalimatnya, untung saja kalimatnya tidak bernyawa, kalau bernyawa mungkin sudah mati dari tadi. "jatuh cinta itu, disaat kita melihatnya jantung kita akan berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Disaat kita melihat senyumnya kita serasa ingin pingsan di tempat, apalagi kalau senyumnya itu ditujukan pada kita. Waaahh pokoknya jatuh cinta itu hal yang sangat sulit untuk dilupakan".
"be-benarkah?", Udin tampak gemetar dan keringat dingin mulai membasahi wajahnya.
"kamu kenapa Din? Kenapa wajahmu pucat begitu? Kamu sakit ya?" Rini menghujamkan beberapa pertanyaan, menunjukkan rasa khawatirnya pada orang disampingnya itu.
"a-aku.. a-aku..". Tubuh Udin mulai lemas.
"kenapa kamu mendadak jadi gagap begitu?" Rini makin bingung dengan sikap Udin.
"a-aku pernah me-merasakan seperti yang kamu sebut tadi"
"jatuh cinta maksudmu?".
Udin mengangguk. "disaat kita melihatnya, jantung kita akan berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya, disaat kita melihat senyumnya kita seperti ingin pingsan. Begitu kan?". Udin mengulang kembali kalimat Rini untuk memastikan perasaanya saat ini.
"iya benar sekali. Kamu pernah merasakan hal yang seperti itu? Wah anak desa bisa jatuh cinta juga ya". Udin hanya mengangguk dan kini tubuhnya sudah menggigil.
"ayo ceritakan padaku siapa orang yang kamu cintai itu. Kenalkan aku padanya" pinta Rini sambil menarik-narik lengan Udin.
"ya-yakin kamu ingin tahu?". "he'em." Rini mengangguk
"tapi aku gak bisa ngenalin kamu sama dia. Kamu kenalan sendiri saja nanti kuberitahu alamatnya".
Rini mengerutkan dahi mendengarnya, namun dia tetap mengangguk. "ya sudah. Memangnya dia siapa dan tinggal dimana?".
"di-dia..."
"dia?"
"di-dia..."
"dia?""DIA KUNTILANAK YANG TINGGAL DI POHON BERINGIN DEKAT KUBURAN" teriak Udin cepat
Dan dengan tidak kalah cepatnya Rini menjawab "YA SUDAH NANTI AKU AKAN MENEMUINYA!"
Udin membatu ditempatnya
"tu-tunggu, tadi kamu bilang apa? Ku-ku-kuntilanak?"GUBRAAKK
BYUURRR
Tubuh Udin roboh ke sawah. Dua kenyataan pahit yang tak pernah ia duga sebelumnya membuat ia tak bisa bertahan lebih lama lagi. Yaitu kenyataan bahwa dia jatuh cinta pada kuntilanak dan kenyataan bahwa Rini mau menemui kuntilanak itu.
"udin !! udin !! ". Rini teriak-teriak sambil berusaha mengeluarkan udin yang mulai di kerubutin belut sawah.He he he he he
~~~~~~~~ ^_^ ~~~~~~~~
YOU ARE READING
Jatuh Cinta
Humorsebuah kisah seorang anak desa yang baru pertama kali merasakan jatuh cinta