Bagian 1 : Lambaian Tangan

28 3 0
                                    

"Kenapa Lo dateng sih?!"
~Ayla Almaihira~

"Kalo bukan sama Lo, emang sama siapa lagi?"
~Ozky Virendra Arsenio~

✨✨✨

*BYUUUUURRR!!"

Gadis itu memandang air yang meluap di hadapannya. Matanya terarah ke permukaan air, seolah tau rasanya di lempar dengan batu yang ada pada genggamannya tadi.

Lagi, pandangannya kosong dengan mata sembab seolah mendefinisikan kesedihannya. Sambil terus memungut batu kecil di sekelilingnya, dengan ringan dia melempar batu itu ke permukaan danau.

*PLUKK!!!*

"Kenapa sakit banget Ya Tuhan", ucapnya sambil mendongak ke atas. Mengeluhkan apa yang dia rasakan saat ini.

"Gue emang ga sebaik orang lain, Gue jahat. Tapi kenapa masih ada yang lebih jahat daripada Gue?!".

Ayla. Gadis itu menatap nanar kedepan, memandang langit kian menggelap.

Dia harus pulang, tapi kemana lagi ia harus pulang. Kembali pun bukan berarti kerumah yang hangat dan penuh kenyamanan. Mungkin dimanapun rumah dia sekarang baginya itu adalah penjara kehidupan.

***

Suasana yang tak begitu menarik. Tiga orang gadis yang terlihat sedang duduk dipinggir danau di area kampus. Melihat kearah air yang tenang, menatap burung-burung berterbangan dan menikmati semilir angin yang cukup menenangkan.

Mungkin ini adalah waktu yang tepat bagi Ayla untuk memberi tahu informasi yang pastinya akan mengejutkan kedua sahabatnya itu.

Saat ini mereka tidak sedang berbicara apapun. Hanya diam dan menikmati suasana disekitar mereka.

Sampai pada akhirnya,

"Gue putus, Dia selingkuh. Kemarin Dia dateng nemuin Gue sama selingkuhannya. Bukan. Lebih tepatnya pacar kedua nya. Gue lepasin Dia dan Gue juga udah minta maaf sama Dia karena Gue ga cukup baik buat Dia.", Ucap Ayla ditengah keheningan tersebut.

Hening.

"LO GILA YA!!!??", teriak Melisa.

Gadis dengan rambut sebahu itu terlihat kaget dengan pernyataan sahabatnya.

"Lo yang gila!!! Kenapa teriak di kuping Gue sih?!", Ifah menatap tajam ke arah Melisa.

Wajahnya setengah kesal dengan kelakuan salah satu sahabat nya itu. Ifah memang bukan manusia dengan kadar kesabaran setebal jaket di musim salju, dia bisa cepat marah jika ada orang yang dengan sengaja mengusiknya.

"Sorry fah, gak ada maksud. Lo cantik banget sih hari ini, beneran cantik banget!".

Sambil mengusap punggung Ifah, alih-alih takut jika tanduk sahabatnya ini tiba-tiba keluar.

"Gue emang cantik, kemana aja Lo baru ngakuin kalo Gue cantik?!", balas Ifah dengan percaya diri.

"Dih ngelunjak, najis banget gila.", balas Melisa tak kalah sadis.

"Heh dasar ya Loo....", ucap Ifah terpotong karena suara Ayla.

"Udah. Kenapa malah pada berantem sih?!", Ayla bermaksud menengahi pergulatan tersebut. Selalu menjadi penengah di antara dua sahabatnya yang hobi adu mulut ini.

CRAS-S: HANCUR DENGAN SEMPURNA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang