Ini adalah fanfic pertama yang aku publish.
Semoga berkenan di hati para pembaca sekalian.
Mohon maaf sebelumnya apabila masih ada kesalahan kata dalam fanfic ini.
Harap maklum... hamba hanyalah seorang manusia yang menyalurkan pikiran dalam sebuah tulisan.Fanfic ini terinspirasi dari salah satu manga favorit Meiru saat di jenjang menengah pertama.
Happy reading and enjoy it ^_^
^SASUHINA^
.
.
.
Disclaimer : Masashi Kishimoto
.
.
.MOONLIGHT IN ONYX
.
.
.Nampak seorang gadis kecil dengan rambut indigo pendeknya duduk di bawah pohon sakura, dengan membenamkan kepala dalam pangkuan tangan kecilnya. Gadis kecil itu bernama Hinata. Terdengar samar-samar isak tangis gadis kecil itu. Kelihatannya gadis kecil itu sendirian di halaman gedung sekolah TK yang membuka pendaftaran siswa baru pada hari itu. Tak lama kemudian, terdengar derap langkah kaki yang menuju ke arah gadis kecil tersebut. Derap langkah kaki itu berhenti tepat di depannya.
Hinata penasaran siapa gerangan seseorang yang ada di hadapannya. Jangan-jangan orang itu adalah orang yang dicari-carinya yaitu ibunya. Segera dia berhenti menangis dan mendongakkan kepalanya. Tampak sedikit rasa kecewa terlukis di wajah manisnya. Di depannya, tampak seorang anak laki-laki dengan gaya rambut yang melawan gravitasi bumi. Sepasang mata onyx-nya menatap lurus ke sepasang mata lavender milik Hinata. Ada yang aneh pada anak laki-laki ini, seolah-olah pandangan sepasang mata onyx-nya mampu menelan bulat-bulat sepasang mata lavender Hinata.
"Kenapa kamu menangis?", tanya anak laki-laki itu. "I-ibuku menghilang...hiks...", jawab Hinata yang masih sedikit terisak.
"Jangan menangis terus. Memangnya dengan menangis Ibumu akan kembali," balas anak laki-laki itu.
"La-lu a-aku harus ba-bagaimana? tanya Hinata bingung.
"Ya mencari ibumu. Mau bagaimana lagi"
"Ke-kemana?
"Tentu saja di sekolah ini. Ayo, kau bisa berdiri kan?"
Anak laki-laki itu mengulurkan tangannya pada Hinata. Entah kenapa Hinata langsung percaya padanya dan menerima uluran tangannya. (yah namanya juga anak kecil pasti langsung percaya pada kata-kata orang lain bahkan dari orang yang belum dikenal pun).
Mereka berjalan mengelilingi sekolah yang baru pertama kali Hinata masuki ini dan tentu saja dengan bergandengan tangan. Tiba-tiba perasaan Hinata menjadi tidak enak ketika dia menyadari banyak anak terutama anak perempuan yang melihat mereka. Hinata bingung kenapa anak-anak itu melihat mereka, seakan-akan mereka pernah berbuat salah pada anak-anak itu.
Tapi sepertinya pandangan mengerikan itu bukan ditujukan pada mereka berdua, tapi lebih tepatnya hanya ditujukan pada satu anak saja. Yang tidak lain tidak bukan adalah dirinya sendiri. Karena cara memandang anak-anak itu pada Hinata berbeda dari cara mereka memandang anak laki-laki yang ada di sampingnya. Seperti memandang seorang pencuri yang mengambil barang milik mereka. Rasa penasaran Hinata semakin memuncak, dia mengumpulkan segenap keberaniannya. Dan akhirnya...
"Ano... ke-kenapa kita dilihatin te-terus sama mereka?" tanya Hinata.
Anak laki-laki itu melirik sebentar ke arah yang di pandang oleh Hinata. Kemudian meneruskan kembali pandangannya ke depan. "Mana aku tahu", jawabnya dengan acuh tak acuh.
Hinata hanya bisa menghela napas. Sudah susah payah memberanikan diri untuk bertanya tapi jawabannya hanya 3 kata. Tapi tidak salah sih kalau dia berbuat seperti itu. Hinata kan orang asing, mana ada anak yang mau berbicara banyak dengan orang asing. Ditolongnya saja sudah merupakan berkah. Jadi, Hinata tidak boleh menginginkan hal lain lebih dari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight in Onyx
Teen FictionPertemuanku denganmu, pandanganku yang tertuju padamu, dan hatiku yang selalu menyebut namamu apakah hanyalah sebuah keberuntungan? Ataukah karena tali merah yang telah menyambungkan jari kelingking kita jauh sebelum kita terlahir di dunia ini?