Sekarang sedang jam istirahat, aku dan teman-temanku sedang duduk di tempat VIP kami, pojok kantin dekat warung Mba Iin, dan sedari tadi keempat teman cowokku menggoda Rani, murid kelas 11 yang tidak di sukai angkatanku. Dia selalu mencari masalah dengan agit---entah cewek atau cowok---dengan sikap sok songongnya yang malah membuatku jijik.
"Dede gemesh, sini dong duduk. Berasa lagi di temenin permaisuri." rayu Aldan pada Rani yang saat ini sedang memesan minuman di Mba Iin.
Kulihat Rani menyilangkan kedua tangannya di depan dada seraya menatap Aldan remeh, "Makasih udah bilang gue cantik, tapi gue udah punya raja yang jauh lebih tampan dari lo, jadi gue bukan permaisuri lo. Lagipula, gue alergi deketan sama lo, termasuk teman-teman lo yang otak mesum itu."
"Wuuuuuuuu..." Kami pura-pura terkejut dengan ucapannya.
"Kok adik cantik ngomong gitu sih? Siapa sih raja yang kamu maksud? Sakit, dek. Sakit." seru Aldan sambil memegang dadanya dan memasang wajah sedih
Kalau bukan temanku, aku pasti sudah mengatain dia alay habis-habisan.
"Gila lo!" seru Rani
"Wuuuuuu...."
"Daripada sama Aldan, mending sama gue. Gue jadiin adik ketemu gede, gimana?" Kali ini Zio juga ikut-ikutan sambil mengerlingkan matanya
"Aldan aja yang ganteng nggak masuk tipe gue, apalagi lo. Sadar diri mas. Helloooo~" seru Rani sambil menjentikkan jarinya di depan wajah Zio.
Aku tertawa terbahak-bahak. Sumpah, Rani bicara terlalu jujur. Di antara keempat teman cowokku, Zio memang berada di posisi paling bawah di tingkat kegantengan.
"Bangsat lo!" kesal Zio
Aku menyeka air mata yang keluar dari mataku lalu merangkul pundak Zio, "Udah, nggak usah di ambil hati. Omongan bocah kayak dia suka nggak benar."
Rani mendengus geli, "Omongan gue benar kali. Lo juga pasti setuju kalau Zio nggak ganteng, iya kan? Jujur aja, nggak usah menutup-nutupi karena lo merasa nggak enak untuk berkata jujur, soalnya Zio teman dekat lo."
Aku lantas menatap Rani tidak suka, "Mau gue jujur atau enggak, itu bukan urusan lo. Lagian ya, lo jangan merasa diri lo paling cantik. Sok merasa paling sempurna."
Rani mengedikkan bahunya, "Emang itu kenyataannya kan? Gue paling cantik di sekolah ini. Bilang aja lo iri dengan kecantikan gue. Makanya mba, sekali-kali perawatan. Liat tuh kulit lo, kusam dan kering, pantas aja nggak ada cowok yang mau sama lo."
Wah, hebat sekali ucapannya sampai aku kehilangan kata-kata untuk membalasnya. Kulitku tidak sekusam yang dia bilang!
Aku berdiri dan berjalan mendekatinya, "Terus kenapa kalau gue nggak perawatan? Ini kan kulit gue, terserah gue dong mau perawatan atau enggak."
"Tapi orang-orang yang ngeliat menganggap lo tuh cewek jorok, kotor, dan nggak bisa merawat dirinya sendiri."
Aku berhenti melangkah, jarakku dengan si cabe giling hanya beberapa jengkal saja. Aku menatapnya tajam, "Lebih baik lo urusin diri sendiri. Lo nggak liat kelakuan dan penampilan lo? Kotor kayak sampah, mencemari lingkungan sekolah dengan dandanan lo yang super menor. Mau sekolah apa mau clubbing?"
Rani maju selangkah, "Apa lo bilang?" tanyanya dengan nada rendah. Aku tau dia marah.
Aku lantas tersenyum tipis, "Gue bilang lo kayak sampah. Kenapa? Nggak terima?"
"Kurang ajar!"
Aaww!!
Aku menjerit kesakitan kala rambutku di jambak olehnya. Ah gila, dia benar-benar membuatku terkejut. Dia pikir dia doang yang bisa menjambak? Aku tidak mau kalah! Aku benar-benar menjambak rambutnya dengan sangat kencang, aku tidak peduli rintihannya. Aku hanya ingin membalas dendam.
KAMU SEDANG MEMBACA
AZURA
Ficção Adolescente[Untuk pembaca usia 15 tahun ke atas] "Apa yang kamu lakukan, baik atau buruk, pasti akan mendapat balasan. Mungkin tidak sekarang, tapi suatu saat nanti. Percayalah." Kalimat itu harus dipegang baik-baik oleh setiap manusia. Setiap perbuatan yang d...