Tenang, di chapter ini gak nulis tentang cowo yang ditaksir(karena males banget juga), dan sorry, itu gak penting banget. Kita bicara masalah agama, hidup, pengalaman dan belajar dari kesalahan :')
Blahblahblah, akhirnya aku jadi hari itu untuk pake jilbab langsung(jilbab praktis, yang mirip sama anak SD gitu). Talinya aku potong, biasa, biar cantik. Ew, banget, tau, gak? Pas di sekolah tanggepan temen2, pada positif. Setan mulai mau menguasai lagi. Tapi, kayaknya Allah enggak mengizinkan. Akhirnya aku perbanyak doa semoga terhindar dari niat jahat diri sendiri maupun orang lain.
Keajaiban! Aku beli jilbab praktis yg baru dan gak mau kupotong. Di cermin, seakan ada yang bilang, "jelek banget, sih!" Dan, yaa..begitulah. Hampir mau ganti jilbab. Tapi ada sesuatu yang bikin aku optimis. Kalimat yang entah darimana muncul.
"Kamu, kan, sekolah. Guru2 gak mandang dari cantiknya kamu. Katamu mau berubah, kenapa malah ngulangin hal yang sama lagi? Dan prestasi gak tergantung muka kali, hellow! Ini sekolah, bukan pesta!"
Alhamdulillah temen2 deket aku nanggepin baik banget. Mereka bilang, aku lebih bagus pakai jilbab gini. Kalau tanpa tali agak gimana gitu, little bit gak cocok dan terkesan gak lebih rapi dari yang pakai tali ini. Pokoknya lebih baguslah tanggepan mereka ke aku.
"Tuh, kan, gini juga cantik. Tapi, ingat, kamu sekolah!" kira-kira gitu kalimat semangat yang muncul. Tapi, rupanya Allah pengen aku lebih dekat pada-Nya. Dia coba perlihatkan padaku bagaimana para mukmin menjalani tahapnya. Tidak semua tanggapan baik muncul. Some people said that, aku aneh kalo aku pake jilbab gini. Tapi, who cares? Memangnya mereka bakal malu punya temen yang berjilbab kayak aku? Toh, yang lain banyak, kok, yang pakai jilbab ini. Aku memikirkan bahwa cobaan2 yang sangat kecil ini hanya sekecil-kecil bagia daripada cobaan yang telah dihadapi alim ulama untuk mendekatkan diri pada-Nya.
Mungkin di benak kalian, aku alay banget, ya, sampai masalah jilbab digiin banget? Diumbar ke jejaring sosial lagi. Aku gak masalah, kok. Lagian aku gak maksa kalian buat baca ini, apalagi nge-vote, apalagi komen. Gak sama sekali.
Sekali lagi, bacalah apa yang kalian ingin baca(tapi jangan baca yang maksiat, dilarang keras!). Dan bukan berarti aku marah-marah kalau kalian baca ini. Haha, bawa santai aja. Bagi yang mau, anggap ini bagai curhatan temen deket :')(bagi yg mau).
Inti cerita, jilbab yang aku ini mendatangkan berkah. Cowok2 di sekolah mungkin notabenenya pada naksir sesuai muka, yah. The fact, yang aku tahu fan ku mulai berkurang, hahah! Kuakui, perbedaannya aku pakai jilbab segi3 dg yg sekarang cantik dulu, bukan kepedean. Diri sendiri bisa menilai diri sendiri, kan? Tapi, aku merasa, tingkat kepinteranku bertambah dan aku gak ada khawatir masalah muka, jilbab rusak, dstt(dan saya tidak tau).
Aku merasa sekarang, tuh, ya, lebih aman. Ya, secara jilbab ini, kan, nutupin dada. Sekalian kalau ada keringan di ketiak gak keliatan banget(kecuali ngangkat tangan tinggi2, insya Allah kelihatan). Dulu, seorang yang gak suka jilbab terlalu panjang(dulu nyebut terlalu panjang, heheh xD) alhamdulillah sekarang suka yg panjang2. Karena lebih banget enaknya, perasaan amannya, simpel dan ketidakadaannya godaan yg menonjol(maksudku, kalau dulu aku lebih mengundang cowok, deh. Jujur aku ngerasa.) Pokoknya apa yang kupakai saat ini alhamdulillah banget, SO SIMPLE. Gak ada acara ngambil2 cermin buat ngurusin jilbab supaya tetep bagus biar dipandang cowok, ew! NO! Jangan sampai kegitu lagi. Jodoh udah ada di tangan Allah. Lagian kita belum tentu di dunia sampai nikah dan punya anak, kan? Siapa tau Allah ngasih kita jodoh yang superrr lebih keren dari cowok yang ada di dunia(yg kita taksir, mungkin?) di Surga, bagi hamba yang sabar? Nah, Subhanallah banget, kan? :)
Why I'm in love with this(A REAL) veil? 'Cause no tutorials needed for this. This is Syar'i. And Syar'i is simple than hijab(at now. When hijab as a fashion, Oh My God T_T).(I don't mean to be arrogant)
Semoga, kita semua diberi olehNya petunjuk yang lurus, benar, lagi diridhoi-Nya. Amin. Dan semoga apa yang benar Dia berkenan untuk tunjukkan ke kita semua. Amin Ya Rabbal 'Aalamiin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menangis karena Allah
Non-FictionBer chapter. Sebagian besar pengalaman yg insya Allah ada yg bisa ambil hikmah