MWTJ : 9

12.7K 544 15
                                    

•°•Happy Reading•°•

"Lucu sekali, Edward ia mengajak bekerja sama dengan ku saat di pesta pernikahannya, apakah ia langsung bangkrut akibat pesta pernikahannya itu? Payah sekali." ucap Rafael kepada Jarvis yang sedang mengendarai mobil.

Rafael telah selesai memenuhi undangan pesta pernikahan ditemani oleh Laudia yang sebelumnya sudah ia antar pulang.

"Tapi, apakah tuan bersedia jika tuan Edward mengajak untuk bekerja sama?"

"Mungkin saja Jarvis, tapi pasti aku akan membuat persyaratan yang sulit untuknya." jawab Rafael kemudian ia membuka ponsel genggamnya. Ia melihat beberapa pencapaian yang sudah ia terima semenjak tujuh tahun terakhir. Perusahaan yang diwariskan dengan cara turun temurun itu akhirnya mengembang pesat semenjak Rafael yang memimpin.

"Apa yang tuan rencanakan untuknya?" Tanya Jarvis masih dengan menatap jalan di depan.

Rafael menghembuskan nafanya panjang lalu membuka suara, "Entahlah Jarvis, aku akan memikirkannya nanti."

Ia kemudian membuka dompetnya, ia memandangi fotonya dengan Clara. Foto terakhir mereka sebelum Clara pergi dan takan kembali akibat pria brengsek itu. Entah mengapa jika ia mengingat pria brengsek itu, ia juga teringat akan Alesha yang ia nikahi hanya untuk membalaskan dendamnya. Tenang, ini belum seberapa, Alesha harus mendapatkan balasan setimpal dengan perbuatan yang bahkan tidak ia lakukan.

Jarvis mengerem dengan mendadak dan membuat foto itu terjatuh. "Ada apa Jarvis?" tanya Rafael sambil memandang ke kaca depan mobil.

"Maaf tuan, sepertinya tuan Chris berulah lagi. Aku melihat beberapa mobil terparkir di depan mansion."

Mendengar itu, Rafael mengeraskan rahangnya, segera ia keluar dari mobil dan ia bahkan melupakan foto yang terjatuh di dalam mobil tadi. Rafael berjalan dengan cepat sambil mengepalkan ke dua tangannya. Mungkin saat ini rumah yang bagaikan istananya sudah menjadi kapal pecah akibat ulah adiknya.

Dari luar, sudah terdengar suara musik dj yang mengalun, amarah Rafael membuncak ia mengepalkan kedua tangannya lalu Rafael membuka pintu besarnya, saat pintu sudah terbuka ia melihat seisi rumahnya bagaikan club malam. Pria dan wanita sedang berciuman, berjoget erotis dengan pakaian terbuka, musik dj yang semakin terdengar sangat kencang, serta asap rokok yang memenuhi mansionnya ini.

"Hentikan musiknya." Ucap Rafael kencang kepada sang dj dan seketika semua orang tersadar, lalu menatap Rafael namun berbeda dari beberapa pria yang mengerubumi Alesha, seakan meraka senang akan mainanya.

Rafael mengedarkan pandangannya dan saat itu pula ia melihat Alesha bercucuran air mata dengan beberapa pria yang sedang menggodanya. Segera saja Rafael berjalan ke arah mereka, tanpa aba-aba Rafael langsung memukuli satu demi satu pria yang menggoda Alesha tersebut dan tanpa ampun ia langsung mengeluarkan sebuah pistol, pistol tersebut di arahkan kepada ke tiga pria tersebut. Suara senapan terdengar berkali-kali, Rafael menembak mati orang tersebut.

Lantas semua orang langsung berlarian keluar dari mansion Rafael sambil memasang wajah ketakutan. Alesha hanya terdiam dan sontak kaget akan apa yang ia dengar barusan. Suara tembakan dan suara jeritan orang yang sangat kencang.

Christian keluar dari ruangannya bersama teman-teman seperjudiannya. Ia terkejut melihat ketiga temannya yang sudah terkapar kaku di lantai, kemudian pandangannya beralih keRafael, yang menatapnya dengan wajah penuh amarah dan siap untuk menghajarnya habis-habisan. Rafael lalu berlari kencang menghampiri Christian, dan kemudian Rafael langsung memberi bogeman mentah kepada Christian, memukulnya hingga berkali kali tanpa ampun.

"Kak maafkan aku kak, aku hanya mengadakan pesta dan bersenang-senang atas kesembuhan ku."

Rafael membuka suara kepada Jarvis sambil menatap Christian. "Jarvis tolong kau urus ke tiga mayat itu."

"Pergi dari sini atau kau akan bernasib sama seperti teman mu ini." kemudian Christian langsung berlari kencang menuju ke kamarnya.

Rafael menghembuskan nafasnya gusar, kemudian ia menatap Alesha yang masih terduduk kaku dan ketakutan di atas sofa. "Dan kau jalang! Ayo ikut aku." ucap Rafael kepada Alesha lalu menggendong Alesha seperti karung beras.

Rafael membawa Alesha ke kamar Alesha lalu menghempaskan dengan kasar tubuh Alesha ke atas ranjang. "Berani-berani nya kau menjajahkan tubuh mu kepada pria-pria itu!" ucap Rafael lalu menampar keras pipi Alesha yang saat ini sudah merah dan kemudian Alesha menangis kencang.

"Aku tidak melakukan itu." ucap Alesha di tengah tengah tangisannya.

"Sekali jalang, kau tetap jalang!" Rafael membuka jas beserta kemejanya dan juga celannya. Amarahnya kian membuncah tidak tertahankan, ia adalah pria kejam berkedok malaikat.

"Sekarang, apa yang bisa aku perbuat kepada mu jalang. Kau ingin diperlakukan sebagai jalang bukan? Hah?"

"Tidak jangan...!!!" teriak Alesha karena Rafael berusaha membuka pakaian yang dikenakan Alesha.

Setelah membuka pakaian Alesha, Rafael langsung melakukan aksinya, ia memperlakukan Alesha seperti jalang. Alesha hanya menangis dan merasakan sakit dalam dirinya. Berkali-kali Rafael meninggalkan tanda kepemilikan di seluruh tubuh Alesha.

"Kau sangat jahat.." umpat Alesha kepada Rafael, namun tidak di dengar oleh Rafael, hanya air mata yang bisa Alesha rasakan saat ini, dan ia juga merasakan sesuatu keluar dari daerah kewanitaannya dan sangat sakit jika dirasakan.

Namun malam berlalu sangat lambat, Alesha ingin kembali merasakan pagi yang cerah untuk ia termenung seorang diri.Ia memang wanita yang tidak berguna.

***


TBC
Don't forget for Vote and Comment.
😍

Dukung selalu aku ya dalam cerita ini :')
Dukungan kalian, akan membuat aku semangat nulisnya, Hehe~•• 🌸

Kalian bisa kunjungi aku di Instagram @yolan_dta

Salam manis

Author :')

Married With The JerkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang