Aku mencintaimu hingga tidak bisa bernafas, sepenggal analogi itu terlintas dalam benak Baekhyun, ia bukan seorang penyair maupun penulis handal melainkan sekedar pelayan di salah satu kafe di kota terpencil. Kata-kata itu terlintas ketika ia tidak sengaja menuangkan kopi hitam pekat ke dalam secangkir gelas mungil berwarna putih.***
Pada pukul 7 malam terdengar suara deringan telepon, Baekhyun enggan bangkit untuk sekedar mengambil ponselnya yang terletak di meja kecil bersebelahan dengan kasur putih itu. Bunyi terus berdering membuat Baekhyun memaksakan dirinya mengambil ponsel dengan kaki terseok-seok. Baekhyun mengernyit bingung, deretan angka yang tidak begitu ia kenali menambah dirinya untuk enggan mengangkat atau sekedar menanyakan “ Dari siapa".
Mati. Kali ini tidak ada suara deringan lagi, mungkin saja si penelepon itu tengah kesal kepadanya karena sudah kedua kalinya Baekhyun tidak mengangkat, hanya memandangi ponsel yang terpampang foto seorang gadis berambut panjang itu.
Ponselnya kembali bergetar, terpampang deretan angka yang sama. Kali ini dengan rasa penasaran Baekhyun mengangkat dan meletakkan ponselnya di telinga.
“ Hal...”
“ Kenapa lama sekali ?” Jantung Baekhyun berpacu cepat, ia belum sempat menuntaskan kata Halo orang itu sudah lebih dulu bersuara. Orang itu ? Yah gadis ini Baekhyun ingat akan suara gadis ini. Hari ini, gadis ini meneleponnya hal yang terlintas dalam pikiran Baekhyun adalah bagaimana gadis ini bisa mengetahui nomor teleponnya. Baekhyun terduduk di pinggiran kasur tanpa sadar, sudah lama ia tidak lagi berbicara dengan gadis ini, bahkan ia juga sudah lama tidak bertemu satu sama lain. Apa kabar sekarang ?
“ Ada apa ?” sial, Baekhyun terlalu gugup atau ia tidak bisa menguasai situasi seperti ini. Kenapa ia tidak bertanya bagaimana kabar gadis ini, kenapa baru sekarang gadis ini meneleponnya, bagaimana gadis ini bisa mengetahui nomor ponselnya. Banyak rentetan pertanyaan yang ingin ia lontarkan secara gamblang, tapi saat itu mulut dan suaranya terasa tercekat. Baekhyun mendesah pelan mencoba menetralkan degup jantungnya, benar ya merindukan seseorang membuat segalanya berlawanan.
“ Besok kau ada jadwal tidak ?”
Baekhyun kali ini kembali mengernyit bingung, untung apa gadis ini bertanya tentang jadwal kerjanya.
Kalau orang-orang mungkin ketika mendapatkan telepon dari orang yang mereka sayang, mereka akan melepaskan rindu mengucapkan kasih dan sayang secara terbuka atau mungkin hanya sekedar kata-kata yang diselingi dengan basa-basi, tapi hal itu menjadi kata yang patut untuk dikenang atau diucapkan kata yang paling romansa. Tapi berkebalikan dengan gadis ini mereka sudah cukup lama tidak bertemu, hal ternyata yang dapat Baekhyun dengar dari pendengarannya ia sama sekali tidak menemukan segala macam tentang rindu.
“ Tidak, aku libur, memangnya ada apa ?”
“ Besok aku akan ke Seoul, kau bisa menjemputku di bandara.”Baekhyun memejamkan mata sesaat mencerna inti setiap kalimat itu. Besok, Seoul, bandara. Dan ia di suruh untuk menjemputnya begitu ?
“ Tentu.”
“ Oke sampai ketemu besok.. Tut..tut..tut.” ia mendesah pelan, lalu tersenyum samar. Gadis ini tidak berubah tetap sama seperti dulu, mematikan panggilannya secara sepihak. Baekhyun menjatuhkan tubuhnya, menatap langit-langit kamar. Besok sebelum penutupan akhir tahun adalah hari bersejarah bagi seorang Baekhyun, mungkin hal paling terindah karena kembali merasakan tahun baru bersama gadis yang ia cintai, dan ia berharap momen itu akan lengkap dengan turunnya salju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Universe
RomanceKetika kamu menjadi duniaku ketika kamu adalah semesta kecilku apa yang harus aku lakukan.