totalwords : 2912
----------------------------------------
Jakarta
2010Bugh!
"Aduh! Ih, siapa sih?! Sakit tauk!!" keluh seorang gadis berseragam SMA setelah kepalanya di benturkan dengan bola basket secara sengaja. Ia melihat sumber kesialan yang ditimpanya dengan kesal. Di lapangan, seorang pemuda berseragam sama dengan gadis tersebut melihat ke arahnya sembari tertawa.
"Kenapa? Mau marah? Marah aja sini, gue liatin" ucap pemuda tadi masih tertawa.
"Apaan si, gajelas lo dasar ketek"
"Yeu kutil, gitu aja marah" Pemuda tadi—Alvin—berjalan mendekati gadis tersebut—Alven—dan mengambil bola basket yang dilemparnya. Ia mengopernya ke arah lapangan untuk di kembalikan ke tempatnya semula oleh salah satu temannya, sembari tersenyum dan mengangguk kecil tanda berpamitan.
"Gue lagi kesel, Vin. jangan buat gue tambah kesel, awas aja lo" Alven mengawasi pergerakan Alvin dengan matanya yang menyipit tajam. Sedangkan yang diawasi hanya bisa tahan tawa melihat ekspresi kembarannya itu.
"Yailah dramatis amat muka lo, til" Alvin berkata sembari merangkul Alven untuk berjalan bersama. Mereka berada di koridor lantai dasar SMA Mandala, berjalan menuju kelas mereka di lantai dua. Waktu istirahat sudah selesai, sehingga banyak murid lain yang berjalan beriringan dengan mereka, menuju kelas masing-masing.
"Jangan panggil gue kutil, ketek"
"Jangan panggil gue ketek, kutil"
Mereka berdua saling bertatapan untuk sejenak. Yang satu menunjukan wajah kesal dengan mata tajam, yang lainnya menatap dengan wajah menantang, merasakan sedikit kemenangan. Alven yang kalah telak dengan segera membuang muka dan mendengus kasar.
"Kenapa sih lo panggil gue ketek?"
"Karena lo bau ketek"
"Bau-an juga ketek lo"
Bugh
Kalimat tersebut membuat Alvin mendapat tinju keras di perutnya. Ia sudah berusaha menghindar tetapi gagal. Katangkasan dan kekuatan kembarannya kalau sudah murka tidak ada tandingannya. Ia harus ingat untuk tidak membuat Alven mengamuk, lagi.
"PERGI LO SANA!"
"Aduh, ampun Ven, Sakit" ringis Alvin merasakan nyeri di perutnya.
"Kan udah gue bilang, jangan buat gue tambah kesel!"
"Gue cuma bercanda Ven, astaga. Ketek lo ga bau kok sumpah, wangi banget, wangi reksona. Gue salah nyium, gue kira ketek lo yang bau ternyata ketek gue yang bau hehehe" Alvin menunjukan jari telunjuk dan tengah tangan kanannya tanda bersumpah sembari memperlihatkan senyuman idiot. Tangan kirinya masih memegangi perutnya yang sakit.
Alven tidak bisa menahan tawa nya lagi mendengar pernyataan Alvin, yang menurutnya sangat absurd untuk dijadikan alasan. Ia menepuk pundak Alvin pelan sebanyak dua kali sembari terkekeh.
"Apaansi, anjir. Absurd banget lo, sumpah"
"Makasih" Alvin masih memegangi perutnya saat mengatakan ini. Alven yang melihatnya jadi merasa bersalah. Ia juga sempat berpikir, emang sekenceng apa si gue mukulnya tadi, perasaan biasa aja. Banci ni orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Geminae
Teen Fiction"Untungnya punya kembaran laki-laki itu, lo bisa minta dijajanin sepuasnya, karena lo adalah prioritas! Hahahaha!" Alvenia Adriel Dethana. Berlari girang setelah adik kembarnya menyerahkan uang selembar bernominal lima puluh ribu rupiah. "Tahi" Alvi...