Sera's hidden story from notmeforget's Problematic Queen.
🏠🏠🏠
Sera duduk di kursi yang terletak di pinggir lapangan. Lapangan luas yang dikelilingi dinding setinggi 2 meter dengan kawat-kawat tajam di atasnya. Sera memandang sekeliling, memandangi sekumpulan wanita yang berpakaian sama sepertinya. Baju oranye lusuh, yang bahkan ukurannya kebesaran. Sama sekali tidak nyaman untuk digunakan.
Sera melihat Nyonya Lee sudah mengoceh, marah-marah tidak jelas karena melihat Sera hanya duduk saja sedari tadi. Memang, seharusnya Sera membantu yang lainnya. Membersihkan lapangan, ruangan, atau toilet di dalam penjara ini.
Ah, penjara. Sera terlalu asyik menikmati udara hari-hari terakhir musim gugur yang kian lama membuat tubuhnya menggigil sampai ia lupa kalau ia sedang berada di penjara.
Penjara. Tempat para pendosa. Lihatlah sekeliling Sera, ia bisa melihat berbagai macam dosa yang dilakukan seseorang sampai bisa masuk ke tempat ini. Pemabuk, pencuri, penjudi, atau bahkan pembunuh seperti dirinya. Sera jadi mengerti, semua perbuatan salah tetap dosa, apapun niat dan alasan di baliknya.
Udara jadi semakin dingin, padahal ini masih cukup pagi. Mungkin musim dingin sebentar lagi tiba. Musim dingin ke lima yang Sera lewati dengan meringkuk di bilik kecil dengan pintu besi abu-abu yang dipenuhi dengan karat. Nyonya Lee selalu protes agar sipir gendut yang hobi memaki itu mengecatnya kembali, tapi sipir gendut itu hanya menjawab dengan menendang pintu abu-abu itu hingga catnya makin banyak yang terkelupas.
Musim dingin ke lima. Sudah lima tahun ternyata. Sera tak menyangka ia masih hidup sampai saat ini dan mungkin ia akan tetap berusaha untuk hidup sampai hari itu tiba. Hari dimana Sera bisa keluar dari tempat ini. Walau tempat ini tidak terlalu buruk, Sera tetap saja rindu rumah. Ah, Sera lupa. Masih adakah tempat yang bisa ia sebut rumah setelah ia sendiri yang membuat rumah itu terbakar dan hangus jadi abu hingga tak tersisa apapun lagi yang nanti bisa menghangatkannya saat salju turun tiba-tiba.
Sera menghancurkan semuanya. Taehyung, Seokjin, Namjoon, Tuan dan Nyonya Kim, bahkan Park Jimin yang tak seharusnya Sera ikut sertakan dalam cerita hidupnya yang memuakkan. Tak ada lagi rumah untuknya menghangatkan diri. Yang ada hanya abu, yang bahkan tidak pernah bisa digunakan lagi untuk menyalakan api.
"Baik Nyonya Lee, jangan mengoceh terus. Aku akan mencabut rumputnya sekarang juga."
Sera bangkit dari duduknya, berjalan ke pinggir lapangan dan mulai mencabuti rumput dengan wajah masam. Tak ada senyuman, pendosa tak seharusnya tersenyum bukan. Menangis pun tak pantas untuk dilakukan. Sera bahkan lupa kapan terakhir kali air matanya menetes untuk mencoba mematikan api itu. Api yang membakar rumah itu, rumah nyamannya.
Sera jadi berpikir, mungkin saat keluar dari penjara saat musim dingin nanti, Sera akan ikut membakar diri juga. Ikut hangus jadi abu rasanya lebih baik daripada mati beku kedinginan di emperan jalan. Setidaknya, Sera nanti kembali lagi merasa hangat.
Sera masih asyik mencabuti rumput dengan wajah mengkerut sambil mendengar ocehan Nyonya Lee yang bertema tidak berguna nya gadis muda pemalas seperti Sera saat sipir gendut yang hobi memaki dan menendang pintu besi malang tiba-tiba datang dan menghampiri Sera.
"Hei kau nomor 1768, seseorang ingin bertemu denganmu."
Meski benci dengan panggilan 1768 yang selalu digunakan sipir untuk memanggilnya, Sera tetap mendengarkan ucapan si sipir gendut itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Home
FanfictionSera mengharapkan rumah yang nyaman. Setelah mendapatkannya, Sera malah membakar rumah nyamannya itu hingga menjadi abu. Apinya, bahkan sudah mulai membakar rumah orang lain. Saat Sera kembali pulang, entah kemana Sera harus kembali. Ia sudah tidak...