Author POV
Lagu Havana milik Camila Cabello terdengar nyaring dari kamar Deefnie. Diikuti bunyi jam weeker berbentuk karakter Nobita, di samping ranjang yang tak kalah nyaring.
Riuh, begitulah keadaan kamar Deefnie di pagi hari. Karena kalau tidak, jangan harap cewek ini bangun.Deefnie menguap lebar, bangun dengan ogah-ogahan menuju kamar mandi. Mengambil handuk putih yang tergantung di balik pintu.
"Ehh sebentar, handuk-ku kan ada di lemari" Ucapnya kemudian. Deefnie menghentikan langkahnya seketika. Ia berfikir sejenak, kalau handuknya tidak di sana. Lalu apa yang ia pegang?.
Deefnie memandang kain putih yang sudah ada ada di genggamannya, setengah dari kain itu masih tergantung.
"Masa pagi-pagi udah disambut ginian" Dengus-nya, sambil menoleh perlahan ke-arah juntaian kain.
Deefnie memejamkan mata, kemudian membuknya perlahan untuk menyiapkan mental tapi ternyata...
"Shit! daster mama" Deefnie memegang dada-nya, yang masih berdebar.
Dia memutuskan untuk tidak jadi mandi, hanya mencuci muka, menggosok gigi, dan langsung bersiap ke kampus.*****
"Morning Deef" Sapa Mama dengan senyum mengembang.Deefnie tak menghiraukan sapaan hangat itu. Dan langsung melayangkan protes
"Ma! Lain kali kalau naro barang di kamarku itu bilang dulu" Ucap Deefnie dengan wajah kesal.Deefnie POV
"Ada apa sih, berisik pagi-pagi"
Papa mengambil posisi di depanku, sementara aku hanya memasang wajah bete."Ini Pah, mama nyimpen baju di kamarku nggak bilang" Papa cuma geleng-geleng, sambil menyuap sesendok nasi goreng seafood buatan mama.
"Loh, mama nggak nyimpen daster kok di kamar mu" Timpal mama santai.
Mataku terbelalak, batal mengambil susu di gelas besar yang sudah menunggu untuk di teguk. Menatap mama heran, lalu segera berlari ke kamar. Aku melihat ke arah gantungan asal kain tergantung tadi, yang ku kira adalah daster mama dan ternyata kain itu sudah tidak ada.
"Kemana kain tadi? Ternyata benar itu bukan milik mama" Aku berjalan lemas meninggalkan kamar. Sampai Aku berpapasan dengan Rasmi.
"Deefnie..." Tegur-nya padaku.
"Ehh... Rasmi? Kamu bisa bicara?" Keningku berkerut, melihat dengan seksama pakaian yang dikenakan-nya. Kain putih panjang, aku pikir sepertinya kejadian itu ulah Rasmi, ya kain itu... milik Rasmi! Dia ingin mencoba berkomunikasi denganku?
Saat Rasmi akan mulai berbicara, tiba-tiba Linda merangkul-ku dan mengajak untuk kembali ke meja makan.
"Kak, ayo sarapan bareng"Hal itu, membuat Rasmi berlalu meninggalkan-ku.
"Ahh... nyaris saja, dia akan berbicara tadi" Sudah lebih dari 1 tahun aku sering melihatnya, namun ini pertama kali-nya Rasmi mau berinteraksi dengan-ku. Aku sangat yakin ada yang ingin dia sampaikan, banyak yang ingin ku tanyakan juga pada-nya.
*****
Jam menunjukan pukul 06.30 WIB. Bisa gawat kalau aku terlambat kuliah pagi, apalagi jam pertama ini pak Gilang. Masalahnya, dia merupakan dosen paling menakutkan se-Karya bakti. Bisa gawat, kalau telat di kuliah-nya. Ehh kenapa jadi bicarain pak Gilang?Lamunan-ku pecah saat bang Wira menganggetkan dari belakang, kebiasaan emang suka ngasih syok theraphy.
"Bengong aja! Ntar telat masuk kampus lohh" Seru-nya sambil meneguk habis segelas susu full cream milik-ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sixth Sense (HIATUS)
Terror#2 rank in Dua dunia #77 #79 #164 rank in Horror Setelah bangun dari koma selama 5 tahun, akibat peristiwa kebakaran gedung sekolah. Deefnie jadi bisa melihat mahluk halus, bahkan berkomunikasi dengan mereka. Terang saja hal ini benar-benar merepotk...