AWAL YANG BAIK

22 0 0
                                    


                 Ana melihat jam tangannya ternyata sudah jam 18.25, Ana harus segera pulang ia takut bude dan pakdenya khawatir lagipula sebentar lagi sudah masuk waktu shalat maghrib. Sesampainya di teras rumah ia melihat pakde dan budenya sedang ngobrol santai sambil minum teh panas.

" Assala'mualaikum" sapa Ana pada pakde dan budenya.

"Walaikumsalam"  jawab pakde dan budenya hampir bersamaan.

"kamu gak bosen udah 3 hari berturut-turut nonton sunset? Besok jam berapa wawancaranya, Na ?" Tanya pakde.

Bagaimana mungkin Ana bisa bosan bahkan kalau bisa ia ingin melihat sunset itu setiap hari. Sapuan warna keemasan di langit dengan semburat merah di sisi-sisinya, hembusan angin pantai yang sepoi-sepoi, air laut yang menari-nari dan pasir putihnya yang lembut, indah sekali. Apalagi jika membiarkan kaki nya yg tanpa sandal beradu dengan pasir putihnya yg lembut, Ana tidak ingin semuanya segera berlalu. Ia ingin terus melihat sunset itu.

"Jam 8 pakde.. tapi Ana ingin sampai di tempat wawancara pukul setengah delapan saja biar tidak kemrungsung"

"Besok bude yang akan antar kamu, kita berangkat jam tujuh ya. Sekarang kita sholat dulu aja" ajak bude untuk sholat bareng.

Mereka lalu masuk ke dalam rumah, pakde yang menjadi imam sholat. Pakde cukup fasih membaca bacaan sholat karena dulu ia jebolan pesantren di bojonegoro sebelum akhirnya merantau ke Bali dan bekerja sebagai chief enginer hotel di kawasan nusa dua. Sudah 15 tahun pakde dan bude menikah tapi sampai sekarang belum dikaruniai buah hati, kedatangan Ana di Bali menjadi obat tersendiri bagi mereka yg selama ini hanya hidup berdua saja. Pukul 9 malam sehabis makan malam dan sholat isya berjamaah, Ana masuk kamarnya dan tidur. Ia harus bangun pagi dan membantu budenya pekerjaan rumah, meskipun budenya tidak pernah menyuruh Ana untuk beres-beres rumah tapi Ana sadar ia tinggal di rumah budenya sudah seharusnya ia meringankan pekerjaan rumah budenya.

Alarm di hp Ana berbunyi, ia menyetel alarmnya jam 4 pagi. Ia segera bangun meskipun masih ngantuk, rasa ngantuk dan udara dingin tak ingin membuatnya bermalas-malasan untuk kembali tidur lagi. Ana menuju dapur dan membuka kulkas, ada terong ungu 5 buah dan tempe 1 papan, ia juga melihat cabe rawit dan cabe merah panjang dalam jumlah banyak. Budenya memang suka makanan pedas makanya punya banyak cabai di kulkas. Ana akan memasak terong balado dan goreng tempe saja. Setengah jam saja Ana sudah selesai memasak, ia mendengar pintu kamar terbuka rupanya bude dan pakde sudah bangun.

"masak apa Na? kamu gak usah masak segala nanti kamu kecapekan"

"Cuma masak terong balado dan goreng tempe, bude gak usah khawatir to. Aku gak capek kq lagipula terong balado buatanku ini enak banget hlo" jawab Ana sambil mengedipkan mata.

"jadi gak sabar pengen nyobain, kita sholat subuh dulu aja y habis itu bude mau nyobain terong balado mu ini, awas ya kalau gak enak" Budhe tertawa kecil, ia senang Ana disini. Kehadiran Ana mampu mengobati lukanya akibat belum dikarunia anak sampai sekarang.

Jam menunjukkan pukul setengah tujuh, Ana sudah rapi dengan dengan jilbab abu-abunya, memakai gamis warna merah jambu dan dipadankan dengan blazer yg senada dengan warna jilbabnya, ia memeriksa kembali tas nya memastikan bahwa semua dokumen yang diperlukan sudah masuk tas. Pensil, pulpen, stabilo dan tipe x sudah di dalam dusgripnya.

"sudah siap belum Na? dicek dulu dokumennya ya kalau ada yang kurang mumpung masih di rumah" Tanya bude dari ruang tv disamping kamar Ana.

Ana keluar dari kamarnya sambil menggendong tas hitam.

"sudah lengkap semua bude"

"oke kita berangkat. Kamu tunggu didepan pagar rumah saja ya, bude ambil motor dulu di bagasi"  kata bude sambil meraih kunci motor di atas tv.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 09, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Matahari Terbenam Di Pantai KUTAWhere stories live. Discover now