Jiwa

2 0 0
                                    

Hari itu adalah hari hujan kata Mobil, benar, sekaligus menjadi hari paling dingin yang pernah Baju Biru rasakan. Biasanya, Baju Biru tak pernah peduli dengan segala cuaca yang ada, Baju Biru bisa menjadikan penggunanya merasakan hangat di cuaca dingin ataupun dingin di cuaca hangat. Tapi hari ini, Baju Biru seperti mati rasa dengan dingin, tak ditemukan rasa hangat se-incipun dari seluruh tubuhnya. Bahkan, penggunanya sudah memeluk Baju Biru dan badannya bersamaan. Baju Biru menjadi tak enak sendiri, ini gara-gara ia menghasutJaket Kulit pagi ini.

***

Pagi ini Baju Biru dan Jaket Kulit masih berada di dalam Lemari Coklat, Baju Kuning masih asik mengobrol dengan Amplop di bawahnya, mereka saling menceritakan tentang bagaimana suasana di bank. Baju Biru masih asik terbang ke alam mimpi, Jaket Coklat merasa kesepian tak ada teman bicara. Hanya Baju Biru yang berada di bawahnya, Daster batik yang di atasnya, sedang asik bergosip dengan Pakaian Dalam disampingnya. Iseng, Jaket Kulit memanggil Baju Biru sambil sedikit menghantamnya, Baju Biru tak terganggu sedikitpun. Jaket kulitpun mengulangi hal yang sama berkali-kali, tapi Baju Biru masih nyenyak tertidur. Hingga saatnya pemilik mereka, mengeluarkan mereka dari Almari Coklat, semua pun memejamkan matanya dan menahan nafas, agar tak terdeteksi oleh pemilik. Pemilik mereka keluar sebentar, ketika namanya dipanggil sebanyak tiga kali. Semua bergembira, ada yang asik berjalan-jalan mengelilingi kamar, tapi tidak dengan Jaket Kulit. Jaket Kulit masih setia berbaring disamping Baju Biru, Jaket Kulit memiliki ide nakal kepada Baju Biru. Pelan-pelan, Jaket Kulit meletakkan salah satu lengannya ke arah wajah Baju Biru, dan mengangkatnya tinggi-tinggi lalu membanting tangannya tepat diatas wajah Baju Biru. Baju Biru berteriak kaget bukan kepalang  dengan kelakuan Jaket Kulit, semua benda menatap mereka berdua harap cemas. Siapapun tahu, bahwa Baju Biru adalah Baju yang sangat sensitif perasaannya.

"Apaan sih Jak? Kena muka tahu ga." Baju Biru kesal sendiri.

"Maaf, habis, kerjaan kamu tidur terus. Ga baik ah buat kesehatan." Jaket Kulit berkata pelan, tak berani menatap Baju Biru.

"Gua itu cape lo Jak! Hampir hari-hari gua itu dipake! Butuh istirahat!" Baju Biru membentak Jaket Kulit kencang.

"Lah gua dipake setiap hari Jak, lo ga boleh gitu. Lo harus ikhlas kalo ngelakuin apapun. Apalagi pemilik kita pasti seneng sama kita." Jaket Kulit akhirnya menatap kedua bola mata Baju Biru.

"Lo yakin seratus persen?" Suara Baju Biru mendadak sinis. "Kan ada saatnya dia ga pake lo."

"Ga dipake bukan berarti ga sayang." Itu suara Jas Hitam, menggema dari balik plastik bening. "Cuman bukan waktunya aja."

Baju Biru tertawa sumbang, "Bukan itu maksud gua, maksudnya dia pernah bilang kalo dia terpaksa pake lo, Jak. Dan dia ga sayang sama lo." Baju Biru melihat Jaket Kulit membuka mulutnya, "Waktu itu dia lagi ngomong sama tetangga sebelah, dia bilang dia ga suka pake lo, Jak. Karena, lo itu udah ada bagian yang sobek di punggung."

Jaket Kulit meraba punggungnya, mendapatkan lubang agak besar di punggung. Baju Biru benar, dia sudah tak sesuai lagi dengan fungsinya, dia sudah cacat. Pasti pemiliknya tak menyukainya sama sekali, karena percuma saja menggunakan jaket jika jaketnya bolonh. Baju Biru tertawa dalam hati, tentu saja ia mengarang seluruh cerita itu, Baju Biru terlalu iri dengan Jaket Kulit. Karena sebenarnya, pemilik mereka membanggakan Jaket Kulit dengan sangat dan berjanji akan membenarkan Jaket Kulit dengan menambahkan gambar Harimau. Baju Biru juga berkata bahwa pemilik akan membuang Jaket Kulit, dan menggantinya dengan Jaket yang lebih baru dan bagus. Semua yang disana terkejut dengan perkataan Baju Biru, Jam Tangan sampai berhenti berdetak selama enam detik, Meja sampai berbalik dua kali, Tempat Tidur melempar Bantal dan Guling. Baju Biru juga menyarankan bahwa, lebih baik Jaket Kulit menghilang dahulu dibanding dibuang. Selang agak lama, pemilk masuk ke dalam, setelah saat Jaket Kulit melakukan bunuh diri, dengan menyuruh gunting memotong lengannya. Pemilik mereka berteriak kaget, mencoba menduga siapa yang menggunting Jaket kesayangannya. Pemilikpun tak dapat melakukan hal lain, selain membungkus Jaket Kulit itu dan membuang ke tempat sampah, sembari mengambil Baju Biru.

***

Dan, disinilah Baju Biru sekarang, didalam Cafe bersama pemilik dan teman pemilik itu. Mereka bercengkrama dengan asik, rasa tidak nyaman dirasakan oleh Baju Biru. Biasanya, ia dengan Jaket Kulit mengobrol sambil berbisik satu sama lain, sekarang, Sweater Merah yang tidak ia kenal menempel diatasnya. Sweater Merah adalah sweater yang pendiam, hanya membaca tanpa menghiraukan Baju Biru yang memandanginya aneh. Dengan berani, berbekal Kertas dan Pena, mereka bertiga bekerja sama untuk menuliskan permintaan maaf Jaket Biru kepada pemilik. Pena menuliskan beberapa kata maaf yang Baju Biru diktekan, setelah selesai, Kertas melipat diri dan melompat ke dalam saku Baju Biru. Baju Biru mencubit bagian tubuh pemilik, satu kali; dihiraukan, dua kali; mulai bergeliat, tiga kali; pemilik mulai melepas Sweater Merah. Ia juga meraba-raba tubuh Baju Biru karena geli, sadar ada yang bebeda di kantung, pemilik mengeluarkannya.

Dear My Lovely Owner,
maaf. Gara-gara aku, Jaket Kulit bunuh diri.
Itu murni kesalahanku, karena aku menghasutnya.
Kudengar ada penjahit Jaket di dekat kantormu.
Mungkin kau bisa bertanya kepada lawan bicaramu

ttd
Baju Biru

Pemilik tersenyum kecil sambil kembali mengantonginya, entah apa yang dipikirkan pemilik. Tapi, ketika pemilik menanyakan tempat menjahit jaket, Baju Biru yakin pemilik sudah memaafkannya dan mempercayainya. Baju Biru tak sabar ingin minta maaf dan menceritakan semuanya kepada penghuni kamar.

G DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang