___________________________
"Dulu aku sempat berpikir bahwa kau dan aku layaknya garis berpotongan yang suatu saat akan bertemu. Namun, semua itu salah. Kau dan aku layaknya garis sejajar yang tidak akan pernah bertemu."
____________________🐚
Kalian pernah berpikir, kalau sebenarnya roda kehidupan itu tidak pernah berputar? Atau kebahagiaan itu letaknya hanya di atas saja, sehingga orang rendahan tidak mungkin bisa meraihnya?
Walaupun dalam sejarah, pembagian kasta hanya terdapat di masa Hindu-Buddha, tetapi itu masih berlaku sampai sekarang. Dari pembagian kasta tertinggi yaitu orang kaya, berkecukupan, dan yang paling terendah adalah orang miskin.
Namun, aku mengatakan ini bukan berarti aku marah karena Sang Pencipta sudah meletakkan aku di kasta terendah. Tidak sama sekali. Aku hanya ingin kalian tahu, bahwa aku adalah perempuan kuat. Aku yakin kalau suatu saat aku bisa merangkak ke kasta yang lebih tinggi.
Dan satu lagi yang perlu kalian tahu, aku hanyalah anak sebatang kara. Orang tua lebih dulu dipanggil oleh Tuhan, dan menyisakan aku sendiri. Oleh sebab itu, aku menggantungkan hidup dengan usaha sendiri. Walaupun waktu sebagai perempuan remaja harus tersita banyak.
Seperti saat ini, dinginnya embun berhasil menggesekkan kulit hingga menembus tulang. Kakiku mulai berjalan dengan gontai, seperti ada jangkar yang mengikatnya. Sangat berat. Namun, aku harus pulang. Tadi malam aku meninggal Sehun sendirian, tanpa memberitahunya kalau bakal pulang sepagi ini.
Sebelum membuka pintu, aku mengecek penampilan di sebuah cermin yang berada tepat di samping pintu.
Mata panda.
Ketika kebanyak gadis menghias matanya degan olesan eyeliner, eyeshadow, dan sejenisnya, aku malah memberikan lingkaran hitam ini di mataku.
"Kau sedang apa?"
Sebuah suara terdengar jelas di sebelahku. Aku tahu itu Sehun. Dengan cepat aku menutupi mata dengan rambut. Sehun tidak boleh melihatku dengan penampilan seperti ini. Dari sela-sela rambut, dapat dilihat kalau Sehun sudah terlihat rapi dengan seragam sekolah.
"Kau mau berangkat sekolah?" Bodoh! Pertanyaan basa-basi yang tidak memakai logika.
Sehun hanya terfokus pada sepatunya, sebelum pergi meninggalkanku. Apakah sepatu itu terlihat lebih cantik, sehingga Sehun mengabaikanku?
Tiba-tiba aku teringat dengan sesuatu, dan langsung mengejar Sehun.
"Sehun!" Untungnya Sehun berjalan belum terlalu jauh. Dia pun berbalik dan menoleh ke arahku.
Aku mengeluarkan sebuah amplop dari saku celana. "Ini untukmu. Di dalamnya ada uang. Kau bisa memakainya untuk membeli kebutuhanmu."
Sehun mengambil barang itu. "Apakah malaikat maut itu yang memberikannya?"
Tidak, itu keinginanku sendiri. Ingin rasanya aku berkata demikian, tetapi mungkinkah Sehun akan menerimanya?
"Iya, Jeon yang memberikannya." Tidak lupa aku tersenyum merekah.
Tanpa berlama-lama, aku pun kembali masuk ke rumah untuk bersiap-siap. Namun, suara Sehun berhasil menghentikan langkahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
LULLABY
FanficAmazing cover by @minauriga 🚫 WARNING: 17+ Apa untungnya kau memutar waktu, kalau hanya untuk mengubah masa depanku, dan ... Kau. [10 Desember 2019]