Langit diatas kepala-ku semakin cepat berubah warna menjadi kelabu, padahal baru beberapa saat yang lalu awan kelabu masih terlihat dibarat. Udara sekitar masih berputar secara perlahan mengirimkan butir-butir debu dan beberapa daun kering yang terbang kesegala arah. Aku harap hari ini tidak turun hujan! Batinku yang menolak perubahan cuaca pada hari ini. Aku masuk ke dalam rumah dan aku tutup pintu dengan hati-hati namun, tiba-tiba saja petir itu datang seperti ingin mengutukku dengan warnanya yang putih dan suaranya mengamuk membuat seisi rumah terlihat hitam, jegger...
Ahhhh ..........
Jeritku, melihat sebuah bayangan tinggi besar terlihat didepan ruang tamu namun menghilang bersamaan dengan petir itu. Tubuh kecilku gemetar,tanganku mengeluarkan keringat dan nafasku tak beraturan. "Ku harap itu bukan apapa" batin ku mencoba tenang.
*****
Minggu siang inj terasa begitu menyejukkan bagiku, mendung tetapi tidak hujan. Cuaca yang sangat mendukung untuk bermalas-malasan diatas tempat tidur saja dengan wifi yang telah di sediakan ortu aku. Aku memilih mendekam didalem kamar sambil menikmati musik yang ada dhp-ku. Tiba tiba saja mamah membuka pintu kamar membuat aku terkejut dan mamah bilang padaku, bahwa ada telepon untukku dari luna, sahabatku. Aku pun bangkit dari tempat tidur dan mengambil telepon itu dari tangan mamah.
"Hallo,luna" sapa ku untuk orang yg ada disebrang telepon sana.
Suara luna di sebarang sana terdengar begitu bersemangat siang ini, membuat aku tertawa geli sekaligus penasaran karena dengan tumbennya ia menyuruhku untuk datang kerumahnya. Katanya ingin membicarakan sesuatu yang sangat penting sampai tidak bisa dibicarakan melalui telepon. Aku bilang pada luna malam nanti ku temui dia dirumahnya karena untuk siang ini aku tak mau diganggu, aku ingin menikmati minggu siang ini didalem bioskop mimpiku.* * *
Malam senin pukul 19.30, ku bergegas mendatangi luna sesuai dengan janjiku. Namun langkahku terhenti, melihat rumah bercat putih yg tengah berada didepan ku nampak sepi seperti tidak ada manusia. "Kemna luna, apa dia pergi makan malam bersama keluarganya? Batinku bertanya.
Ku putuskan untuk menunggu, sebelum luna datang aku melihat ayunan yang bergerak sendiri. Ku pikir karena angin, tapi tak ada salahnya jika ku hampiri.