Nope

18 3 4
                                    

(respon dong. sider : calon penghuni neraka)

.

.

.

Ia membuka loker perlahan. Niatnya ingin mengambil buku sejarah Korea untuk mata pelajaran selanjutnya. Tapi tertahan ketika matanya justru menangkap benda yang terlihat asing di atas buku-bukunya. Sepucuk surat. Bukan miliknya. Siapa yang menaruh ini?

Membuka surat itu, ia memutuskan untuk membaca isinya karena penasaran.

'Kau salah satu yang terpilih. Kau harus datang ke tengah hutan xxx malam ini, sebelum jam 7 tepat. Dan jangan membawa ponsel serta penerangan apapun, jangan coba-coba membangkang ─X'

Tanpa dirinya tahu, ada tiga orang lain yang mendapatkan hal serupa.

.

.

.

Min Yoongi melangkah secepat yang ia bisa. Sesekali melihat ke arah arloji hitam metalik yang melingkari pergelangan tangan kirinya. "Sial waktunya hampir sampai." Ia merutuk pelan. Pemuda itu menerjang semak-semak tinggi yang menghalang jalannya, lalu lanjut berlari menerobos hutan, tanpa penerangan apapun dan hanya mengikuti insting.

06.54 PM. Yoongi tiba enam menit sebelum waktu yang ditentukan. Sebuah bangunan yang tua dan terbengkalai di tengah hutan. Jemari Yoongi bertumpu pada kedua lutut. Napasnya memburu hebat. Sweatshirt yang ia kenakan tidak lagi rapi. Berlari nyaris 2 kilometer jauhnya bukan hal yang terdengar bagus, yeah.

Di depannya, telah berdiri tiga pemuda lain, dengan proporsi tubuh yang lebih besar darinya. Wajah mereka memperlihatkan keangkuhan setinggi langit.

"Hei Taewoo, lihat siapa yang baru saja datang haha." Salah satu di antara mereka angkat bicara, nadanya kentara mencemooh.

"Wow! Albino, kau dapat undangan ini juga? Astaga aku tak menyangka, Myunjoon! Jaesung ayo katakan sesuatu!" yang dipanggil Taewoo ikut berujar, pura-pura takjub.

Sementara satu orang sisanya, Jaesung, hanya menatap kedua orang yang bicara tadi cuek. Berjalan pelan hingga tepat di depan Yoongi yang telah berdiri sempurna, dan seenak hatinya menjambak rambut hitam Yoongi.

"Apa gunanya kau berdua bicara dengan anak cupu sok dingin sepertinya? Cih buang tenaga." Kemudian melepaskan jambakannya beringas, Yoongi sontak terhuyung ke belakang. Kepalanya seketika pening karena─ serius, jambakannya tidak main-main.

Dan mungkin ada hal yang harus kalian ketahui, tiga pemuda itu, mereka adalah pembully, dan Yoongi adalah salah satu sasaran empuknya. Karena Min Yoongi hanyalah seorang murid paling pendiam dan kuper. Pindahan dari Daegu. Kulit yang terlalu putih sering membuatnya dipanggil albino. Kerjaannya di kelas adalah membaca buku-buku ilmiah yang dilihat dari covernya saja sudah nampak begitu lusuh. Sering mendekam di perpustakaan. Tidak pernah ke kantin dan hanya minum sebotol air yang dibawa dari rumah hingga pulang sekolah. Selalu berangkat dan pulang sekolah dengan berjalan kaki. Dia tampan, tapi karena perangainya yang bahkan jarang sekali memperlihatkan senyuman, menjadikan tak satupun orang berani untuk sekedar mencoba akrab. Dirinya justru dibully oleh orang-orang yang merasa paling berkuasa atas sekolah, Yoongi hanya diam tanpa ekspresi saat kerap kali dipermainkan.

"Sebenarnya untuk apa kita disuruh kemari?" Taewoo bertanya pada Jaesung. Yang ditanya tidak memberikan reaksi apapun, justru Myunjoon yang menggeleng, merespon ucapan Taewoo.

Hening mencekam sebelum suara Jaesung terdengar, "Lebih baik masuk saja, mungkin kita akan tahu nanti. Taewoo, Myunjoon, ayo bantu aku membuka pintu besi ini."

G A M EWhere stories live. Discover now