"Tidak hanya butuh skill hebat untuk bermain basket tapi juga berfikir untuk setiap kesempatan dan kemauan yang kuat. Dengan begitu akan memperkuat kemampuan!!!Kemampuan itu bukan dari diam tetapi berlatih"
Sorakan penonton membahana ketika Aira beserta puluhan siswa yang ikut dalam seleksi, masuk ke lapangan dengan langkah mantap. Pertama, mereka akan di uji mengenai teknik dasar Basket yang meliputi: Passing (Mengoper), Catching (menangkap), Dribbling, Shooting, Pivot, Jump stop, jump ball, dan Gaya permainan yang dimiliki masing-masing peserta Aira mendapatkan giliran pertama.
Dari arah tribun penonton, Wina, Adit, Naya, juga Arga kelihatan tegang. Meskipun mereka sepenuhnya yakin, Aira bisa berhasil melalui test ujian ini.
Naya yang kini sedang duduk di apit oleh Arga dan Wina, mengedarkan pandangannya ke sudut-sudut tribun, tapi seseorang yang dicarinya belum kelihatan.
"Hmmm, tumben Abel nggak ada, biasanya itu anak selalu nempel Aira terus, kayak benalu." guman Naya dalam hati.
Hup! Aira mulai melakukan shoot, tangannya yang panjang menerjangkan bola tepat di papan ring.
Bluk...duk...duk..duk...! Bola berputar, sayang sekali bola itu jatuh dan gagal masuk.
"Ayo Raa...semangat!" teriak teman-temannya penuh dukungan di bangku tribun.
Bulir-bulir keringat Aira mulai muncul di dahi dan lehernya. Matanya yang cokelat menyipit, dia menatap serius ke arah ring, memperhitungkan posisi bola untuk di shoot kembali.
Satu...Dua...Tiga!
Aira dengan semangat melompat, tubuhnya yang seperti tiang, tinggi menjulang terbang, Bola ikut melayang. Rasanya mata penonton tak ingin berkedip, meninggalkan detik-detik bola yang akan masuk ke dalam ring.
Bluk....!
Bola berhasil masuk."Yes...!" Aira langsung tersenyum penuh syukur, disambut oleh senyum, tawa dan tepuk tangan dari sahabat dan para pendukungnya.
"Ayo Airaaaa, semangatttt..!" teriakan itu bergema di sudut lapangan, Abel muncul di tribun bawah dekat papan score.
"Hei...ayo teriaklah menyanyilah, beri Aira semangat!Karena penonton berteriak itu sebenarnya adalah kekuatan untuk Aira yang tak terlihat. Ayo..!" komando Abel berlagak mengetuai mereka berempat, Naya merasa tidak suka dengan sikap Abel yang sok mengatur. Tapi Adit yang tau sekali tentang basket, sependapat dengan Abel.
"Iya, ayo kita berteriak untuk Aira!" sahut Adit sambil bertepuk tangan. Arga, Wina, dan Nayapun spontan mengikuti ajakan Abel.
Hingga hampir tiga jam berlalu, acara seleksi dan test selesai. Aira merasa cukup puas dengan apa yang dilakukannya. Dia sudah sangat berusaha, semangatnya juga sudah sekeras baja.
"Selamat ya Ra!!!" banyak orang-orang mengkerubungi Aira sambil mengulurkan tangan, dilihat dari permainan Aira tadi jelas membuktikan kalau Aira jauh lebih baik dibandingkan para peserta lain.
Naya menunduk, mengucapkan syukur atas keberhasilan Aira. Dari kejauhan, ia berdiri menatap Adit, Wina, Arga, juga Abel yang sedang berlari mendekati, menyalami, dan merangkuli Aira.
"Aira yang super hebat, Aira yang super indah...dan Aira yang tidak mungkin aku miliki...!" Naya terus menatap Aira dengan tatapan putus asa.
Ya Tuhan! Entah sampai kapan aku bakal selemah ini, menginginkan sesosok orang tetapi hanya di dunia khayal dan mimpi. Kenyataaan? Aira tidak lebih dari seorang sahabat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Setinggi Bintang
Fiksi RemajaMereka adalah lima sahabat yang makin akrab sejak bergabung di OSIS SMA Merdeka. Aira, Arga, Adit, Naya dan Wina. Sgala berjalan dengan indah menjalin persahabatan dengan baik. Namun ketika cinta berkuasa, merubah semua. Diam diam mencintai seseora...