2

46 4 2
                                    

Weekend kali ini Rawline mengajak Ila jalan-jalan ke taman bermain dan mengundang band kecil punya teman Ila memang berlebihan, tapi apapun akan Rawline lakukan agar putri satu-satunya selalu tersenyum.

Flashback on

Di dalam mobil Ila hanya diam bahkan hingga sampai ke rumahnya. Yoonki terus bertanya tapi hanya di balas gumanan saja. Bahkan saat bertemu keluarganya pun dia tidak berkata apa-apa. Sontak Yoonki yang jadi sasaran pertanyaan-pertanyaan keluarga itu, tapi Yoonki pun sama. Hingga 3 hari berturut-turut Ila hanya diam saja, anak pecicilan dan urakan yang tiba-tiba diam membuat orang-orang yang mengenalnya heran. Hingga Rawline mengajak Ila ke taman bermain hanya untuk weekend.

Flashback off.

"Mommy, kita makan yuk Ila lapar", kalimat pertama yang Rawline dengar setelah beberapa hari tidak mendengar suara Ila, membuat Rawline bahagia. Usahanya membawa ke taman bermain tidak sia-sia.

" Tentu, kamu mau makan apa hm?" Tanya Rawline

"Ila mau makan gado-gado yang ujung sana mom", ujar Ila yang menunjukkan tukang gado-gado.

"Ya sudah yuk kita kesana."

Ila dan Rawline makan tak lama setelah gado-gadonya datang. Tanpa di sadari dari pojok ruangan warung makan itu, seseorang tengah memperhatikan interaksi ibu dan anak yang tengah bergurau itu dengan tatapan terkejut. Ia yakin jika wanita yang sudah berusian kepala tiga itu adalah seseorang yang pernah mengisi hatinya. Tak lama Ila dan mommy nya selesai makan. Setelah membayar makanannya Ila dan mommy nya pergi kembali ke taman.

"Rawline." Panggil seseorang dari belakang mereka dan tentu saja mommy nya Ila terkejut karena ia sangat mengenali suara ini. Rawline memutar tubuhnya perlahan dan kini wajahnya pucat pasi. Ila yang juga ikut menengok terkejut melihat siapa yang memanggil mommynya.

"Bukannya anda itu yang menabrak saya waktu di toko bukan?" Tanya Ila kepada orang itu.

"Kalian pernah bertemu?" Tanya Rawline semakin terkejut.

"Ya pernah sekali waktu aku pergi ke toko buku dengan Yoonki" jawab Ila. "Tapi, om siapa? Kenapa Om mengenal mommy?". Tanya Ila yang masih heran melihat orang tersebut.

"Rawline, apakah dia ------

Rawline kemudian menangis dan terjatuh ke tanah. Ila yang melihat ini bingung dan hanya bengong.

"Iya, dia anak mu Jema " ucap Rawline yang seolah tau apa yang ingin di ucapkan Jema. Ya orang itu adalah Jema, ayah biologis nya Ila yang selama ini tidak Ila ketahui. Sontak membuat Ila terkejut bukan main mendengar kenyataan yang bagaikan petir di siang bolong. Ayahnya yang ia kira sudah meninggal, kini berada di hadapannya. Kini ia mengerti perasaan yang ada di toko buku itu adalah perasaan batin. Ikatan batin antara seorang anak dan ayahnya.

-----------------------------------------------------------

Kini Rawline, Jema dan Ila sedang duduk bersama di bangku taman. Rawline sudah menceritakan semuanya tentang apa yang sebenarnya telah terjadi setelah kejadian malam itu.

Flashback on

Malam yang indah bagi Rawline dan teman-temannya. Karena malam ini adalah malam setelah mereka di wisuda. Party yang di adakan oleh salah satu teman Rawline, Hansel adalah anak orang kaya yang mempunyai villa indah ini. Ya, sekarang mereka sedang party di sebuah villa di daerah puncak milik orang tua Hansel. Namun bukan party seperti kebanyakan yang dilakukan anak-anak muda. Party yang mereka lakukan hanya barbeque dan api unggun di tengah-tengah mereka. Ya walaupun alkohol tetap ada di antara mereka. Malam pun semakin larut dan dingin mulai menyapa mereka. Walaupun ada api unggun di depan mereka tidak lantas membuat mereka hangat. Minum beralkohol menjadi solusi dan saling berdempetan membuat mereka hangat. Dengan perut kenyang dan mulai setengah mabuk, Rawline merasa kandung kemihnya penuh. Ia pamit ke toilet kepada teman-temannya dan sekalian ingin tidur. Namun naas menimpa Rawline. Saat Rawline menuju kamarnya, ia bertemu dengan Jema. Entah setan apa dan siapa yang memulai, Rawline kini telah berada dalam kungkungan tangan Jema dengan bibir mereka yang saling terpagut. Jema yang seakan di berikan lampu hijau oleh Rawline, memangku Rawline membawanya ke dalam kamar di samping mereka. Hingga sesuatu yang tidak di inginkan pun terjadi dengan panasnya di dalam kamar itu.

  Pagi sudah menampakkan dirinya. Jema terbangun dengan kepala pusing. Tiba-tiba dia teringat apa yang telah terjadi semalam dan dia melihat noda merah di sprei namun dia tak melihat ada wanita di atasnya. Jema terkejut sekaligus kebingungan itu langsung berpakaian dan keluar menemui yang lain dan mencari Rawline. Namun saat di ruang makan, semuanya memang berkumpul tapi tidak dengan Rawline, Rawline tidak ada di sana.

"Agnes, kemana Rawline? Kenapa dia gak ikut sarapan?" Tanya Jema kepada Agnes teman sekamar Rawline.

"Dia sudah pulang subuh tadi. Entah apa yang terjadi kepadanya, dia tidak mengatakan apapun dan hanya menangis saat membereskan barang-barangnya. Bahkan saat aku tanya pun dia hanya menangis" jawab Agnes bersedih.

-----------------------------------------------------------

  3 bulan pun berlalu. Rawline mengetahui kalau dirinya hamil sangat sedih sekaligus bahagia. Dia sedih karena anaknya tidak akan mengetahui siapa ayahnya saat lahir nanti dan bahagia karena anak yang di kandungnya adalah anak dari orang yang selama ini ia cintai dalam diam. Ayah dan ibu Rawline sangat terpukul saat mengetahui anaknya hamil di luar nikah. Namun hal itu tak lantas membuat mereka membenci Rawline. Mereka menganggap ini hanya kecelakaan yang menimpa anaknya. Mereka menutup telinga dari ocehan orang-orang sekitar. Kesehatan fisik dan psikologis Rawline dan anaknya lebih penting , itulah yang di pikirkan orang tua Rawline.

    Hari-hari yang dijalani Rawline sangat berat. Hamil tanpa seorang suami di sampingnya sangat sulit ia jalani. Namun dengan kasih sayang dan perhatian orang tuanya hingga ia melahirkan, Rawline dan bayinya baik-baik saja. Bayi itu telah lahir. Seorang bayi perempuan mungil yang cantik. Ayah Rawline memberi nya nama Lee Zaisla Morrigan. Nama yang indah seperti orangnya.

    Tahun terus berganti. Rawline membesarkan anaknya sendiri di bantu oleh kedua orangtuanya. Meskipun Ila,- panggilan mereka kepada Zaisla - tumbuh tanpa seorang ayah tapi Ila tumbuh dengan penuh kasih sayang dari keluarganya.

Flashback off.

"Jadi dia anakku?" Ntah bertanya kepada siapa, namun Jema langsung memeluk Ila yang kini ada di sampingnya. " Maafkan daddy nak, bukan daddy tidak mencari ibumu, tapi daddy tidak mendapatkan info apapun tentang ibumu. Bahkan daddy tidak tau di mana rumah mommy mu." Ila hanya diam mendengarkan semuanya. Entah harus bagaimana dia mengekspresikan dirinya. Ia hanya berharap ini bukan mimpi.

My FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang