"Mel."
"Melati sayang."
Sebenarnya itu bukan gaya Vino. Dia tidak bisa merayu atau menggombal seperti laki-laki pada umumnya. Tapi kali ini dia harus mendapatkan maaf dari Melati. Istrinya tercinta itu sedang ngambek.
"Apa sih Vin. Aku lagi masak nih. Kalau ribut terus gak aku masakin rendangnya."
Vino kini mengangkat kedua tangannya dan melangkah mundur. Hari ini dia libur. Semalam setelah mendengar berita bahagia itu, dia tidak bisa tidur. Terlalu bahagia.
Dia masih terjaga sampai dini hari tadi. Dan saat istrinya terbangun,dia langsung tidak merasa mengantuk lagi. Pokoknya dia ingin memeluk istrinya itu terus.
"Galak sih."
Vino menggerutu tapi kemudian menyeringai saat Melati menoleh ke arahnya dan memberengut. Wanita itu tampak sangat cantik pagi ini. Meski masih mengenakan baby dol warna pink dan rambut di kuncir acak-acakan. Melati terlihat lebih segar.
Memang benar apa yang dikatakan Igo. Melati lebih berisi. Kali ini Vino bisa melihat perbedaan istrinya itu. Lebih berisi di bagian tertentu. Dia tersenyum sendiri kalau dialah yang membuat Melati seperti itu.
"Udah sana daripada ngerecokin aku. Telepon Igo. Minta maaf sama dia."
Tuh kan. Vino merasa sebal kalau harus di suruh minta maaf. Itulah akar permasalahan yang membuat Melati mendiamkannya sepagi ini.
Vino kini duduk di kursi tinggi di depan meja dapur. Memainkan tomat yang ada di depannya dengan cara melemparkan dari tangan kanan ke tangan kiri.
"Orang aku gak salah kok."
Dan kali ini Melati berbalik dan memunggungi kompor. Menatapnya tajam.
"Aku malu Vin. Kamu kemarin menuduhku berselingkuh sama Igo. Orang dia malah yang nolongin aku. Bilang harus jagain aku buat kamu."
Vino menatap lekat istrinya itu dan tersenyum lagi.
"Eh kamu makin cantik kalau marah-marah gitu. Aku suka.
"
Kali ini Vino langsung mendapatkan pelototan dari Melati."Gak usah gombal
Udah sana minta maaf lalu kita sarapan. Hari ini aku gak enak badan, jadi mau ijin ke sekolah gak masuk."Vino langsung menatap Melati dengan khawatir. Turun dari kursi dengan cepat. Lalu berderap menuju tempat Melati berdiri.
"Eh mau ngapain?"
Melati sudah melangkah mundur.
"Lah katanya sakit. Mau gendong kamu ke kamar."
Dan jawabannya itu mendapatkan bentakan dari Melati.
"Eh enggak. Udah sana telepon Igo. Habis itu bantuin bersihin kamar mandi. Aku tadi mau terpeleset dan..."
"Astaga. Bener aku belum bersihin kamar mandi. Udah sayang kamu tunggu aja. Aku mau bersihin ya."
Vino langsung berbalik meninggalkan Melati di dalam dapur. Kamar mandinya licin dan itu satu hal yang harus dicegah. Dia tidak mau terjadi apa-apa dengan Melati.
*****
"Udah?"
Vino langsung tersenyum. Dia baru saja selesai menyikat kamar mandinya. Dan sekalian mandi. Lalu menghampiri Melati yang sudah duduk manis di depan meja makan. Lengkap dengan menu kesukaannya. Rendang.
"Udah dong sayang. Yuk kita makan."
Tapi Melati menggelengkan kepalanya lagi. Lalu mengulurkan ponsel kepadanya.
"Telepon Igo dulu."
Vino yang sudah mau duduk di kursi yang baru saja di tariknya kini menatap Melati.
"Ntar ya. Lapar."
Tapi Melati sudah menggelengkan kepalanya.
"Enggak. Minta maaf sama Igo dulu."Dan Vino akhirnya menyerah. Dia mengambil ponsel dari tangan Melati lalu mencari nama Igo di ponsel istrinya itu.
Dia duduk dengan menempelkan ponsel di telinganya.
Lalu mengamati Melati yang masih belum tersenyum dan bertopang dagu menatapnya."Halo mbak Mel. Ada apa? Udah kangen sama aku ya?"
Vino langsung memberengut mendengar sapaan Igo di ujung sana. Dia sudah akan mengucapkan maaf tapi akhirnya di urungkannya.
"Ini Vino. Go, mulai sekarang jangan ganggu Melati lagi. Hari ini juga dia tidak akan mengontrak rumahmu lagi."
Sebelum Igo menjawab Vino sudah mematikan ponselnya. Membuat Melati langsung menatapnya dengan marah.
"Vin. Apa-apaan sih? Kok malah bilang gitu sama Igo."
Vino kini meletakkan ponsel itu ke atas meja. Dan bersedekap dan menatap Melati.
"Aku tidak suka bocah tengil itu. Mau dia menjagamu, mau dia masih cinta sama kamu, atau dia tulus denganmu. Aku tidak peduli. Aku tidak suka dia akrab sama kamu."
Itu pernyataan. Dan rupanya istrinya itu tidak mau mengerti perasaannya. Lalu segera mengambil ponsel dan menghubungi Igo. Pastinya.
"Owh Go. Halo. Maafin Vino ya. Dia tidak bermaksud begitu. Dia mau minta maaf nih."
Vino langsung melotot kepada Melati saat istrinya itu menempelkan ponsel di telinganya.
"Mas Vin."
"Hem."
Tapi Vino mendapatkan cubitan di perutnya yang membuat Vino akhirnya bersuara lagi.
"Go. Maaf."
"Owh itu to mas. Ndak apa-apa. Aku.."
Tapi Vino sudah merebut ponsel yang di pegang Melati dan mematikan ponselnya.
"Udah. Puas?"
Vino menatap Melati yang kini mengangguk
Lalu istrinya itu tersenyum
Kesal sebenarnya dia. Kenapa harus meminta maaf kepada Igo."Nah gitu. Mas Vino baik deh
Sekarang mau makan rendangnya? Aku masakin spesial buat kamu."Dan bagaimana dia bisa terus marah kalau Melati manis seperti itu. Vino langsung beranjak dari duduknya dan kini membungkuk di depan kursi Melati. Lalu mencolek hidung istrinya.
"Kamu sedang merayuku hem?"
Melati tersenyum lagi. Tapi kemudian menutup hidungnya.
"Vin. Kamu kok bau parfum. Aku mual Vin. Jangan dekat-dekat sama aku ya?"
Astaga. Vino kini mencium tubuhnya. Bukankah ini parfum yang biasa dipakainya? Apa lagi ini?
Bersambung
Duh hp low bet nih tinggal 10% udah sampai sini dulu ya udah aku kasih yang manis2 tuh.
Kurang manis ya tambahin gula hoho biar di kerubutin semut.Votement ya
KAMU SEDANG MEMBACA
seputih Melati
RomansaMelati. Dia menepi ketika seluruh dunia sepertinya hancur di depannya. Kematian kakak kandungnya yang sangat di sayanginya sangat memukulnya. karena semua itu terjadi karena dirinya. Mengasingkan diri dari keluarganya adalah satu-satunya jalan yang...