✅ JKJI - 5

9.9K 809 54
                                    

Masukkan ke reading list kalian.
Vote sebelum baca dan tinggalkan komentar setelah membaca.

Keberhasilan cerita ini ada di tangan kalian 😊

***

"Kamu akan menikah denganku." Digo mengatakannya di iringi dengan seringaian di wajahnya.

Sisi kembali menelan salivanya. Takut dan kecewa campur aduk jadi satu. Sisi takut akan sosok di depannya. Ia juga kecewa atas sikap Niki. Bagaimana mungkin Niki mengumpankan dirinya untuk menebus semua hutang kepada orang lain?

Kedua mata Sisi sudah berkaca-kaca dan akhirnya menetes juga buliran bening itu. "Tidak mungkin," lirih Sisi dengan kepala menunduk.

"Tanyakan pada suamimu. Segera selesaikan masalah kalian dan besok jam 6 pagi kau sudah harus ada di rumah ini." Digo menarik kedua tangannya dan melangkah kembali menghampiri kursi kebesarannya.

Sisi menyeka airmatanya dengan kasar. Ia melangkah mendekat ke meja Digo. "Sampai kapanpun aku tidak akan meninggalkan Niki dan memilih dirimu." ucap Sisi tegas. Ia lalu membalikkan badannya dan melangkah menuju pintu.

Saat tangannya hendak meraih knop pintu, suara Digo kembali menginterupsi. Membuat pergerakan tangan Sisi terhenti.

"Kalau itu memang maumu. Aku hanya bisa melihat suamimu mati perlahan. Karena nyawanya bergantung padaku. Hanya uangku yang bisa menyelamatkannya." Digo tersenyum miring. Matanya menatap lurus ke punggung Sisi.

Sisi perlahan membalikkan badannya. Wajahnya di penuhi dengan air mata. "Aku pikir Anda seorang yang berhati Malaikat tapi aku salah. Anda seorang Iblis yang berwajah manusia."

Rahang Digo seketika mengeras. Ia dengan gerakan tiba-tiba bangkit dari tempat duduknya dan berjalan cepat menghampiri Sisi. Sisi panik. Ia menolehkan kepalanya ke kanan dan kekiri. Mencari tempat yang menurutnya aman.

Belum sempat Sisi menghindar tapi tubuhnya sudah terdorong ke belakang dan punggungnya membentur pintu. Sisi meringis, ngilu. Kedua tangan Digo mencengkram erat pundak Sisi dan menekan tubuh mungilnya.

"Kamu bilang aku Iblis?" tanya Digo pelan. Sisi tak menjawab tapi airmatanya terus mengalir. "Seperti inikah manusia? Di saat mereka membutuhkan bantuan, mereka akan mengemis layaknya orang yang paling menderita di muka bumi ini. Lalu setelah mendapatkan apa yang mereka inginkan, mereka melupakan orang yang telah menolongnya?"

Tangan kanan Digo beralih mencekram rahang Sisi dan mendekatkan wajahnya. "A-apa yang akan kau lakukan? Lepaskan!" hardik Sisi.

Digo menampilkan senyum miringnya. "Inikah wanita yang baru saja menghinaku? Lihat. Kau bahkan tak bisa melepaskan diri dari cengkramanku." desis Digo tajam. "Pergilah. Sebelum aku memakanmu sekarang juga!"

Digo melepaskan cengkraman tangannya dengan kasar. Ia kembali melangkah menjauhi Sisi dan duduk di kursinya. Sisi benar-benar takut untuk saat ini.

Memakanku? Apa dia bukan manusia? Apa dia manusia jadi-jadian? Pikir Sisi.

"Apa lagi yang kau tunggu?"

Sisi sedikit terlonjak mendengar suara Digo. Tubuhnya bergetar hebat. Sisi membalikkan tubuhnya dan di saat itu pula pintu tiba-tiba terbuka lebar. Tak menunggu waktu lagi, Sisi berlari kencang meninggalkan Istana yang sempat Ia kagumi.

***

Tagihan biaya Rumah Sakit semakin membengkak karena Niki memang harus segera di tangani. Lani sampai menggadaikan sertifikat tanahnya ke salah satu Bank agar bisa membiayai pengobatan Niki.

"Makasih, Ma. Sisi gak tau lagi harus cari uang kemana. Penjualan dari Olshop juga gak bisa membantu." ucap Sisi lirih. Lani membelai rambut Sisi dengan penuh kasih sayang.

JIKA KAU JADI ISTRIKU [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang