39. Ngambek yang berkah!

2.1K 140 23
                                    

Sesuai apa yang tadi dijanjikan oleh Siska secara tidak langsung, Alno kini sedang menunggu gadisnya keluar dari kelas untuk pulang bersama.

Tentunya Alno juga sudah menyiapkan beberapa rencana untuk mengajak Siska jalan meski hanya sekedar mampir makan. Namun sayang, angan indahnya harus ditepis jauh-jauh ketika teman-temannya justru merencanakan hal lain.

"Iya, yang cafe Pelangi aja. Enak tuh di situ"

"Boleh tuh. Eh, ajak Intan sama Kaila aja sekalian. Biar rame"

"Oke. Gue kabarin dulu bentar"

"Kita tungguin apa gimana nih?"

"Bareng aja sekalian"

Keenam gadis itu sibuk berdiskusi sejak mereka baru keluar dari kelas. Mengabaikan Alno yang sudah berkacak pinggang memerhatikan mereka.

Tak lama setelah itu, masih dengan menyimak pembicaraan mereka Alno kini menghela napas. Sempat pula Alno menyisir rambutnya ke belakang dengan jari.

Kemudian Alno menarik tangan Siska untuk lebih mendekat padanya.

"Mau kemana?"

"Jalan sama mereka"

Alno melirik sekilas pada kelima cewek di sampingnya.

"Katanya balik bareng gue?"

Untuk detik pertama Siska terbengong, dan detik selanjutnya Siska merutuk dalam hati. Ia lupa dengan ucapan spontannya tadi yang telah dianggap Alno sebagai sebuah janji.

Kemudian Siska menoleh pada kelima temannya ketika kelima orang itu juga menatap ke arahnya.

"Nggak ada, lo harus ikut pokoknya. Ntar yang ada bokap malah marah kalo lo pulang gue kagak", seloroh Sinta bahkan sebelum Siska sempat bicara.

"Ck, yaudah sih. Repot lo bertiga. Alno ikut aja udah. Daripada gagal kan ni acara", saran Detta menengahi.

"Lah, gue cowok sendiri, dong?", beralih menatap Sinta. "Telepon Alden cepetan!"

"Kok gue?"

Akhirnya Sinta menurut ketika tatapan orang-orang ini memerintahnya. Sinta mendesah sesaat kemudian mengambil ponselnya.

"Udah ayok berangkat. Alden paling masih di parkiran", ajak Viola.

Mereka semua beranjak dari sana. Diikuti Sinta paling akhir dengan dirinya yang masih sibuk mencari kontak bernama Alden. Mendialnya lalu menempelkannya di daun telinga.

Begitu sampai di tangga utama, mata Sinta tak sengaja bertabrakan dengan mata tajam Veralin yang berjalan berlainan arah darinya. Detik itu juga Sinta memutar bola matanya jengah.

Sinta mencoba untuk tidak terlalu ambil pusing dengan keberadaan Veralin. Dia masih sibuk mendengar nada sambung di ponselnya karena Alden tak kunjung mengangkat panggilan.

Kemudian di saat yang bersamaan dengan dirinya yang hampir berhadapan langsung dengan Veralin di depan tangga, panggilan untuk Alden tersambung.

"Iya, halo, Al?"

Sinta mengabaikan tatapan menghunus Veralin dengan terus menuruni setiap pijakan anak tangga. Mencoba untuk tetap santai.

Veralin kini tepat berada di belakangnya. Telinga gadis itu sedikit sensitive ketika mendengar Sinta menyebut kata 'Al'. Otaknya berkata bahwa itu pasti Alden.

Sedangkan Sinta melanjutkan pembicaraannya dengan Alden, yang tentunya didengar oleh Veralin.

"Lo dimana?"

Kembar yang Dikembar-kembarkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang