Level 2

1.2K 328 40
                                    

Ah, manusia memang tidak ada yang sempurna. Hyunbin akui pasiennya ini benar benar punya paras menawan, tapi sayang sekali ia tidak bisa melihat. Tuhan memang maha adil.

"Tidak sakit?" si dokter membuka obrolan lagi, tidak enak juga terlalu lama berdiam diaman begini. Ia mencoba beramah tamah meskipun pasiennya bukan anak kecil. Bukankah dokter memang harus ramah pada semua pasiennya?

Dan Hyunbin kembali tidak mendapat jawaban. Harusnya si pasien merengek kesakitan saat krim pereda rasa nyeri menyentuh tepat di sayatan mengnganga tersebut. Namun bidadarinya ini sama sekali tidak mengeluarkan suara, bahkan untuk sekedar meringis menahan sakit.

Pandangan si dokter kembali beralih pada wajah si pasien, berharap ia akan mengangguk atau menggelengkan kepala untuk menjawab pertanyaannya. Tapi tetap saja tidak ada tanda tanda si pasien akan bergerak. Ekspresinya datar seperti boneka manekin.

Hyunbin jadi bingung lagi, setelah berfantasi menemui bidadari dan sekarang ia menyamakan pasiennya dengan boneka manekin. Dia ini benar benar bukan manusia ya?

'Jangan jangan dia juga tuli dan bisu?' dokter muda itu kembali menebak nebak. Terlalu banyak rasa penasaran di benak Hyunbin pada pasien bidadarinya. Padahal keduanya baru saja bertemu sekitar dua puluh menit lalu, namun Hyunbin merasa ingin tau lebih banyak tentang si bidadari.

Jika memang benar si bidadari buta, tuli, dan bisu maka Hyunbin akan sangat menyayangkannya. Padahal Dia bisa berpotensi menjadi sosok manusia mendekati sempurna. Meskipun begitu rasa tertarik Hyunbin pada si bidadari sama sekali tidak berkurang.

Rasa kesal yang tadi sempat hinggap karna diacuhkan tiba tiba menghilang begitu saja. Ia justru merasa iba pada keadaan bidadarinya, ada suatu keinginan dihati yang mendorongnya untuk ingin terus menjaga sosok rapuh di depannya ini.

Dengan telaten Hyunbin membalut tangan sehalus kain sutra itu dengan perban, setelah menyemprot dengan alkohol dan mengolesinya dengan krim pereda rasa nyeri. Dalam hati Hyunbin bersyukur luka si bidadari tidak terlalu parah. Namun sampai sekarang ia masih saja memunculkan spekulasi spekulasi sok taunya mengenai bagaimana telapak tangan si bidadari bisa tersayat.

Setelah perban terbalut rapi, dokter muda itu melangkah menuju meja kecil di sudut ruangan, bermaksud menuliskan resep yang harus pasiennya tebus. Bersamaan dengan itu mata monolid Hyunbin menyempatkan untuk melirik sekilas map warna kuning di pojok meja, dan menemukan tulisan Hwang Minhyun tercetak besar besar pada covernya.

"Oh, namanya Hwang Minhyun" gumam Hyunbin, setelah tadi hanya berani berbicara dalam hati, karna ia sudah yakin bahwa pasiennya in tuli, jadi gumamannya tidak mungkin terdengar.

Kemudian dokter muda itu kembali menghampiri pasiennya dengan secarik kertas ukuran kecil berisi catatan resep yang harus ia tebus, lantas menyerahkannya tepat di tangan kanan si pasien, "Itu resepnya dan semoga cepat sembuh Hwang Minhyun" ucap Hyunbin ramah. Meskipun pasiennya tidak bisa melihat, bibir tebal si dokter tetap menyunggingkan senyuman.

Lelaki seindah bidadari yang baru saja diketahui bernama Hwang Minhyun tersebut bangkit dari posisi semula. Detik berikutnya ia sudah berdiri menghadap Hyunbin, membungkukkan badannya sebentar dan melenggang pergi dari bilik begitu saja tanpa berkata sepatah katapun atau sekedar menyunggingkan senyuman.

"Oh ternyata dia tidak buta" kata Hyunbin, jujur saja ia agak terkejut. Dari tadi ia terus terusan menebak tanpa petunjuk sedikitpun dari si target. Hwang Minhyun ternyata penuh dengan kejutan.

Kedua mata mereka memang sempat bertemu sepersekian detik, membuat sesuatu dalam diri Hyunbin berdesir. Merasakan getaran aneh pada bulu kuduk dan jantungnya yang terasa memompa makin cepat. Ia jadi ingin lebih tau, seperti apa bidadari bernama Hwang Minhyun itu.

Hyunbin menjentikkan jari setelah otak cerdasnya mengingat tentang map kuning yang tergeletak di atas meja. Map kuning itu berisi data pasien, setidaknya ia bisa mengorek sedikit fakta tentang Hwang Minhyun lewat data pasien tersebut. Hyunbin bukannya lancang ingin tau kehidupan orang, ia masih punya wewenang kok untuk mengetahui data data tentang pasiennya. Periblis, ia sudah terlanjur penasaran pada si bidadari.

Dokter muda itu sadar bahwa ia tidak punya banyak waktu, sebentar lagi pasien selanjutnya pasti akan masuk. Jadi ia segera membuka cover map kuning tersebut. Kemudian senyuman puas tersungging di bibir penuhnya.

Nama : Hwang MinhyunTanggal Lahir : 9 Agustus 1995Berat badan : 67Tinggi badan : 181Golongan darah : OAlamat : Jl

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Nama : Hwang Minhyun
Tanggal Lahir : 9 Agustus 1995
Berat badan : 67
Tinggi badan : 181
Golongan darah : O
Alamat : Jl. Sweetie Choco
Nomor ponsel : 08884992xxx
Fakultas : Teknik
Jurusan : Teknik Elektro
Angkatan : 2013

Decakan kagum keluar dari mulut Hyunbin, info dalam map ini lebih dari ekspektasinya. Lelaki itu tergesa mengeluarkan ponsel dari saku jas yang ia kenakan dan segera memotret data diri milik Hwang Minhyun. Jelas ia tidak akan menyianyiakan kesempatan yang sudah datang didepan mata, memang kapan lagi bisa tau data diri dari seorang bidadari?

Tunggu, kenapa disini tidak ada tanda centang dalam kolom disabilitas? Semuanya bersih baik itu di kolom tunarungu, tunawicara, dan tunanetra. Sudah berapa kali Hyunbin dibuat bingung oleh si bidadari? Atau mungkin baru baru ini saja Minhyun menjadi penyandang disabilitas?

Omong omong rumah sakit tempat Hyunbin bekerja sudah menjalin kerja sama dengan sebuah universitas tempatnya berkuliah dulu. Jadi seluruh mahasiswa dari universitas bersangkutan bisa berobat gratis disini. Map kuning sebenarnya sebagai identitas bahwa si pasien adalah mahasiswa, dan map hijau untuk umum.

Hyunbin terheran heran, jika Minhyun memang angkatan 2013 harusnya ia sudah lulus tiga tahun lalu. Tapi di map milik Minhyun sama sekali tidak ada label 'alumni', berarti Minhyun belum lulus kan? Dirinya saja yang angakatan 2015 sudah lulus setahun lalu. Tiba tiba ia teringat pada dokter Ong, bukankah ia juga angkatan 2013? Berarti Minhyun dan dokter Ong sebaya, hanya saja dokter Ong sudah jadi dokter sungguhan sekarang.

Apa teknik sesulit itu? Hyunbin pikir ilmu kedokteran lebih sulit dari ilmu manapun. Dokter muda itu kembali mengenang masa masa sulit saat masih jadi mahasiswa dulu, kepalanya serasa akan botak pelan pelan memikirkan tugas yang tidak ada habisnya kala itu. Untung saja ia bisa lulus tepat waktu. Ah, Minhyun pasti punya alasan lain mengapa ia menunda kelulusannya.

Dokter setinggi model model di majalah tersbut memutuskan untu memikirkan Minhyun nanti saja, masih banyak pasien yang harus di tangani hari ini. Sebelum mengakhiri acara 'mencari info tentang si bidadari', Hyunbin menyempatkan diri untuk mencabut pelan pelan foto Minhyun yang tertempel di sudut biodata dan menyimpannya dalam dompet. Jika perawat bertanya, ia sudah menyiapkan jawaban 'mungkin fotonya terjatuh di suatu tempat'.

TBC

ketauan banget gabutnya sampe bisa apdet tiap hari ehe. makasih banyak buat temen temen seperkapalan minhyunbin yang uda mau baca :))

eh iya satu lagi, maap itu alamatnya saya ngasal. mohon di ampuni yha :))

0256 | PRODUCE 101 S2 minhyunbinWhere stories live. Discover now