Istirahat baru saja berbunyi lima menit yang lalu, namun Winwin tak menemukan keberadaan Taeyong di bangkunya.
Pagi ini dia mendiamkan Winwin karena kejadian di taman waktu itu. Ia mendesah kecewa, tidak menyangka kalau Taeyong akan mengetahui semua rahasia ini secepat itu.
Yang perlu dilakukannya sekarang adalah meminta maaf.
Dia tak mau kalau Taeyong membencinya. Sudah banyak masalah terjadi diantara mereka dan Winwin tak mau memperkeruh keadaan. Tangannya mengobrak - abrik isi tasnya untuk mencari ponselnya. Setelah menemukan smartphone berwarna putih itu, ia segera mendial nomor yang tercantum dengan nama 'Yuta'.
"Yeob-"
"Yuta, kita cari Taeyong. Aku rasa dia masih marah pada kita." potong Winwin.
"Sekarang? Aduh-tidak bisa! Aku dihukum Kim seonsaengnim, Win. Tadi aku lupa tidak mengerjakan PR." Winwin membuang nafas jengkel. Yuta itu selalu saja melakukan hal - hal memalukan seperti itu. Tidak mengerjakan PR, tidur di kelas, membolos, pura - pura sakit lalu tidur di UKS, dan lainnya. Alasan konyol yang terlalu populer di kalangan anak sekolahan. Mana ada guru yang akan percaya dengan alasan yang selalu sama setiap harinya seperti itu?
Kalau Yuta menjadi kekasihnya, Winwin pasti sudah menjambak rambutnya frustasi. Eh? Kekasih? Apa yang kau pikirkan Winwin!
"Baiklah. Aku akan mencarinya sendiri. Ck-dasar bodoh!"
"Hei, jangan memanggilku seperti itu. Aku ini pintar, hanya bosan sekolah saja." Mata Winwin berputar malas. Tingkat kepedean Yuta sepertinya mulai naik rating. Dari tampan ditambah kata pintar untuk sekarang, dan itu bukan Winwin yang mengatakannya ok? Dia mengakuinya sendiri. Mengargumenkan kalau dirinya itu pintar, tampan dan seksi. Euh.
"Whatever! Aku akan mencari Taeyong. Bye."
"Ok, bye."
Pip.
Winwin berlari - lari kecil saat menemukan sosok Taeyong yang tengah bersandar di pohon oak kesayangannya di taman sekolah. Dia tersenyum kecil saat melihat dahi Taeyong berkerut.
Jemari lentiknya membalik halaman dari buku yang dipegangnya. Kelihatannya dia tengah menikmati novel yang dibacanya.
Dengan langkah perlahan Winwin menghampiri sosok sahabatnya itu dan duduk tepat di sampingnya, memeluk kakinya sendiri sementara matanya melirik isi bacaan Taeyong.
"Aku sudah memutuskan hubunganku dengan Jaehyun." ujarnya tiba - tiba. Taeyong langsung teralih dari bukunya untuk menatap Winwin yang duduk di sampingnya.
Taeyong hanya menganggukkan kepalanya dan kembali meneruskan bacaan novelnya. Winwin memainkan jarinya dan mengigit bibir bawahnya karena terlalu gugup.
Entah kenapa perasaan bersalahnya semakin membesar sekarang. Kenyataan pahit yang diterimanya adalah semua kesalahan sendiri.
Ia teringat bagaimana Taeyong yang menderita selama ini karena dia tak mempercayainya, dan karena rahasia kemarin, dia semakin meruntuki kebodohannya karena tidak pernah memperhatikan Taeyong selama ini. Sahabat macam apa dia ini? Apa rasanya sesakit ini ketika ia dulu mengacuhkan Taeyong? Winwin menyandarkan tubuhnya pada pohon oak itu dan memperhatikan Taeyong yang bahkan tak terusik oleh kehadirannya.
Helaan nafas terdengar lagi dari mulut Winwin. Ia sangat merasa bersalah pada Taeyong.
"Tae-yong." Taeyong tak bergeming. "Mianhae Taeyong-ah." lirih Winwin. Taeyong berhenti membaca, namun tak menoleh sedikit pun kearah Winwin.
"Semua ini salahku karena tak mempercayaimu. Aku terlalu dibutakan oleh bualan Jaehyun. Maafkan aku Taeyong-ah. Dan-" Winwin menunduk. "Maaf telah merahasiakan tentang masalah Yejin dan Jaehyun." Kali ini, helaan nafas keluar dari mulut Taeyong. Ia menutup bukunya dan menatap Winwin lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Confession (JAEYONG)✔
FanfictionJAEYONG // MARKHYUCK Ada alasan tertentu yang membuat Jaehyun membenci Taeyong. Dan alasan itu pula yang membuat keduanya merasakan hal aneh pada diri mereka. "Lawan dari cinta bukanlah benci, melainkan rasa ketidakpedulian." -Robert Fulghum. Publi...