3. Tempat Baru

13.6K 763 33
                                    

"kita dimana?" tanya Aga dengan polosnya

"kita di panti, kita mau buang kamu" goda Alexander

Aga langsung menatap tajam pada Alexander

"kelek aja yang dibuang!"

"kelek kelek, ALEX!"

"kelek!"

"terus bertengkar, maka kapasitas otakmu sama dengan Aga" ujar Rendy

Alex langsung mengelus dadanya "sabar, gue waras, harus ngalah sama bocah setan" 

"kelek setan!" bentak Aga

"Tuhan, kalau bukan anak manusia udah gue pites ini temen gue. sakit aja masih bikin kesel" Alex menghela nafas, menahan sabar.

"sabar Lex, itung-itung banyakin pahala" sahut Tian sambil menepuk pundak Alex

"jadi gimana Ren, kita mau disini aja?" tanya Tian pada Rendy yang sedang memeriksa ponselnya. 

setelah melalui perjalanan darat hampir 11 jam, kini mereka berhenti didepan salah satu panti dis uatu desa yang cukup terpencil dan tentunya sangat jauh dari pusat kota. Mereka masih diam didalam mobil dan belum ada tanda-tanda akan keluar, atau lebih tepatnya menunggu instruki Rendy yang saat ini kapasitasnya paling tinggi diantara mereka.

"betul ini tempatnya, ayo turun" putus Rendy lalu memasukan ponsel miliknya ke saku.

"Ayo turun on" suruh Alex

"on apaan Lex?" tanya Tian

"oon. Aga oon" jawab Alex dengan santai

"bisaan lo, manfaatin banget"

"hahaha. kalau dia normal gue yang dibully" puas Alex

"karepmu dewek" 

"ayo Ga" ajak Rendy

"ayo Aga, sama abang Alex" Alex berbicara benar-benar seperti dia tengah berbicara pada anak tk

"gak mau sama kelek" jawab Aga dengan wajah cemberut

"yaudah sini, sama abang Tian paling ganteng sejagat bumi dan langit" Tian langsung menarik tangan Aga, mengikuti langkah Rendy yang sudah lebih dulu berjalan memasuki panti asuhan yang cukup terawat.

"Ga, lo jangan main deket pohon sana ya, banyak jurignya" tunjuk Tian pada pahon yang ada di halaman panti, sebuah pohon yang terlihat sudah cukup tua. Dihalaman panti memang cukup banyak pohon-pohon, membuat suasa panti menjadi lebih adem dan mungkin sedikit horor bagi orang yang penakut.

"jurig apa?" tanya Aga dengan polosnya lagi

"jurig itu sejenis kue" sahut Alex yang berjalan dibelakang Tian dan Aga

"kue? enak dong" jawab Aga dengan semangat, sedangkan Tian menatap tajam pada Alexander yang malah sedang tersenyum bangga, dia suka menggoda Aga yang sekarang, bodohnya sampai ke sumsum.


***

"eh nak Rendy, mari nak masuk" sambut perempuan paruh baya yang terlihat masih cukup sehat menyambut kedatangan mereka.

"silahkan duduk" 

Rendy tersenyum, lebih dahulu duduk diikuti yang lain. 

"duduk Ga, ngapain diri mulu kaya di setrap"Tian menarik tangan Aga agar segera duduk disampingnya.

"kenalin, ini ibu Sarah, kepala panti ini, panti ini juga mulik orang tua Aga" 

Tian dan Alexander mengangguk tanda mengerti dengan informasi yang Rendy ucapkan, sedangkan Aga hanya diam sambil menatap kesekeliling ruangan, menerka-nerka tempat baru tersebut.

"bu, maaf ya jika nanti kita bakal ngerepotin banget" ucap Alexander

"engga kok, malah bagus, panti ini bisa lebih ramai, adek-adek disini juga bisa punya kakak baru, maaf sebelumnya, aden namanya siapa ya?"

Alexander menggaruk tengkuknya, ternyata dia memang belum memperkenalkan diri. 

"saya Aditian Bu, panggil Tian" sahut Tian tiba-tiba, membuahkan delikan tajam dari Alex. kemana temannya ini suka sekali menyerobot.

"kalau saya Alex" ucap Alex dengan senyum lebarnya

"itu Aga" singkat Rendy

"oalah, itu mas Aga, gimana sudah lebih sehat?"

"belum bu, masih jadi orang bego" sahut Tian yang mendapat pukulan dipahanya oleh Alex

"sakit sat!"

"bacot lo jaga bege" bisik Alex. 

"jadi bu, mungkin pak Julian sudah menghubungi ibu sebelumnya, maaf jika kehadiran kami kemudian merepotkan ibu dan penghuni panti lainnya" Ucap Rendy mengambil alih suasana.

"engga nak Rendy, panti ini juga punya pak Julian, kami semua sama sekali tidak merasa direpotkan, malah kami senang. semoga nak Rendy dan yang lain betah tinggal disini, terutama nak Aga yang bisa segera sembuh" jelas bu Sarah

"amiiiiiiiin" sahut Alex dengan suara keras membuat Rendy langsung menatapnya tajam.

"jadi nak Rendy, nak Rendy dan yang lain akan tinggal di paviliun, tempatnya sudah kami rapihkan dan bersihkan, semoga cukup luas untuk nak Rendy dan yang lain"

"tenang bu, masalah tempat kita gak repot ko" jawab Alex

"syukur kalau begitu. ibu kan takut kalau tempatnya gak nyaman buat semuanya, apalagi aden-aden ini kan orang kota, biasa tempat di rumah yang bagus"

"hahaha, engga bu, santai aja, kita gak manja kok, baling bocah bego aja yang rewet" Alex yang disamping Tian langsung saja mencubit pipinya mendengar ucapan Tian. Kenpa mulut manusia ini tidak bisa sedikit pencitraan didepan orang. 

"sakit setan! paha gue merah, gue tempeleng otak lo!" protes Tian sambil mengusap pahanya yang terasa panas. 

"Aga kenapa diem terus? gak suka sama tempatnya ya?" tanya Sarah karena Aga hanya diam dengan mata yang terus menatap sekeliling.

"biasa aja" dengan wajah cemberut aga menjawab

Sarah tersenyum, memaklumi sikap Aga, layaknya bocah yang bingung ketika berada ditempat baru, Aga juga pasti mengalaminya.


***

My Baby Doctor ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang