Masa Lalu

10 3 0
                                    

Suara gemuruh dari teriakan banyak orang memenuhi pendengaran seorang gadis malam ini. Gadis itu terdiam di dalam mobil seseorang yang menemaninya sejak kecil.

Hati gadis ini sekarang diselimuti rasa khawatir yang tinggi. Sesekali dia menyalkan layar ponselnya itu, padahal tidak ada apa-apa.

Gadis itu mengusap-usap telapak tangan yang berkeringat sejak tadi. Padahal pendingin mobil telah dinyalakan. Tidak tahu kenapa, dia sangat khawatir. Padahal dia telah terbiasa dengan pemandangan malam ini.

Sesekali juga dia pernah mengikutinya. Bukan sesekali, tapi sering.

"Al?" Panggil seseorang dari balik kaca mobil. Gadis itu langsung membukakan pintu mobil dengan alis tertaut.

"Ray udah mau mulai tuh, lo gak mau liat?" Gadis itu terdiam. Dia merasakan kalau hatinya memanas, keringat dingin keluar mencucuri keningnya.

"Al?" Panggil pemuda itu lagi yang membuat gadia itu tersadar.

"Gue di sini aja!" Kata gadis itu.

Menyaksikan dari dalam mobil, gadis itu masih saja khawatir seperti tidak biasanya. Dia juga telah mencoba untuk menenangka dirinya. Tapi, hasilnya tetap sama.

"Okay! Ini udah biasa! Jadi berhenti khawatir!" Gumam gadis itu.

Gadis itu menatap ke depan, dia mana dia melihat laki-laki yang dia khawatirkan itu menghilang di belokan dengan kecepatan yang penuh.

Di dalam mobil, gadis itu semakin khawatir dengan sesekali melihat ke arah jam tangannya itu.

Hari semakin malam, sekarang jarum jam yang pendek di tangan gadis itu menunjuk ke arah angka sebelas. Telah berlalu setengah jam setelah para laki-laki itu menggas kendaraannya.

Gadis itu keluar dari mobil. Suasana masih sama, banyak orang-orang yang sedang brdiri di pinggir jalan. Yang membedakan adalah suara yang semakin senyap.

Gadis itu menghampiri pemuda yang menghampirinya ke mobil tadi.

"Kok lama?" Suara gadis itu sangat memunjukkan kekhawatiran.

"Biasanya juga lama, Al!" Tungkas laki-laki itu. "Lo kenapa, sih?" Tanyanya yang dibalas gadis itu dengan menggelengkan kepalanya.

Gadis itu pergi lagi ke arah mobil. Tapi, langkahnya terhenti saat dia mendengar seseorang sedang membanting suatu barang.

Dia berbalik.

"Brengsek! Dasar penjahat!" Tariak pemuda itu setelah melempar ponselnya ke aspal.

"Rem? Kenapa?" Tanya panik sekelilingnya.

Alis gadis itu tertaut.

"Ray.." gadis itu mendekat ke arahnya.

"Kenapa?" Tajam gadis itu.

"Kec-" gadis itu tau kelanjutannya.

Gadis itu mundur ke belakang, hal ini di luar dugaannya. Bagaimana bisa?

"Kita sekarang ke rumah sakit!" Cetus pemuda itu

Gadis itu sekarang menangis dengan sesegukkan. Pemuda itu hanya bisa memeluknya erat agar menghantarkan ketenangan.

"Al, kita hadapin sama-sama, ya?!" Kata pemuda itu tepat di telinga gadis itu.

"Ak..ku... ta..k..kut." gadis itu menenggelamkan wajahnya di leher pemuda itu.

"Ada aku. Oke! Tenang! Ada aku!" Katanya seraya mengelus punggung gadis itu.

Setibanya di rumah sakit, semuanya menunggu di depan ruang Unit Gawat Darurat.

Gadis itu masih saja berada di dekapan pemuda itu.

Suara masih hening.

Tiba-tiba pintu itu terbuka dengan menampakkan seorang dokter dengan wajah sedihnya setelah melepskan masker.

"Bagaimana dok?" Tanya semua orang kecuali gadis itu yang masih lemas.

"Maaf, pasien tidak dapat ditolong. Karena benturan dan banyak kehilangan darah." Semuanya menegang.

Gadis itu luruh ke bawah.

"Maa.. pa..!" Gumam gadis itu dengan tangisan pecahnya.

"Brengsek!" Pemuda itu berteriak seraya menghantamkan kepalan yang mulai memutih itu ke lantai.

Pemuda itu memeluk gadis itu lagi. "Kita relain, Al! Kita hadapin! Ada aku di sini!"

"Rasanya tetap beda, Rem!" Pelan gadis itu.

"Anggap aku bagaimana kamu menganggap Ray!" Katanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 06, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FALLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang