Aku turun dari angkutan umum berwarna biru, menunggu adikku turun, melangkahkan kakiku menuju sebuah sekolah bercat hijau. Hari ini, hari pertama masuk sekolah setelah libur semester ganjil. Aku mengantar adikku kesana, menyapa guru disana dan menitipkan adikku. Lantas, aku pergi kesekolah bercat biru tepat dihadapan sekolah bercat hijau. Hanya saja sekolah bercat biru jauh lebih besar, dan aku bersekolah disana. aku harus belajar lebih giat, karena semester ini aku akan menghadapi ujian nasional.
Aku menghela nafas panjang. Siapa pula yang mencetuskan adanya ujian nasional? Semester ini pasti setiap siswa kelas 12 harus bersusah payah menghabiskan waktunya untuk belajar. Membuka buku-buku tebal, membacanya, berusaha memahaminya. Orang mengatakan bahwa tahun ketiga di SMA adalah masa-masa kau serius dan kembali kejalan yang lurus. Harus sering mendekatkan pada Tuhan dan berdoa agar kau bisa melanjutkan studimu di tempat yang baik, belajar yang rajin agar lulus SMA. Ah.. dan sebagian lainya sepertinya mulai mencari siasat kecurangan dalam mengisi soal-soal UN kelak. tindakan bodoh.
Dikelas ramai sekali, mereka sedang bercerita bagaimana liburan terakhirnya pada masa-masa SMA sebelum masuk dalam Fase pengangguran selepas UN. Aku ikut nimbrung dengan teman-teman ku, tak lama topik beralih pada perencanaan masa depan. Mereka mulai berbicara perguruan tinggi mana yang akan mereka masuki selepas SMA. Sebagian mengatakan akan masuk universitas-univertias terbaik negeri ini yang mereka impikan. Merka optimis karena perjuangan mereka mendapatkan nilai terbaik yang dituliskan didalam raport sekolah. Sebagian laginya terlihat pesimis namun memiliki impian yang tak kalah luar biasanya. "kalau kamu, mau masuk mana?" ana bertanya pada ku. Jujur aku belum melihat universitas mana yang baik untukku, bahkan aku belum meiliki mimpi yang ingin aku wujudkan. Tapi aku memiliki mimpi ibu, mimpi ibu yang harus aku wujudkan "aku akan masuk iniversitas terkenal dan jurusan yang terkenal" ucapku sambil tersenyum. "hey.. hey. Lihat siapa yang menyobongkan diri" ana mendengus kesal. Aku tertawa memamerkan gigiku yang rapih dengan percaya diri.
"oiya ghe, gimana kabar adik mu?"tanya fira
" baik" jawabku singkat
"oh, dia ikut terapi di tempat ibumu kan ana?" tanya fira pada ana
Ana hanya diam. Ia seperti memberi kode untuk tidak membicarakan hal itu. sepertinya ana sudah padham tentangku. Bahwa aku tidak suka membahas adiku.
-----
KAMU SEDANG MEMBACA
Berani Bermimpi
ContoMenjadi tetes hujan itu menyakitkan. ia harus turun ke Bumi, Jatuh dan terhempas. Pecah berkeping-keping. Lantas ia harus menunggu Bumi ikhlas memeluknya.